Dua puluh Tujuh

4.5K 481 15
                                    

Aga

"Woi Ga ,kenapa lo senyum-senyum sendiri kaya orang gila?!" Teriak Jeon dari seberang lapangan parkir. Sepertinya dia juga baru berangkat. Aku menghampirinya setelah memarkirkan motorku.

"Hai bro selamat pagi. Pagi ini cerah dan indah ya?" Tanyaku tanpa melunturkan senyum yang terpatri di bibirku.

"Cerah dari mana? Ini mendung kali Ga," katanya sambil mendongak menatap langit. Aku menggelengkan kepala nggak setuju dengan ucapannya.

"Burung-burung pun bernyanyi, merdu sekali ya kan Yon?"

"Udah sinting lo Ga, ini tuh suara burung gagak di belakang sekolah. Lo itu gila apa kesurupan dedemit?"

"Berisik!! Lo yang gila kali. "

"Good morning   my brothers, kayanya seru banget. Ada gosip apa nih?" Raka yang baru saja datang, langsung memeluk kami berdua.

"Ini kayanya temen lo entah gila atau kesurupan Ka. Coba lo jampi-jampi deh." Jeon mendorongku ke arah Raka.

"Lo ketempelan dedemit mana?"

"Berisik lo semua," keluhku.

Aku masih nggak bisa  melupakan kejadian tadi pagi saat mbak Dara menciumku sewaktu aku tidur. Yah, aku akui, aku memang belum tertidur saat mbak Dara mencium pipiku dan bilang terima kasih. Membayangkan dicium duluan oleh mbak Dara membuat jantungku menari dengan indah.

"Woi.. Rud! Tungguin kita-kita dong!" Teriak Jeon. Lantas aku melihat ke arah Ruda yang sepertinya baru saja akan ke kantin. Mata kami saling bertemu dan Ruda membuang muka begitu saja. Yaelah, ini anak nggak ada habisnya marah sama aku.

"Kalian kapan baikannya sih?" Tanya Raka saat melihat Jeon berlari menyusul Ruda. Aku hanya bisa mengedikkan bahu. Aku sendiri juga nggak tahu kapan itu anak berhenti marah. Mungkin memang sudah saatnya aku dan Ruda berbaikan. Lagipula aku dan dia sudah jadi keluarga dan mungkin status kekeluargaan kita akan berlangsung selamanya. Ya iyalah, nggak mungkin aku mau melepaskan mbak Dara. Sampai matipun Mbak Dara akak jadi istriku.

"Gue duluan ya?" Kataku sambil beranjak.

"Mau kemana lo?"

"Mau menjinakkan anak anjing," jawabku asal. Aku pun  bergegas menyusul Ruda.

"Anak anjing siapa maksud lo?" Aku melambaikan tangan pada Raka dan berlari meninggalkannya.

Aku melihat Ruda duduk di antara siswa lain yang tengah menjejalkan makanan untuk sarapan mereka. Jeon masih di depan stand bakso. Suasana kantin nggak terlalu ramai karena masih pagi. Tapi beberapa murid yang ada disitu memperhatikanku saat aku masuk ke kantin. Semenjak hubunganku dan Ruda renggang, banyak bisik-bisik tetangga. Mereka mengasumsikan banyak hal tentang kerenggangan pertemananku dengan Ruda. Tapi aku nggak mau meluruskan, biarkan saja mereka berasumsi sesuka hati mereka.

Sekarang ini pun saat aku menghampiri Ruda, aku bisa mendengar bisik-bisik mereka.

"Mereka masih marahan ya?"

"Nggak nyangka duo pangeran sekolah kita jadi musuhan. Kira-kira kenapa mereka bisa kaya gitu?"

"Kurang tahu gue. Tapi ada yang bilang mereka musuhan karena Aga naksir Kinda atau sebaliknya gitu."

"Ah masa?! Nggak mungkin! Jangan ngarang! Nggak mungkin Aga suka sama cewek gendut kaya Kinda. Kalau sebaliknya, ada kemungkinan sih. Secara Aga itu kan cakep banget, mana keturunan Sultan."

"Tapi Ruda juga cakep kali dan cowok secakep itu bisa naksir sama Kinda yang gemuk itu."

"Bener. Bukan rahasia lagi juga kan kalau Aga itu suka mainin cewek."

Make A Baby with Berondong (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang