Prolog

12.6K 705 7
                                    

Hah! Rasanya hidup sungguh memuakkan. Kesialan hari ini datang bertubi-tubi, menghantamku hingga rasanya aku nyaris tumbang.

Dimarahi atasan karena kesalahan pekerjaan. Padahal itu hanya kesalahan kecil. Oke lah, memang sedari awal kembarannya Lucita Lunet itu memang jelas menunjukkan ketidaksukaannya padaku. Hah, menyebalkan! Bilang saja iri.

Dan parahnya lagi, aku melihat pacarku tengah bercumbu dengan wanita lain di kantornya. Kurang sial apa hidupku? Dasar lelaki buaya! Sekali buaya tetap buaya. Untung saja, aku tidak terlalu menyukainya. Jadi kemungkinan aku patah hati tidak sampai 100 persen.

Aku meneguk cairan alkohol di depanku. Cara melepaskan kegundahan dan beban hidup dari yang aku tonton di drama Korea adalah berlari ke alkohol. Aku datang ke sebuah club malam dan mencoba. Dan saat meneguknya pertama kali, ada rasa pahit yang mendominasi. Namun semakin kuminum rasanya sungguh luar biasa. Ternyata sangat enak dan efeknya benar-benar membuat pikiran serta beban masalah hidupku sedikit berkurang.

Aku tidak menghitung berapa gelas alkohol yang kuminum. Namun aku merasakan kepalaku mulai pusing dan tubuhku terasa ringan. Mungkin kalau aku terus minum, aku akan roboh disini.

"Woi bro, sendirian aja nih?" Seorang bartender di depanku mengangkat tangannya, menyapa seseorang yang kini menarik kursi di sebelahku. Aku melihat pria itu, wajahnya yang sedikit kebulean dengan struktur wajah mendekati sempurna. Terlalu tampan.

"Pesan yang kadar alkoholnya paling dikit," kata pria tampan itu. Suaranya yang dalam dan agak serak-serak becek, membuatnya terdengar sangat seksi. Apa aku ajak dia kenalan saja? Lumayan kan buat pelepas lara hati.

"Tumben?" Tanya bartender itu.

"Lagi bawa motor."

"Oh, siap bro." Bartender itu bergegas  meracik alkohol pesanan sang pria tampan.

"Sendirian aja mas?" Tanyaku. Entah keberanian dari mana tiba-tiba mulutku sok akrab padanya. Mana panggil pake embel-embel mas segala. Mungkin inilah salah satu efek alkohol, meningkatkan kepercayaan diri.

Dia tengah menelengkan kepalaku, menatapku dengan alis berkerut. Tapi kemudian dia tersenyum, menampilkan lesung pipi yang menambah kesan manis senyumnya. Damn! Jadi pengen bawa pulang nih laki. Buat pajangan di kamar boleh juga. Jadi suami apalagi, boleh banget.

"Kamu lihat aku lagi sama siapa?" Tanya pria itu.

Aku melihat sekelilingnya. Aku pun tertawa. Dasar Dara Aurora gila. Sudah tahu kalau dia tadi datang sendiri. Kemana pikiran paling rasionalmu Ra?

"Sendirian aja?" Tanyanya balik.

Aku mengangguk dengan kepala berat. Kesadaranku mulai menipis dengan pandangan mata mengabur.

"Menurutmu?" Tanyaku balik. Aku membasahi bibirku yang terasa kering.

Dia tersenyum miring, lalu duduk menyamping menghadapku sembari menopang kepala dengan tangannya.

"Patah hati?" Tanyanya dengan sebelah alis terangkat.

Aku kembali tertawa. Selain tampan, pria ini cerdas juga.

"Kelihatan banget ya?" Dia pun mengangguk.

"Nggak sepenuhnya patah hati. Patah hatinya cuma segini," aku menyatukan jari telunjuk dan jempol sembari tersenyum.

"Nggak cinta berarti?"

Hahahaha. Aku kembali tertawa. Entah kenapa mengobrol dengan pria ini membuatku terus tertawa.

"Pengen tahu banget atau pengen tahu aja."

Dia tertawa.

