Enam : Aga dan cewek-cewek

7.1K 577 12
                                    

Rafan Agantala

Seseorang menarik lenganku saat aku tengah mengobrol dengan Dita di kelas. Aku menoleh dan mendapati Syifa pelakunya.

"Aku mau bicara sama kamu Ga, bentar aja."

Aku mengangguk, lantas mengikutinya yang berjalan duluan. Beberapa pasang mata menatap kami, ada yang sembunyi-sembunyi dan ada juga yang terang-terangan. Bukan rahasia umum lagi kalau Syifa adalah seseorang yang dulu pernah mengisi momen kosong dalam hidupku dalam jangka waktu yang cukup lama. Kami putus karena dia ada affair dengan mantan kakak kelas. Dan sejak saat itu aku belum berniat menjalin hubungan lagi. Aku lebih nyaman nggak terikat karena jika ada rumor aneh, akan gampang meluruskannya.

Aku dan Syifa sudah putus setahun yang lalu tapi rumor tentang kami masih berlanjut sampai sekarang. Terlalu banyak opini yang kudengar tentang alasan Syifa berselingkuh dan putus denganku. Sebenarnya aku  nggak terlalu terpengaruh dengan rumor tersebut. Hanya saja, kadang aku merasa kasihan pada Syifa yang kerap disudutkan dan dianggap paling salah. Padahal, aku nggak sakit hati oleh perbuatannya dan bukan sepenuhnya kesalahannya juga.

Kami sampai pada di sebuah koridor yang cukup sepi di belakang gedung sekretariat OSIS. Aku bersedekap, menunggunya berbicara. Perlu kalian tahu, setelah putus, hubunganku dengan Syifa masih terjalin cukup baik sebagai teman.

"Aku udah putus sama Awan," kata Syifa memulai pembicaraan. Dia menatap ke dalam mataku. Sejujurnya aku tahu ke arah mana pembicaraan ini berlanjut. Tapi aku memilih pura-pura nggak tahu.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Aku ngerasa udah nggak cocok lagi sama dia. Dan sebenarnya dari awal aku nggak cinta sama Awan. Aku cuma cinta sama kamu Ga." Syifa berujar pelan di akhir kalimatnya. Dia menatapku dengan tatapan merasa bersalah.

"Aku pengen kita sama-sama lagi kaya dulu," imbuhnya dengan senyum manis di bibirnya. Dulu senyum itu yang membuatku terpesona dan akhirnya jatuh cinta pada Syifa. Tapi senyum dan wajah cantiknya bagiku terlihat biasa saja sekarang.

Aku balas tersenyum padanya. Aku meraih tangannya dan mengelusnya punggung tangan tersebut dengan lembut.

"Kamu cantik Fa, kamu baik dan aku suka sama kamu. Tapi aku nggak bisa kita kaya dulu lagi. Kamu tau kan alasan kamu selingkuh dan akhirnya kita putus?" Tanyaku tanpa melepaskan pandangan darinya.

"Iya aku tau. Aku paham banget soal itu Ga. Aku kira kamu akan berubah pikiran."

Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum.

"Maaf ya Fa, aku harap kamu nggak kecewa," kataku sembari mengelus pipinya.

Syifa menggeleng dan tersenyum.

"Aku hanya mencoba peruntunganku kok. Kalau kamunya nggak mau aku bisa apa. Tapi aku harap persahabatan kita tetap berlanjut."

"Of course sih kalau itu. Siapa sih yang nggak mau temenan sama cewek secantik kamu," kataku sembari tertawa kecil.

"Ya udah, aku duluan ya?" Kata Syifa. Dia mengecup pipiku sebelum berlalu dari hadapanku.

Aku pun ikut berjalan. Di belokan koridor, aku bertemu Maya, teman satu angkatanku tapi beda kelas.

"Hai Ga," sapanya dengan senyum malu-malu.

Aku tersenyum dan balas menyapanya. " Hai May, mau rapat OSIS?" Maya ini adalah salah satu mantan anggota OSIS yang masih sering dilibatkan oleh adik kelas karena punya ide-ide cemerlang, katanya sih, aku juga nggak tahu karena aku bukan salah satu anggotanya. Orangnya nggak begitu cantik tapi cukup  manis dengan lesung pipi di kedua pipinya.

"Iya nih, lagi ribet banget sama adik-adik kelas."

"Ah itu baru juga ngurus adik-adik OSIS, gimana kalau ngurus bayi nanti," kataku berusaha bercanda.

"Bayi siapa?"

"Bayi manusia lah, emang kamu mau ngurus bayi buaya?"

"Ih ngaco! Serem tau."
Dia terlihat bergidik ngeri, dan aku tertawa melihat ekspresinya.

"Ehmm Ga, kamu sore ada janji. Kalau nggak, kita nonton yuk?" Ajak Maya.

Aku tersenyum sambil mencolek twins dimpple nya yang lucu. Dia terlihat tersipu malu.

"Maaf ya May, sore aku ada belajar kelompok sama Ruda," ujarku dengan penuh penyesalan.

"Oh, ya udah nggak apa-apa kok." Maya terlihat kecewa, tapi mau bagaimana lagi. Urusanku dengan Ruda lebih penting.

"Lain kali aja ya?" Tanyaku sembari mengacak rambutnya pelan. Pipinya bersemu merah dan aku suka melihatnya. Dia mengangguk sambil tersenyum.

"Oke, duluan ya?" Kataku dan beranjak dari tempatku berdiri.

Sampai di depan kelas, kawanan Ruda berteriak heboh. Kebiasaan mereka nongkrong keren di depan kelas sebelum bel masuk.

"Aduuuhhh mas Aga, jangan gitu dong!" Teriakan Raka menggelegar memenuhi seluruh penjuru koridor.

"Apaan sih lo?" Kataku sambil menoyor kepalanya.

"Aww.. KDRT nih mas Aga. Sakit aku tuh mas, sakitnya tuh disini." Raka pura-pura terdzolimi. Ya Allah nih anak kesurupan setan mana lagi. Punya temen  begini amat.

"Maaf ya, kita temenan aja. Aku nggak kuat diginiin. Soalnya kamu kaya cicak, asal nemu dinding langsung nemplok. Kerjaanmu yang suka nemplok sana sini bikin aku terluka bang." Jeon ikut menambahi adegan dramatis Raka. Dua manusia ini memang bagai sejoli yang nggak terpisahkan. Kerjaannya pun sama, ngelawak.

"He'eh, terus selama ini kita berdua dianggap apa mas? Cuma dinding?"

"Setan!" Jawabku asal.

"Duh teganya kamu bang. Ku menangiiiiiissss.... membayangkan... betapa kejamnya dirimu atas diriku." Raka memulai.

"Kau duakan cinta ini, kau pergi... bersamanya." Jeon menimpali.

"Ooo...uuwooo." Nah, Raka, Jeon, Ruda, Irsad kompak jadi paduan suara backsound sinetron teraniaya.

"Udah pada gila lo pada. Udah bubar-bubar sono kalian! Nyampah banget disini! Udah mau masuk nih, minggir!" Aku menendang kaki mereka satu-satu yang menghalangi pintu kelas.

Sebelum masuk, aku menoleh pada Ruda.
"Rud, nanti sore jadi ya? Kita belajar sekalian mabar."

"Siap!"

"Akhir-akhir ini Ga, lo kok jadi rajin banget ya ke rumah Ruda?" Tanya Irsad.

"Pengen aja," kataku santai.

"Nggak mungkin. Pasti ada kacang dibalik tepung lo Ga! Lo punya tetangga cewek cakep ya Rud?"

"Mana ada? Tetangga gue bapak-bapak berkumis noh," jawab Ruda.

"Atau lo punya anggota keluarga yang cantik?"

"Siapa? Emak gue! Ya pasti cantik lah."

"Lah nggak mungkin Aga mau ngembat mak lo Rud. Maksudnya kakak lo kali Ga," kata Jeon.

"Oh, mbak Dara. Cantik darimananya dia? Biasa aja."

"Biasa apanya? Mbak Dara itu cantik banget kali Rud," timpal Jeon yang jelas pernah main ke rumah Ruda.

"Masa sih? Gue jadi penasaran. Kalau gitu ntar gue ikut ke rumah lo ya?" Tanya Raka.

"Terserah!"

"Gue juga ikut deh, gue gabut banget habis les."

"Lo ikut Sad?" Irsad yang ditanya Raka, terlihat berpikir.

"Lihat nanti deh."

"Jadi, lo semua mau ke rumah gue?" Tanya Ruda.

"Iya doong!" Ucap Raka dan Jeon bersamaan. Aku yang sejak tadi mendengarkan hanya bisa menghela nafas. Bakal seheboh dan seberisik apa rumah Ruda nanti? Semoga aja mbak Dara lembur di kantornya biar nggak ketemu para cecunguk ini.

😎😎
Bersambung

Daranya lagi sibuk ngantor, jadi belum bisa nongol ^_^

Make A Baby with Berondong (Selesai)Where stories live. Discover now