Bab 49 - The Investigation

1.5K 440 18
                                    

Valerie masih memangku kepala Caesar di atas pahanya. Ksatria Avalon itu mencoba bernafas teratur, walaupun debu yang cukup pekat masih memenuhi ruangan sejak reruntuhan terjadi. Valerie mencoba membuatnya nyaman dan memastikan pendarahannya berhenti.

"Apa sekarang kau baik-baik saja?" Gadis itu bertanya, masih sedikit cemas. Dia juga sesekali diliputi perasaan canggung. Dulu dia sangat takut kepada Caesar. Dia seorang Avalon yang tangguh, dan tidak segan membunuh. Dua orang ksatria Florentia mati di tangan pasukannya. Seharusnya Valerie membencinya. Seperti Raphael yang terus memberikan tatapan tidak percaya kepadanya.

Namun Valerie kini merasa Caesar tidak sepenuhnya jahat. Dia adalah prajurit. Yang dia lakukan hanya menjadi prajurit Avalon yang baik. Apalagi, Caesar telah melindunginya dari Shadows tadi.

"Kurasa, aku akan baik-baik saja," Caesar bangkit dan mencoba duduk. Dia masih berusaha menstabilkan dirinya. Serangan Shadows mengakibatkan luka dalam di area perutnya. Namun gen vampirnya telah memperbaiki cederanya walaupun belum sempurna.

"Siapa yang berada di balik ini semua? Apa yang Avalon lakukan terhadap para Shadows unik itu?" Raphael mendatanginya gusar dengan langkah terpincang dan bertanya.

"Sudah kubilang, Avalon tidak terlibat dengan ini..apa kau pikir kami harus menyerang dan membuat keributan untuk membawa shadows-shadows itu pergi? Ruang bawah tanah ini adalah properti Avalon. Kami punya kunci untuk kerangkeng mereka," Caesar menegaskan. Dia kini mencoba  berdiri dengan menggunakan Vulcan sebagai penopang tubuhnya.

"Jadi, siapa yang mengarahkan para Shadows itu?"

"Mereka bisa bicara, mungkin mereka yang merencanakan itu sendiri," Valerie menimpali. Caesar melihat ke arahnya.

"Ini urusan militer, my Lady, tidak perlu membebani pikiranmu dengan hal seperti ini. Yang penting kau baik-baik saja," kata Caesar ramah kepadanya. Valerie tersenyum. Dia seharusnya memang tidak paham hal seperti ini. Bagi Caesar dirinya hanyalah gadis bangsawan biasa yang kebetulan cukup sial terlibat dalam aksi terorisme yang bisa saja merebut nyawanya.

"Saya hanya menebak," Valerie menangkupkan tangan di depan mulutnya, bersikap layaknya gadis anggun biasa.

"Bagaimana mereka bisa tahu kalau ada ruang bawah tanah rahasia di sini? Bagaimana mereka tahu kalau para Shadows yang serupa mereka dikurung di tempat ini? Ditambah lagi, mereka merencanakan pelarian mereka dengan baik. Melalui saluran air bawah tanah? Aku sendiri baru tahu kalau Lapella memilikinya," Raphael menyebutkan segala hal janggal yang dia tangkap setelah mengalami peristiwa barusan.

"Mungkin mereka sudah menyelidikinya?" Valerie tidak tahan untuk tidak berkomentar.

"Bagaimana caranya? Mereka itu monster, fisiknya buruk dan akan mencolok jika berkeliaran di Lapella yang padat. Mereka tidak bisa melakukan aksi spionase. Mereka dirancang sebagai pembunuh. Ada seseorang yang mengatur mereka. Memberitahu langkah dan rencana yang tadi mereka jalankan. Mereka bahkan memilih hari ketika mayoritas ksatria Florentia absen karena menghadiri undangan para jenderal," Raphael kembali menganalisis.

"Aku akan menyelidikinya, Avalon juga dirugikan dalam hal ini, jadi—"

"Kalian punya markas militer illegal di bawah tanah Lapella. Itu menyebabkan kami harus menanggung korban jiwa yang tidak sedikit. Kami tidak bersedia melepasmu hanya dengan basa-basi belaka," kata Raphael tajam.

"Lalu, apa yang kalian inginkan?"

"Libatkan kami dalam investigasi kalian, kami harus tahu apa yang kami hadapi. Atau kami tidak akan mengizinkan otoritas Avalon mendekati tempat ini selangkah pun," kata Raphael tegas.

Caesar melirik ke arahnya, rahangnya mengeras. Dia sedikit tersinggung. Dia Tidak suka jika seseorang memerintahnya seperti itu. Tapi yang dikatakan Raphael bukan kesalahan. Lapella adalah wilayah mereka. Jadi para Avalon harus bersedia menuruti aturan mereka.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now