"Kamu lucu," katanya. Aku tidak bisa menyembunyikan tawaku. Aduh  di umur segini, baru kali ini aku dipuji lucu. Kebanyakan pria akan memujiku manis, cantik atau seksi.

"Kamu juga lucu. Gemesin banget sih, kaya pantat bayi," timpalku.

Dia tersenyum. Lalu atensinya teralihkan saat bartender datang membawakan minuman pesanannya.

"Beraksi Ga?" Tanya bartender itu.

"Urus saja urusanmu sendiri," jawab pria yang dipanggil Ga oleh sang bartender.

"Oke. Gue nggak akan ganggu. Good luck."

Aku tersenyum ketika ia berbalik menatapku. Tatapannya seolah ingin menyihirku masuk dalam dunia mimpi.

"Oh ya kenalin, aku Ara." Aku mengulurkan tangan dan yang tak terduga dia menyambut uluran tanganku lalu mengecup punggung tanganku dengan lembut. Sesuatu dalam diriku berdesir halus.

"Nice to meet you, Ara."
Dia tidak menyebutkan namanya, namun aku tidak peduli. Lagipula kemungkinan kita akan bertemu lagi sangat tipis kan. Maka dari itu, dengan berani aku memupus jarak di antara kami, lalu mengelus pipinya. Mata kami terkunci satu sama lain. Aku suka melihat pancaran matanya ketika kusentuh, juga senyum kecilnya yang tersungging miring. Ku kecup sudut bibirnya dan tersenyum.

😎

Aku melenguh pelan saat kepalaku terasa berat dan pusing. Tanganku meraih ponsel dan melihat jam disana. Aku terbelalak saat melihat sudah jam berapa sekarang. Mati aku! Aku telat ke kantor.

Ketika akan beranjak, aku kembali dikejutkan dengan fakta lain. Seperti tersambar petir di siang bolong, aku melihat diriku yang tak tertutupi sehelai benang pun dibalik selimut yang kupakai. Aku melihat sekeliling dan aku memperkirakan kalau aku tengah berada di sebuah kamar hotel. Aku melihat sampingku yang sudah kosong.

Aku menggelengkan kepala saat pusing kembali mendera. Aku mencoba mengingat kejadian semalam dengan susah payah. Lalu muncul potongan-potongan  kilasan mengenai aku semalam. Aku yang frustasi lalu memutuskan minum alkohol, bertemu pria tampan dan yang terakhir berakhir di kamar ini. Gila! Gila! Pikiranku memang sudah tak waras.

Terdengar bunyi air mengalir dari kamar mandi. Aku taksir, mungkin itu adalah pria semalam.

Oke! Tenang Dara! Ini cuma  hubungan semalam kan? Kamu tidak perlu cemas. Kamu tidak akan pernah bertemu dengan pria itu lagi.

Kutolehkan kepala mencari pakaianku yang ternyata berserak di lantai. Aku pun beranjak bangun, namun aku merintih saat merasakan nyeri dan perih di bagian bawah sana. Dara memang gila! Setelah dua puluh lima tahun menjaga kehormatanku, aku justru merelakan untuk pria yang tak dikenal. Tapi tidak ada waktu untuk menyesali diri sekarang. Aku harus cepat pergi sebelum pria itu keluar dari kamar mandi.

Setelah keluar dari hotel, sambil menahan nyeri di bawah sana dan sakit serta lelah di sekujur tubuh, aku berusaha mencari taksi. Sudah tidak ada waktu. Aku sudah telat ke kantor. Mau bolos juga percuma, yang ada aku kena SP. Mendingan mendengar rentetan omelan kembaran Lucita Lunet yang tak ada habisnya, daripada aku kena SP dan berimbas potong gaji juga. Oh no! Jangan dong, tas gucci kesayanganku bisa melayang.

😎😎😎
Bersambung...
Disambung besok lagi, dadah..
Koreksi ya kalo ada typo.
Jangan lupa vote dan komen.

Gomawo,
Saranghae dari tukang kebunnya Lee min ho.

Make A Baby with Berondong (Selesai)On viuen les histories. Descobreix ara