Bab 88 - The Greedy Woman

320 74 11
                                    

Raphael terdiam, kalau dia melakukannya itu artinya dia berbuat kesalahan yang dia sengaja. Dia tidak tahu apakah dia akan bersedia mencium perempuan lain dalam keadaan sadar? Tapi, Ivanka telah melakukan interaksi intim pertamanya bersama Raphael. Buruknya, Raphael tidak sadar ketika melakukannya.

Dia tidak bisa pura-pura itu tidak pernah terjadi. Ivanka adalah seorang lady, dan Raphael tahu kalau dia bukan perempuan yang terbiasa menyentuh laki-laki. Bahasa tubuh Ivanka yang canggung, gugup dan ragu seperti saat ini telah mengingatkannya pada Valerie. Dia tahu ekspresi seorang gadis ketika pertama kalinya dia kehilangan keluguannya.

"Apa kau tega membiarkanku mengenang ciuman pertamaku bersama seseorang yang sama sekali tidak memikirkan diriku saat melakukannya? Itu membuatku merasa bodoh," Ivanka menunjukkan ekspresi dukanya, Raphael yakin kalau air matanya hampir tumpah saat ini. Namun gadis itu tetap mengatakannya dengan nada angkuh dan memerintah.

"Saya tidak bisa melakukannya," Raphael menggeleng menyesal.

"Saya pria menikah, saya tidak ingin melakukan hal itu dengan gadis lain. Semua yang terjadi tadi adalah kesalahan yang kita berdua tidak sengaja," Raphael mengelak. Kini nada bicaranya kembali formal kepada Ivanka.

Tidak peduli, apakah dia menikahi istrinya saat ini karena perjodohan atau kepentingan belaka— dia tetap telah menjadi seorang suami. Dia sudah berjanji untuk menghargai pernikahannya dengan Valerie dan mereka berdua setuju untuk tidak melirik perempuan atau laki-laki lain.

Harinya cukup sulit sejak berpisah sementara dari Valerie. Bulan madu mereka harus terhenti karena keinginan sepihak dari Valerie. Padahal Raphael baru saja menikmati awal pernikahannya. Dia melalui malam-malam yang sepi namun dia sama sekali tidak terpikir untuk melampiaskan hasratnya dengan perempuan lain.

Ivanka terdiam, dia menyadari kalau situasi ini sangat memalukan untuknya. Dia menuntut seseorang yang tidak punya hubungan romantis apapun dengannya untuk berciuman. Ivanka pun mengutuk dirinya sendiri. Sampai sejauh mana dia mau mempermalukan dirinya? Pria itu jelas-jelas menolaknya.

"Baiklah, Kau benar, itu ketidaksengajaan. Aku tidak seharusnya membebanimu dengan itu," Ivanka menunduk, dia merasa kecewa terhadap situasinya sekarang, terutama pada dirinya sendiri.

Gadis itu kemudian berjalan lebih cepat. Sebelum akhirnya dia berhenti melangkah karena teringat sesuatu. Kenapa dia harus menyerah? Apakah dia akan melupakan semua yang terjadi termasuk perasaannya? Ivanka tidak pernah tertarik pada pria manapun sebelumnya selain sekarang. Itu artinya, dia mungkin tidak akan menemukan pria lain yang bisa membuatnya merasakan hal yang sama.

"Tapi—" Ivanka memulai kalimatnya ragu.

"Aku bukan seseorang yang bisa mengabaikan ini seolah tidak terjadi apapun," kata Ivanka.

"My Lady," Raphael menggeleng sedih. Dia sering menolak perempuan. Tapi situasi kali ini berbeda. Mereka telah berciuman, dan Raphael masih ingat rasanya kulit dan kehangatan tubuhnya walau dia sedang setengah sadar.

Karena itulah Raphael keras pada dirinya sendiri selama ini. Dia tidak bersedia mudah menyentuh perempuan, walau di lingkungan para ksatria, hubungan seks di luar pernikahan adalah hal yang biasa. Raphael orang yang berwaspada. Dia cemas kalau sewaktu-waktu bisa tanpa sengaja menghamili seseorang atau terlibat dalam drama asmara yang melelahkan. Baginya, militer adalah urutan nomor satu dalam hidupnya. Selain Valerie, dia tidak bersedia menyentuh gadis lain.

