Bab 47 - The Lust and Glutton

2.2K 379 12
                                    

Ketika Raphael tiba untuk memberikan bantuan bersama beberapa ksatria Florentia lainnya—Valerie pikir semua akan baik-baik saja. Walaupun bukan bagian dari ksatria Elit Jaguar, mereka tetap vampir berdarah murni yang terlatih. Hanya saja, mereka lebih banyak bertugas di Lapella. Sehingga situasi mencekam dan mengancam nyawa seperti ini tidak sering mereka alami.

Lapella adalah negara bagian yang damai. Baik Florentia maupun Avalon enggan membuat keributan di sana. Saat ini ada sekitar tujuh orang ksatria Florentia berseragam yang menghadang Lust—Monster Shadows kurus dengan rambut panjang kaku sampai ke pinggangnya. Lust meraung. Sudut matanya terus mencari keberadaan Valerie.

Gadis itu kini sudah kembali menjejakkan kaki telanjangnya yang indah di tanah dan berlari hendak kembali masuk ke dalam kelab. Dulu, di kehidupan lalunya, dia ingat kalau para ksatria Florentia menemukan ruang bawah tanah rahasia itu dalam keadaan kosong. Hanya ada beberapa peralatan dan kerangkeng serta rantai-rantai besi. Beberapa dicelup oleh perak cair sehingga ada dugaan kalau itu untuk menahan vampir.

Mereka biasa melakukan itu pada para Shadows. Namun melihat betapa ketat dan kuatnya pengamanannya sepertinya bukan Shadows biasa yang ditawan di sana. Dulu, ada sebuah ledakan besar di kelab yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa.

Ketika para ksatria Florentia datang, ruang bawah tanah dan seluruh kerangkengnya kosong. Tapi sejarah kali ini berbeda. Tidak ada ledakan. Yang ada hanyalah monster Shadows berukuran dua kali lipat lebih besar dari Shadows biasa. Selain itu mereka jauh lebih kuat dan cepat serta bisa bicara.

Valerie harus berhati-hati. Dia tidak ingin sejarah melenceng lebih buruk dari yang dia tahu. Gadis itu merasa risih karena dia sudah melompat masuk ke lubang yang menganga akibat serangan Shadows sebelumnya. Dia melangkah di lantai batu yang lembab dan berlumut. Itu hal yang biasa dia temui di ruang bawah tanah.

Tapi dia mencium kotoran kelelawar, tikus serta urine binatang yang memuakkan di sana. Siapa yang menduga kalau kelab mewah itu menyimpan ruangan jorok di bawahnya? Valerie melihat beberapa jasad orang yang terjatuh ke dalam lubang. Mereka vampir. Mereka tidak mungkin semudah itu mati hanya karena jatuh. Sesuatu membunuh mereka ketika tidak berdaya.

Valerie menghampiri salah seorang jasad wanita, dan melepas sepatunya. Valerie mematahkan hak tingginya dan membuatnya menjadi sepatu flat shoes yang lebih nyaman. Dia lalu memakainya. Sedikit terlalu kecil baginya, tapi setidaknya dia tidak perlu khawatir terpeleset kotoran kelelawar.

Dia kemudian menghunus Apollon.

"Valerie!" Raphael memanggilnya.

"Apa yang hendak kau lakukan?"

"Kau urus yang di luar sana, sir! Aku punya misiku sendiri di sini!" Valerie berteriak.

"Hei!" Raphael memang tidak bisa menyusul gadis itu. Karena Lust kini berusaha meremukkan tubuhnya. Dia menghunjam tanah yang ada di sekitar Raphael. Ternyata para ksatria tadi tidak cukup kuat untuk melawannya. Mereka belum mati namun, kepayahan dan terlihat lebam serta tulang patah di tubuh mereka. Itu bukan cedera yang akan lekas sembuh.

"Kau mengganggu kencanku!" Lust tampak emosional. Dia mengayunkan cakarnya yang panjang. Raphael tersentak, dia sedikit membungkuk dengan memasang kuda-kuda. Sebuah luka sayatan panjang tercipta di paha kirinya. Itu akan membuatnya mudah teralihkan. Namun dia sudah terbiasa cedera dalam perang. Adrenalin yang merasuk di aliran darahnya— membantunya mengurangi rasa sakit.

Dia kembali menghunus Demetria.

"Dancing Woods!" Teriaknya seraya menggores tanah di bawahnya.

Demetria adalah senjata terkutuk yang mengambil nama Dewi kesuburan dan pertanian. Dia bisa memanipulasi tanah, menciptakan gempa bumi lokal serta menghancurkan apapun yang masih mengandung unsur tanah.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now