Tiga : Dunia terlalu sempit

8.2K 644 16
                                    

Rafan Agantala

"Ga, nanti belajar di tempat gue aja ya?" Aku menoleh saat Ruda mengambil duduk di sampingku. Siang itu kami berada di kantin sekolah bersama dengan teman-teman lain.

"Oke, dimana aja jadi," sahutku sembari menyeruput segelas besar es jeruk.

"Dari mana aja lo Rud?" Tanya Raka, dia temanku sejak masuk ke SMA ini.

"Palingan juga habis nyudut di pojok perpus," timpal Jeon, kalau ini teman Ruda yang katanya sudah kenal sejak jaman SMP.

"Baca buku?" Tanya Irsad, si ketua organisasi PMR. Dia yang kelihatan paling normal diantara kami berlima. Pikirannya terlalu lurus dan polos kaya bayi. Berbeda dengan kami berempat yang otaknya suka traveling.

"Yah, si Irsad polos amat. Baca buku apaan? Baca bibir pasangan iya," balas Jeon, manusia dengan otak paling kotor diantara kami.

"Maksudnya?" Tanya Irsad. Astaga! Aku menggelengkan kepala, masa gitu aja nggak ngerti.

"Habis cipokan dia," sahutku enteng.

"Heh, itu mulut lemes amat. Bisa pakai bahasa yang lebih halus nggak?" Ruda melotot nggak terima.

"Oh, habis sosor-sosoran. Gimana? Gimana? Bibir Kinda cipokable nggak?" Tanya Raka kepo.

Bukannya menjawab, Ruda mengambil botol kecap dan menempelkannya di bibir Raka.

"Noh, cipokable nggak tuh botol?"

"Sialan lu Rud, mentang-mentang punya pacar." Raka mengusap bibirnya dan terlihat sedikit kesal.

"Iri bilang bos!!" Teriak Jeon.

"Halah, gue nggak iri tuh," sahut Raka nggak terima.

"Bilang aja mupeng."

"Belajar dari Ruda atau Aga makanya."

"Kok gue? Gue kan jomblo!" Kataku menimpali.

"Jomblo sih, tapi gebetan lo kan banyak. Tinggal milih aja yang mau di taken."

"Tapi, gue jadi penasaran, lo sama gebetan-gebetan lo itu sejauh mana skinship nya? Cipokan doang, cipokan sambil raba-raba, atau langsung...." Raka menaikkan sebelah alisnya, menanti jawaban dariku.

"Rahasia. Lo nggak perlu tahu."

"Jangan-jangan lo udah pernah HS ya? Gila, fucekboi kita emang mantul!" Seru Jeon dengan mulut tanpa filternya.

Aku bakalan tutup mulut sampai kapan pun. Mereka nggak perlu tahu sejauh apa hubunganku dengan gebetan-gebetanku.

"Berisik! Dah balik kelas sana, bentar lagi bel," kataku tanpa peduli dengan mereka yang makin kepo.

"Yuk Rud, masuk," ajakku pada Ruda. Tahun ini aku sekelas dengan Ruda. Sebenarnya aku dan Ruda belum lama ini berteman dekat. Dulu-dulu sih cuma say hello aja kalau pas-pasan di kantin atau koridor sekolah.

"Duluan," kata Ruda pada Raka dan Jeon lalu berjalan menyusulku. Irsad, si anak polos udah nggak terlihat batang hidungnya.

"Lo beneran udah pernah HS Ga?" Tanya Ruda saat kami berjalan menuju kelas. Aku meliriknya.

"Kenapa? Lo mau nyoba HS sama Kinda?" Tanyaku dengan senyum remeh. Air muka Ruda langsung berubah panik.

"Gila! Ya nggak bakal lah. Gue itu cinta sama Kinda dan cinta itu nggak merusak pasangan."

Selama mengenal Ruda, dia adalah pria sejati yang cukup baik. Dia selalu bilang padaku kalau dia akan melindungi cewek yang dia suka.

Tapi coba kalian pikir, memangnya kalau HS atau having sex atau kita sebut saja making love biar kesannya romantis itu apa merusak pasangan kita? Bukannya kita melakukannya karena mau sama mau? Sejujurnya, aku nggak setuju kalau soal hal ginian cowok yang lebih disalahkan. Kenapa? Karena cewek juga salah, kenapa mau melakukan itu. Padahal kita sebagai cowok nggak maksa loh. Malah mereka yang suka rela melemparkan diri, kadang malah pakai acara mancing-mancing segala. Salah satu contohnya nih, si cewek pakai pakaian seksi dan terbuka yang mengundang hasrat kaum cowok. Nah, bukan salah cowok dong kalau si cowok jadi bernafsu. Salahkan saja si cewek.

Make A Baby with Berondong (Selesai)Where stories live. Discover now