Kekhawatirannya pun terbukti. Hanya karena ciuman yang tidak disengaja, hubungannya dengan Ivanka menjadi canggung. Raphael tidak terlampau lugu untuk menyadari, kalau perempuan itu mungkin mulai menaruh hati padanya. Raphael tahu dia cukup atraktif dan entah bagaimana, para gadis menyukainya.

Ivanka menahan rasa malunya, dan memutuskan untuk mengikuti hatinya. Bagaimana kalau Raphael adalah takdirnya? Bagaimana kalau pertemuan mereka ini bukanlah kebetulan? Ivanka tidak mau menyerah tanpa berjuang. Dia sudah memutuskan. Dia akan membuat Raphael menjadi miliknya.

"Aku sedikit menyukaimu, sir Raphael," Ivanka mengaku.

"Aku mungkin tidak akan bisa tidur nyenyak memikirkan segala yang sudah terjadi antara kita berdua," kata Ivanka lagi.

"Sekali lagi, my lady, saya sudah menikah," Raphael membungkuk sedikit menunjukkan rasa sesalnya.

"Kalau kau belum menikah, apakah kau akan mempertimbangkanku?" Ivanka bertanya dengan sedikit rasa canggung.

Ivanka, tidak kalah cantik ketimbang Valerie. Dia lebih tinggi, rambutnya hitam lurus yang indah. Parasnya juga jelita, dan ditegaskan dengan perona bibir berwarna merah terang. Raphael bukannya ingin membandingkan mereka berdua. Tapi, seandainya dia tidak mengenal Valerie, mungkin dia bersedia mengencani Ivanka. Tapi, dia bukan pria yang serakah. Sebagai pria normal, tentu dia sekali atau dua kali bisa mengagumi fisik perempuan lain.   Tapi Raphael tidak pernah mendekati perempuan hanya karena mereka cantik atau dengan tujuan bersenang-senang.

Melihat Raphael yang tidak segera menanggapi, Ivanka menangkap keraguan di matanya. Raphael mungkin seperti bangsawan kebanyakan yang menikah karena desakan keluarga atau karena ada kepentingan satu sama lain.

Ivanka tersenyum, artinya dia punya kesempatan. Gadis itu pun menatap matanya dan memegang ujung lengannya. Dia membuat gestur sedikit menggoda saat ini, dan memamerkan senyumnya yang tetap memikat walau tengah kotor karena isi perut ular tadi.

"Kau punya banyak keuntungan kalau mengencaniku, sir Raphael," Ivanka tersenyum padanya.

"My lady, saya tidak akan," Raphael menggeleng lemah. Bahkan dalam kondisi berantakan, lemah dan terluka seperti saat ini, gadis itu tetap menarik.

"Kau akan mencapai posisi tinggi di militer, segala kekayaan dan kebanggaan akan kau terima. Selain itu, bukankah kau menghargai kemenangan Florentia di atas segalanya?" Kata Ivanka dengan nada membujuk.

"Tentu saja, tapi apa hubungannya itu semua dengan masalah kita?"

"Apa kau tidak penasaran bagaimana aku bisa membawa jurnal rahasia milik para ilmuwan Avalon?" Kata Ivanka.

"Karena kau berkerabat dengan mereka, mungkin?"

"Lebih dari itu, aku bisa menjadi mata-mata untukmu. Aku bahkan bisa memberitahu kelemahan raja Dimitri Avalon kepadamu," kata Ivanka. Hal itu segera memantik keingintahuan yang tinggi bagi Raphael.

"Bagaimana caramu melakukannya?" Raphael sedikit menantang.

"Karena aku adalah Ivanka Rion Avalonian. Aku seorang putri, anak kandung dari raja Dimitri," kata Ivanka lagi sambil menikmati ekspresi terkejut dari sang komandan.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now