Tiga puluh Dua : Kepergok

5.3K 276 24
                                    

Dara

Tok tok tok..

Astaga! Aku baru ingat kalau ini di lingkungan sekolah. Gawat! Bagaimana jika Aga ketahuan guru? Apa tidak masalah?

"Ga, lepasin, sepertinya di luar ada orang. Aku dan Aga sama-sama melihat ke luar dan ternyata memang ada sekelompok siswa yang sepertinya aku kenal. Itu Ruda dan kawan-kawannya.

Kembali pintu di ketuk dan Aga menurunkan kaca pintu mobil.

“ Kenapa sih?” tanya Aga sedikit kesal.

“Kalau mau mesra-mesraan di rumah woi. Ini sekolah, nggak lihat kalau dinding kaca mobil ini transparan?” Celetuk Ruda. Aku membenamkan wajahku di setir kemudi. Aku sungguh malu, luar biasa malu.

“Tadi nggak ada orang. Lagian berisik banget, ganggu kesenangan orang aja. Bilang aja iri.”

Aku mengintip sedikit dan melihat wajah-wajah penasaran yang tengah berdiri di belakang Ruda.

“Rud, gue nggak salah lihat kan? Itu tadi Aga sama mbak Dara lagi ciuman kan? Nempelin bibir sama bibir kan?” tanya seorang bocah dengan tubuh jakung.

“Iya, kayaknya gue juga lagi mimpi. Nggak mungkin lah, masa Aga sama mbak Dara cipokan.” Ini suara bocah dengan potongan poni ala oppa-oppa Korea.

“Kita kayaknya lagi mimpi, coba kita ke toilet cuci muka bentar,” ajak salah satunya. Mereka pun berlalu dengan wajah linglung.

Aga dan Ruda justru tertawa terbahak.

“Busyet.. dua manusi itu kenapa lucu banget sih," kata Aga dengan wajah merah akibat tertawa. Aku ikut tertawa karena merasa lucu melihat teman-teman Aga.

“Mbak Dara kenapa ke sekolah?” tanya Ruda.

“Oh nganterin barangnya Aga yang ketinggalan,” jawabku.

“Lain kali nggak usah mbak. Biar dia aja yang ambil sendiri. Dan satu lagi kalau bisa, kalau mau cipokan jangan di area umum.”

Kenapa Ruda harus bahas itu lagi sih? Aku kan jadi malu.

“Rud, udah lah, lo kaya nggak pernah aja. Gue aja sering mergokin lo lagi melahap si Kinda di belakang toilet sekolah yang di pojokan itu,” kata Aga yang membuatku terkejut. Aku melihat Ruda dengan ekspresi penasaran.

“Jangan dengerin mbak, Aga cuma asal ngomong aja. Oh ya Ga, cepetan keluar dari mobil. Bel udah bunyi tuh.” Aku tahu Ruda tengah mengalihkan pembicaraan. Sepertinya nanti aku harus menginterogasinya.

Aga mengecup pipiku sekilas sebelum keluar  dari mobil.

“Hati-hati ya mbak,” kata Aga dan Ruda hampir serempak. Aku mengangguk dan memandangi kedua bocah itu masuk ke sekolah dengan perasaan lega. Akhirnya mereka akur juga.

Aku pun lantas menghidupkan mesin mobil dan pergi dari sana.

Dalam perjalanan pulang, aku masih teringat dengan kejadian di sekolah tadi. Aku masih merasa belum puas akan jawabn Aga. Apa aku harus menyelidikinya? Tapi itu terkesan aku tidak percaya pada Aga. Tapi kalau aku biarkan.. Aha sudahlah, aku cukup harus percaya pada Aga saja kan? Semoga Aga memang tidak sedang menjalin hubugan dengan perempuan manapun. Sepertinya aku tidak sanggup jika harus menyaksikan Aga bersanding dengan perempuan lain selain aku.

♧♧

Sepulang sekolah, aku dikejutkan oleh segerombolan siswa yang adalah teman-teman Aga juga Ruda. Mereka ada berempat termasuk Aga dan Ruda. Dua orang lainnya adalah teman Aga yang kutemui tadi pagi.

“Sore mbak, aku Jeon," katanya. Dia adalah anak dengan potongan poni ala oppa Korea yang aku bilang tadi.

“Aku Raka mbak, kita udah beberapa ketemu. Tapi takut mbak lupa, jadi kita kenalan lagi aja.” Ini anak dengan tubuh jakung.

Make A Baby with Berondong (Selesai)Where stories live. Discover now