Bab 51 - The Lust

1.6K 387 15
                                    

Para pelayan menjerit ketakutan. Mereka kebanyakan adalah vampir, walau tidak ada dari mereka yang berdarah murni. Namun insting melawan mereka tidak menyala, karena mereka para wanita tidak pernah diajari cara bertarung. Kekuatan vampir mereka tidak diasah dan hanya berguna untuk membawa barang-barang berat ketika membersihkan atau mendekorasi rumah keluarga Dubois yang besar.

Valerie masih beruntung, karena dia seorang bangsawan yang sesekali menerima pelatihan pedang dari para ksatria. Itu hal yang biasa di kalangan wanita bangsawan, karena di situasi perang, mereka bisa ditinggalkan suami mereka. Jadi mereka setidaknya harus tahu cara melindungi anak-anak mereka. Namun para wanita tidak diizinkan mendalami ilmu pedang melebihi para pria.

Mereka tidak boleh menjadi ahli pedang, atau berkompetisi. Ilmu pedang digunakan untuk membela diri dan kehormatan mereka. Kecuali kalau mereka berprofesi sebagai ksatria dan diizinkan oleh kepala keluarga mereka.

Valerie membiarkan para pelayannya berlarian kabur dan berteriak-teriak memanggil para penjaga. Tapi mereka tidak akan secepat itu datang. Valerie masih mengenakan gaun tidurnya. Dia pun menghunus Apollon yang kini sudah bertransformasi ke wujud asalnya. Dengan kaki telanjang dia mengalihkan tenaganya menebas jendela dengan pedangnya.

Jendelanya pecah, menimbulkan suara riuh dan pecahan kaca tampak tersebar menghujani sekitar tubuh Lust. Valerie berharap, serangan kejutan itu akan membuatnya mundur menjauhi rumah.

Lust melompat turun. Valerie menyusulnya sambil berwaspada. Dia kini menapak di tanah sambil melihat ke arah Valerie. Dia menjulurkan lidahnya yang panjang dengan tatapan berminat. Valerie merasa bergidik. Dia benar-benar membenci perilaku Shadows itu. Dia tidak hanya jahat, tapi tatapannya tidak sopan dan menjijikkan.

Dia kira, makhluk itu sudah kabur bergabung

Valerie harus membunuhnya.

"Aku suka perempuan kuat!" Dia berteriak.

Valerie menggenggam Apollon yang kini berpendar kekuningan terang. Hanya saja, Valerie belum benar-benar memahami bagaimana untuk kembali memunculkan kekuatannya seperti ketika dia kemarin menghadapi Jenderal Gunther dengan pedang Khione-nya. Apakah Valerie harus benar-benar terdesak untuk bisa menghadirkan kekuatan matahari?

Shadows itu melompat secara mendadak dan lengannya yang panjang berbulu menangkap pinggangnya. Valerie memekik marah. Dia tidak pernah disentuh seperti itu oleh siapapun.

Valerie memastikan tidak membiarkan Apollon lepas dari tangannya. Dia sudah mengantisipasinya. Gadis itu memasang rantai di pegangannya, dan disambungkan dengan gelang yang selalu lekat dikenakan di pergelangan tangan kanannya. Seandainya tangannya terlalu berkeringat atau dia tenggelam di laut pun, dia tidak akan berpisah dari Apollon.

Shadows membawanya melompat-lompat di halaman rumahnya, dia hendak menculiknya, membawanya jauh dari semua yang dia kenal. Tapi Valerie tidak mengizinkan itu terjadi. Dia menebas salah satu lengan Lust yang kurang ajar sampai putus. Dia yang tersentak akhirnya kembali mendarat di tanah dan Valerie pun terlepas.

Pakaiannya kini dibanjiri oleh darah. Tapi seperti Shadows sebelumnya, dia menumbuhkan kembali lengannya.

"Oh, istriku ingin bermain kasar?"

"Siapa yang istrimu?!" Valerie memukulkan Apollon ke pahanya. Dia membuatnya jatuh ke tanah dan menusuknya bertubi-tubi. Hanya saja posisinya yang rendah dan tubuhnya yang ditahan oleh kaki Shadows itu membuatnya sulit mencapai kepalanya.

Lukanya segera sembuh. Dia tidak bisa membuat robekan yang cukup dalam karena tangannya tidak cukup bebas.

Shadows itu berbalik, dia mengurung Valerie dengan tubuh besarnya. Dia menahan kedua tangannya dan menatap ke arahnya. Lidahnya menjulur, mencicipi leher dan rambutnya. Valerie meronta panik, tapi tenaganya kalah dibandingkan sang Shadows. Monster itu tertawa. Valerie kalah. Raphael benar, dia tidak cukup kuat.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now