Bab 43 - The Truth about the Heir

2.1K 502 36
                                    

"Aku tidak mengerti apa yang anda bicarakan, sir." Jasper tersenyum pada sang komandan sambil duduk sedikit condong ke depan. Sudah hampir waktunya bagi Jasper untuk minum darah jadi dia sangat gelisah. Caesar datang tanpa pemberitahuan dan dia ingin pertemuan ini lekas usai. Dia sedikit bingung kenapa Caesar ingin bertemu dengannya bukannya sang Duke.

"Kami punya dugaan kuat kalau senjata terkutuk yang diambil dari lab Rasputin kini berada di tangan keluarga anda, sir," Caesar bersikap ramah padanya.

Petrovsky kembali menjalani rencananya untuk kepentingan Avalon. Dia harus memastikan keberadaan senjata terkutuk itu agar bisa memetakan kekuatan antara Florentia dan Avalon. Selain itu dia ingin melihat sendiri seperti apa Jasper Dubois. Apakah dia sekuat yang dikatakan komandan Amelia?

"Sir, keluarga Dubois tidak pernah menjadi pemegang senjata terkutuk, aku bahkan baru belakangan ini mengetahuinya. Itu pertanyaan yang tidak tepat ditujukan kepada kami," kata Jasper yakin. Matanya tidak berbohong. Dia memang baru mengetahui perihal senjata terkutuk beberapa minggu belakangan ini.

"Bagaimana dengan Valor Dubois?"

"Siapa?"

"Valor Dubois, dia yang bergabung dengan militer Florentia pada perang Taverin kemarin, my lord," jelas Caesar.

Jasper berpikir sejenak, dia tahu kalau itu adalah nama alias dari Valerie. Avalon bisa menebak apa saja tapi semua akan percuma jika keluarga mereka sama sekali tidak mengakuinya. Itu bukan kejahatan yang bisa dibawa ke pengadilan. Mereka tidak akan bisa membuktikan apapun.

"Saya tidak mengenalnya, anda tahu kalau saya nyaris tidak pernah keluar dari mansion Dubois. Mungkin saja saya punya kerabat jauh dengan nama itu, tapi saya tidak kenal," Jasper menggeleng remeh.

"Bukankah Anda sempat berkunjung ke Taverin beberapa Minggu lalu?"

"Saya bukan prajurit, sir. Saya tidak punya alasan untuk berada di sana," kata Jasper, dia mulai kesulitan menyembunyikan rasa geramnya. Caesar tidak punya hak menyelidikinya sampai sejauh itu. Apa yang dia lakukan di Taverin bukan urusannya.

Caesar tersenyum tenang menghadapi elakan Jasper. Dia tidak bisa memaksa Jasper Dubois mengakuinya.

Dia memperhatikan raut wajah Jasper serta geriknya. Jasper memiliki kulit yang jauh lebih pucat ketimbang vampir lainnya. Pupil matanya saat ini mengecil menunjukkan gelisah yang kentara. Urat nadi kebiruan menonjol di sekitar pelipis dan punggung tangannya. Kukunya pun membiru. Dia sudah nyaris mencapai limit dan mengingatkan Caesar akan tong berisi minyak bumi yang siap meledak.

Caesar beberapa kali bertemu orang semacam Jasper di Avalon. Tapi dia rasa, Jasper mungkin lebih dari mereka.

"Pasti berat bagi anda sir,"

"Apanya?" Jasper terlihat berusaha tenang.

"Hidup di lingkungan Florence dengan keharusan membunuh manusia hampir setiap hari. Pasti anda sangat berat menjalani hidup seperti saat ini," kata Caesar.

Ekspresi Jasper berubah murka, bibirnya terkatup dan dia melihat Caesar tajam. Dia tidak segera membalas perkataan Caesar. Lidahnya kelu. Apakah kesatria Avalon itu tahu apa yang terjadi pada tubuhnya?

"Bukan urusan anda, sir. Sebaiknya anda pergi kalau sudah tidak ada yang mau dibicarakan lagi," Jasper berdiri dari duduknya.

"Avalon punya orang-orang seperti anda, sir Jasper. Kami bisa mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh transformasi anda. Mungkin anda bahkan bisa mengurangi kebutuhan anda akan darah manusia," kata Caesar lagi.

"Pelayan kami akan mengantar anda keluar, sir," kata Jasper lagi dingin.

Caesar tersenyum, dia mengangguk dan berjalan meninggalkan ruangan. Walau dia tidak mendapatkan pengakuan apapun dari Jasper, dia tahu kalau Dubois memang memilki senjata terkutuk itu.  Sebagai rampasan perang, Florentia bisa memiliki pedang itu. Avalon tidak bisa membawanya kembali kecuali dengan paksaan.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now