PART EMPAT PULUH DUA

18.3K 906 59
                                    

MAAFIN KALAU GAJELAS🥺🥺


HAPPY READING!!

Sore hari sepulang dari kampus. Rhaditya mengajak Davira untuk ikut bersamanya ke kantornya. Karena Rhaditya harus mengurus beberapa berkas.

Dan saat ini Davira merasa bosan, karena sejak Davira masuk ke gedung kantor ini Rhaditya hanya fokus kepada kertas-kertas dihadapannya. Sedangkan Davira hanya duduk memperhatikannya.

"Mas. Masi lama gak?" Davira mengeluarkan suaranya.

"Bentar. Ini semuanya harus di baca dulu, sebelum aku tandatangani" jawab Rhaditya tanpa mengalihkan pandangan dari kertas-kertas tersebut.

Setelah mendengar jawaban dari Rhaditya. Davira memilih untuk keluar dari ruangan tersebut, dan berniat berkeliling melihat-lihat kantor suaminya ini.

Davira keluar dari ruangan Rhaditya tanpa Rhaditya sadari. Dan saat ini Davira sedang berjalan melihat-lihat ruangan-ruangan yang ada di dalam gedung kantor ini.

Tak sengaja Davira berpapasan dengan Raka Asisten Pribadi Rhaditya. "Eh Raka" ucap Davira.

"Sore Bu Davira" sapa Raka.

Davira merasa aneh dengan panggilan yang Raka lontarkan. "Jangan panggil saya ibu. Emangnya saya setua itu ya" protes Davira diiringi tawanya.

"Maaf bu. Tapi memang harus seperti itu hehe" jawab Raka lagi.

"Panggil saya Davira aja. Lagian usia saya sama kamu juga tuaan kamu kayanya" ucap Davira yang di angguki oleh Raka.

"Baik kalau begitu bu. Saya mau ke ruangan pak Rhaditya, apa beliau ada di dalam?"

"Ada di ruangannya. Yaudah silahkan kamu lanjutan, saya mau cari angin dulu" ucap Davira lalu meninggalkan Raka.

-

Raka mengetuk pintu ruangan Rhaditya dan Rhaditya menyuruhnya masuk. "Permisi pak" Ucap Raka dan berjalan mendekat ke meja Rhaditya.

"Silahkan duduk Raka. Ini saja berkas yang harus saya tandatangani?"

Raka mengangguk. "Iya itu saja pak. Apa bapak sudah memeriksanya lebih dulu?"

"Sudah saya baca semuanya, dan sudah saya tandatangani juga" jawab Rhaditya.

Rhaditya merapikan tumpukan kertas tersebut dan memberikannya kepada Raka. "Sekarang kamu boleh kerjakan pekerjaan kamu yang lain" ucap Rhaditya dan menyerahkan berkas tersebut.

"Baik pak. Saya permisi keluar" ucap Raka.

Rhaditya mengangguk. "Iya silahkan" ucap Rhaditya.

Raka segera keluar dari ruangan Rhaditya. Dan saat ia mengedarkan pandangannya ia tak menemukan Davira di dalam ruangannya.

"Raka" panggil Rhaditya saat Raka sudah hampir keluar dari ruangannya.

"Iya pak. Ada apa pak?" Tanya Raka.

"Kamu lihat istri saya gak?" Tanya Rhaditya.

Raka menjawab. "Lihat pak. Tadi sebelum saya masuk ruangan bapak, saya berpapasan dengan bu Davira"

"Sekarang dia kemana?"

"Saya kurang tau pak. Tadi bu davira bilang mau cari angin pak" jawab Raka.

Rhaditya hanya mengangguk mendengar jawaban dari Raka. "Oke kalau gitu kamu boleh keluar" ucapnya.

Rhaditya langsung mengambil handphonenya dan segera menelpon sang istri yang keluar dari ruangannya tanpa memberitahunya.

Namun suara handphone Davira berbunyi dari dalam tasnya yang berada di meja Rhaditya. Tandanya Davira tak membawa handphonenya.

Rhaditya keluar dari ruangannya dan mencari Davira keluar. Rhaditya tau kemana Davira pergi, lalu Rhaditya menuju tempat tersebut.

Dan seperti dugaan Rhaditya. Davira memang benar sedang berada di kantin. Rhaditya berjalan kearah meja Davira yang posisinya dekat dengan pintu masuk.

"Vir" panggil Rhaditya.

Davira menatap kearah sumber suara. "Eh Mas. Ngapain nyusul kesini?"

"Kamu lagian keluar gak bilang-bilang"

Davira tersenyum menampilkan gigi ratanya. "Lagian Mas sibuk, makannya aku lebih milih keluar dari ruangan mas dan cari makan"

"Oke. Maafin" ucap Rhaditya lalu duduk di bangku dekat Davira.

Sedangkan Davira melanjutkan memakan makanannya. "Kamu pesen makan disini, emang bawa uang?" Tanya Rhaditya membuat Davira menghentikan kunyahannya.

"Eh iya. Aku baru inget tas aku kan masih di ruangan Mas" jawab Davira dengan polosnya.

"Nah kan. Coba kalau aku gak kesini pasti kamu malu karena gak bisa bayar"

Davira makin tertawa malu. "Iyaa kan aku lupa mas"

Rhaditya mengacak rambut Davira karena gemas dengan tingkahnya. "Bentar saya bayar dulu makanan kamu" ucap Rhaditya dan berdiri lalu berjalan ke arah kasir.

-

Davira dan Rhaditya sampai di rumah mereka tepat jam 18.00. mereka mendapati bi Inah yang sedang duduk di kursi depan sambil menangis.

"Bi kenapa?" Tanya Davira.

Bi Inah bangun dari duduknya. "Anak saya masuk rumah sakit Non, Den. Jadi saya mau izin buat pulang"

"Iya bibi segera pulang aja, kasian anaknya" ucap Davira. "Biar Mas Rhaditya antar bibi yaa" lanjutnya.

Bi Inah menggeleng cepat. "Engga usah Non. Bibi bisa naik bus, yang terpenting bibi dibolehkan pulang saja" ucap bi Inah.

"Yaudah bibi hati-hati ya. Ini ada sedikit uang buat bibi" ucap Rhaditya dan memberikan berlembar-lembar uang pecahan ratusan.

Bi Inah menerima uang pemberian Rhaditya. "Makasih banyak ya Den. Non. Saya kebelakang dulu buat siap-siap"

"Iya bi silahkan. Semoga anaknya cepat sembuh kembali ya bi" ucap Davira.

Bi Inah mengangguk. "Ammin non"



TYPO TANDAIN YAAAA PLISSS

SEE YOUUU❤️

Jodohku, Pak Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang