Delapan: Bocah pengganggu

6.9K 545 3
                                    

Dara Aurora

Aku tidak peduli dengan segala omong kosong yang Aga ucapkan. Bocah itu terlalu sok tahu. Kaya dia sudah pernah hamilin anak orang aja. Atau dia memang sudah pengalaman dalam hal begituan? Ah, masa bodoh! Mana mungkin hanya berbuat sekali langsung jadi? Melamar kerja, ngerjain ujian, aja pasti ada gagalnya kan?

Terserahlah dia mau ngomong apa, yang jelas aku akan tetap pada keyakinanku, aku tidak mungkin hamil hanya dalam sekali percobaan. Akan aku sugestikan ke dalam pikiranku pernyataan tersebut.

Yang harus dipusingkan sekarang adalah bagaimana cara menghindar dari si bocah itu. Semakin hari bocah itu semakin berani dan kurang ajar. Dia sama sekali tidak menghormatiku selaku orang yang umurnya lebih tua darinya. Lalu yang menyebalkannya lagi, Aga hampir tiap hari muncul di rumahku. Ampun deh, itu bocah apa tidak punya rumah?

"Mbak, minta dong!" Aku baru akan menyuap sesendok es krim ke dalam mulutku saat Ruda masuk bersama Aga.

Weekend seperti ini kalau tidak malas-malasan di tempat tidur ya paling enak makan es krim sembari membaca novel kesukaanku. Itu bagiku sudah seperti surga. Tapi sepertinya surga yang aku inginkan tersebut harus aku telan dalam mimpiku. Ada manusia pengganggu yang terus merecokiku.

"Ambil sendiri di kulkas!" Ruda mengerucutkan bibir sembari berjalan menuju kulkas.

"Lo mau es krim juga Ga?" Tanya Ruda.

"Nggak. Lo aja. Masa makanan bocah lo kasih ke gue?"

"Sok lo! Ya udah kalau nggak mau."

Emang sok banget si bocah bernama Aga tersebut. Eh, tapi bocah sepertinya mana mungkin mau es krim? Minuman sekelas dia kan alkohol, nongkrongnya aja di bar. Apa jangan-jangan Ruda selama ini juga sudah pernah masuk bar? Tidak benar ini. Pergaulan Aga akan merusak Ruda. Aku semakin tidak suka dengan bocah itu. Sebaiknya aku bicara pada Ruda nanti.

"Tumben amat weekend gini di rumah? Biasanya jalan sama Kinda atau nggak nongkrong sama teman-teman kamu." Aku melihat Ruda yang masih sibuk berada di dapur. Kenapa hanya ambil es krim aja lama banget? Gerah nih cuma duduk berdua sama bocah ini.

"Dia noh yang ngajakin main di rumah aja. Ngajak mabar katanya," tunjuk Ruda pada manusia yang paling tidak ingin kulihat atau temui. Aku melirik Aga yang duduk di sampingku. Penampilannya yang kasual dengan kemeja polos yang bagian lengannya digulung sampai siku dan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka serta celana ripped jeans, membuat tampilan bocah itu kelihatan segar dan tentunya tampan. Aku bahkan bisa mencium aroma parfumnya dengan jarak satu meter.

"Nggak usah lirik-lirik mbak. Lihat langsung kan lebih enak," bisik Aga yang kini duduk mendekat denganku. Aku menggeser sedikit dudukku agar tidak bersentuhan dengannya.

"Siapa yang lirik kamu? Pede banget!" Ujarku pelan dengan nada sedikit ketus.

"Memangnya aku bilang kalau mbak lagi lirik aku? Kan aku cuma bilang jangan lirik-lirik, takut mata mbak jadi juling."

Dih tidak jelas dasar bocah!

"Hohoho.. berarti dari tadi mbak ngelirik-lirik aku dong ya? Gemesnya."

"Dih jijik. Nggak usah lebay! Cuma dilirik doang udah lebay gitu."

"Biarin kali mbak, dari dilirik lama-lama nanti dipandang penuh cinta, kan asik mbak."

"Nggak usah berharap. Buang jauh harapan kamu itu karena sampai kapanpun, aku nggak akan cinta sama kamu."

"Jahatnya," gumamnya. Diam-diam aku tersenyum melihat ekspresinya yang dibuat sedih. Lucu.

Make A Baby with Berondong (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang