Bab 19 - The Demon DNA

2.1K 495 47
                                    

"Kenapa kita tidak membunuhnya selagi ada kesempatan, komandan? Dia sudah terluka. Kematian D'Artagnan akan menjadi keuntungan besar untuk Rasputin!" Salah seorang kesatria rasputin dengan bekas luka di area matanya berkata geram.

"Dia tidak semudah itu dibunuh, apa kalian tidak menyadarinya? Romeo D'Artagnan mungkin telah membangkitkan darah iblis di dalam dirinya. Itu sesuatu yang bahkan diriku pun belum menguasainya. Walaupun hanya 1 persen kemungkinan aku terbunuh—aku tidak mau mengambil resiko. Perang ini belum akan segera berakhir, aku adalah pemegang senjata terkutuk. Rasputin membutuhkanku di Taverin," Caesar beralasan. Dia masih belum bisa mengenyahkan rasa sesalnya. Dia memang seharusnya membunuh Romeo ketika ada kesempatan. Tapi walau hanya beberapa detik, tadi dia merasa nyawanya hampir melayang.

Caesar tidak tahu kalau menghadapi kematian rasanya menakutkan. Padahal dia sudah terbiasa membunuh.

"Kalau kita semua menyerangnya bersama-sama, kita bisa—"

"Aku tidak akan mengizinkan siapapun membantuku menghadapi Romeo! Kami akan bertemu kembali ketika situasi yang tepat. Tidak perlu meragukan keputusanku, tugas kita bukan membunuh Romeo tapi mencari tahu siapa pemegang pedang terkutuk yang kita simpan di ruang bawah tanah Rutherford. Apakah kalian sudah mendapatkan namanya?" Caesar sedikit mendesak.

"Ketika tadi kalian sibuk menghadapi para Florence, saya mengidentifikasi nama para anggota kesatuan Jaguar, sir. Saya mendapatkan nama beberapa Vampire berdarah murni yang berasal dari keluarga bangsawan. Ada Wiccanter, Dubois, Ainsley dan—"

"Tunggu! Kau bilang Dubois? Apa kau yakin?"

"Di dokumen perintah tugas yang saya ambil dari tas salah seorang kesatria—tertulis namanya Julian Dubois, sir," kesatria Rasputin itu berkata yakin.

"Dubois hanya punya satu anak laki-laki, dia adalah Jasper Dubois. Vampir yang tidak pernah sekali pun menapakkan kakinya keluar dari mansionnya. Dia tidak mungkin ikut berperang," Caesar menggeleng ragu.

"Ya, tapi namanya tertulis di sana,"

Caesar tampak berpikir, dia menggaruk dagunya. Sekilas dia melihat ke arah para kesatrianya. Mereka cukup lelah dan kepayahan setelah menghadapi team Jaguar. Tentu itu tidak mudah bagi mereka. Karena walaupun mereka bukan lagi peminum darah manusia murni—mereka adalah kesatria yang teruji. Beberapa kesatria Rasputin mungkin mengalami patah tulang dan kulit yang robek.

Bahkan dengan kemampuan regenerasi mereka, itu tidak akan sembuh dalam waktu cepat.

"Kita punya tiga hari untuk memulihkan fisik kalian. Taverin adalah tujuan utama kita. Kalian akan membunuh sebanyak-banyaknya Vampir Florence di sana. Kita akan mencari desa lain untuk makan,"

"Kita setidaknya sudah berhasil membunuh dua dari mereka,"

"Tapi kita kehilangan satu orang,"

"Bukan waktunya meratap, kurasa pertempuran kecil tadi punya hasil cukup bagus untuk kita. Semua akan sempurna kalau kita bisa membawa pulang kepala Romeo ke markas dan memamerkannya pada pasukan Florence," celetuk salah seorang kecewa.

"Belum waktunya, kita bisa saja mati konyol kalau kita melanjutkan pertarungan," Caesar menggeleng sembari melambaikan tangannya.

"Sir Petroski, apa mungkin kalau anda hanya takut?" Salah seorang Rasputin mengkritik ya geram.

Caesar berhenti berjalan dan melihatnya murka.

"Aku? Takut katamu?"

"Ya, D'Artagnan mungkin memang lebih kuat daripada anda, sir. Sejujurnya itu sangat mengecewakan. Anda seharusnya bisa—"

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now