Bab 34 - Her day as Nobles

2K 571 39
                                    

Juliet mendengar langkah seseorang di sekitarnya. Dia tidak lantas segera membuka matanya, reflek menguasainya ketika merasa seseorang menekan area kakinya. Dengan gusar dia menjulurkan tangan dan menarik pakaian orang itu dan memberinya tatapan mengancam. Dia harus tahu kalau tidak bisa menyakiti Juliet.

"Milady, ini saya," suara seorang gadis pelayan terdengar ketakutan.

Juliet segera melepaskannya dan menarik nafas. Dia sudah terbiasa berada dalam situasi perang. Dimana dia harus siap berjaga ketika ada perubahan aura di sekitarnya. Seseorang bisa saja berusaha membunuhnya ketika tidur. Dia lupa kalau dia bukan lagi berada di Taverin atau barak para tentara.

Dia ada di rumahnya sendiri. Mansion termegah di Lapella yang tersohor. Rumah yang penuh dengan kemewahan dan para pelayan yang selalu siaga mengurusi kesehariannya.

"Astaga, Rebecca..maafkan aku," Juliet sepenuhnya bangun sekarang. Kepalanya terasa sakit. Dia pun melangkah turun.

"Saya hanya ingin menyelimuti anda, milady. Apa anda mengira seorang assassin sedang mengincar nyawa anda lagi?" Rebecca bertanya. Dia adalah keturunan vampir berdarah campuran yang memiliki freckles di area hidung dan matanya.

Juliet tidak segera menanggapi. Dia berjalan ke arah jendelanya. Kini sudah pagi hari. Dia melihat ratusan perdu mawar yang kuncupnya setengah terbuka tersebar di halamannya. Ada tukang kebun sedang bekerja di sana. Walaupun keluarga Dubois hanya terdiri dari empat orang-mansion mereka tidak pernah sepi.

Duke Dubois adalah penguasa Lapella. Dia enggan berkantor di luar rumah. Dia membangun kantor di rumahnya sendiri sehingga banyak orang rutin berkunjung untuk urusan Lapella.

Sudah lebih dari seminggu, Juliet kini aman dan nyaman di rumahnya. Dia mandi air hangat setiap hari, para pelayan yang prihatin melakukan segalanya untuk mengembalikan keindahan kulitnya yang mulai kering dan kasar. Mereka bahkan mendatangkan ahli kecantikan untuk merawat rambut dan kukunya. Kekhawatirannya dulu tidak terjadi. Juliet kembali mendapatkan kecantikannya hanya dengan beberapa kali perawatan.

Para pelayan kembali bersenang-senang dengan dirinya. Mereka memilih gaun-gaun cantik dan mendandaninya. Juliet memiliki paras jelita dan rambut yang indah. Tubuhnya juga lebih berlekuk daripada gadis kebanyakan walaupun tidak berlebihan. Mereka berkomentar kalau Juliet seharusnya sudah siap menikah dan mengeluh kenapa Duke Dubois belum juga memilihkan tunangan untuknya.

Ayah ibunya sangat pemilih, tapi kalau terlalu lama mereka khawatir Juliet akan menjadi perawan tua. Usianya hampir sembilan belas tahun. Padahal gadis bangsawan di sekitarnya sudah bertunangan di usia lima belas tahun dan menikah di usia delapan belas tahun.

Juliet mencoba beradaptasi kembali dengan kehidupan lamanya. Tapi itu tidak terlalu mudah. Dia terbiasa hidup prihatin di peperangan. Memiliki seseorang yang mengganti pakaiannya serta menyiapkan air mandinya kadang membuatnya merasa bersalah. Dulu dia merasa sangat marah karena orang tuanya membuatnya mengalami semua hari-hari sulit dan jauh dari kenyamanan di medan perang. Tapi kini, Juliet merasa bersyukur pernah mengalaminya.

Dia jadi tidak terlalu manja dan tidak terlalu bergantung pada orang lain. Dia kini mandiri walaupun sesekali dia bersedia dilayani. Juliet kini punya dunia baru yang dijalaninya selain kehidupan normal para gadis bangsawan.

"Tuan dan tuan muda telah menunggu anda di ruang makan, milady," kata Rebecca setelah dia selesai mendandani nonanya.

Juliet masih berasa ini mimpi. Dia tidak menyangka akan pulang secepat ini. Seharusnya dia masih bergabung dengan militer setidaknya untuk empat tahun ke depan. Gadis itu meraba railing di depan kamarnya yang terbuat dari kayu Ulin mahal yang dipoles, lantai seisi rumahnya yang terbuat dari marmer. Serta lampu gantung kristal yang megah dan membuatnya seakan masuk ke dunia dongeng.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now