Ch. 52 : "Putriku.. dimana dia?"

2.6K 411 37
                                    

Pria paruh baya berhanfu mewah duduk termenung menatap luar jendela dari ruang kerjanya. Menghiraukan tumpukan perkamen-perkamen yang setia menunggunya.

Melamun menatap rintikan hujan yang turun dengan deras. Matanya beralih menatap sebuah lukisan seorang gadis berpakaian seperti pria dengan tangan yang menggenggam pedang panjang.

"Putriku, apa kau benar-benar menghilang?" tanyanya sendu.

Fokusnya teralih saat mendengar ketukan pintu. Wanita paruh baya berpakaian pelayan menundukkan kepalanya hormat dengan kaki yang sedikit diturunkan.

Kaisar Cho menatapnya bingung. "Apa yang terjadi, pelayan?" tanyanya.

Pelayan bernama Wumi masih setia menatap lantai. Merasa tidak sopan jika bertatapan dengan seseorang berpangkat lebih tinggi. Meski dirinya sudah menjadi pelayan di sana selama kurang lebih 20 tahun. "Yang Mulia, keadaan Permaisuri Lin Jinxi semakin memburuk," ujarnya pelan.

Kaisar Cho memijit pangkal hidungnya pusing. Permaisuri Lin Jinxi mulai sakit-sakitan dan kesehatannya semakin memburuk usai mendapatkan kabar bahwa putri kesayangan mereka diasingkan ke hutan terlarang bersama seorang bayi yang baru lahir. Bayi itu diduga hasil dari hubungan dengan iblis. Dimana iblis adalah musuh dari kaum manusia seperti mereka.

Kaisar Cho menghela nafas pelan, menatap Wumi yang masih setia menatap lantai. "Pergilah. Katakan kepada tabib kekaisaran untuk membuat ramuan terbaik agar segera menyembuhkan penyakit Permaisuri. Lalu sampaikan kepada Permaisuri bahwa aku akan mengunjunginya nanti malam."

Wumi mengangguk patuh. "Baik, akan saya laksanakan sesuai perintah. Salam Yang Mulia Kaisar," ujarnya sopan, berlalu dari sana.

Kaisar Cho berdiri dari duduknya. Menatap luar jendela dengan tatapan kosong. Rasa rindu dan sesal yang menumpuk di hatinya menjadi beban tersendiri

"Seharusnya aku tak ikut menyalahkannya saat itu. Andai aku tahu kebenarannya lebih awal," lirihnya pelan.

Beberapa tahun setelah putrinya diasingkan ke hutan terlarang. Dirinya seakan melupakan kenyataan bahwa dirinya memiliki seorang putri lagi yang menerima perlakuan buruk dari putri-putrinya sendiri. Meski tak lagi tinggal di satu kekaisaran, dirinya memerintahkan beberapa orang pengawal bayangan untuk memantau keadaan putri kesayangannya di sana.

Siapa sangka, di sana putri bungsunya itu mendapatkan perlakuan tidak mengenakan baik dari fisik maupun verbal. Yang paling membuatnya tak habis pikir, dimana putrinya itu selalu diam saja tidak membalas. Padahal bisa saja ia membungkam saudarinya yang lain menggunakan kekuatannya.

Akan tetapi, alih-alih membalas dirinya lebih memilih diam tak berdaya seolah benar-benar manusia paling rapuh.

Kaisar Cho mengira itu adalah sekian dari rencananya. Putrinya itu selalu bergerak menggunakan akal dan sistematis. Oleh karena itu dirinya mewariskan sekte rahasianya kepadanya.

Tepat setelah 9 tahun, kabar mengenai hilangnya Selir Cho menjadi topik terhangat di seluruh penjuru Benua Chunxia. Alih-alih bergerak, Kaisar Liiu selaku suami Selir Cho hanya acuh tak acuh, membiarkan berbagai rumor buruk beredar luas tanpa memperdulikannya.

Tak pernah terbesit sedikit pun di pikirannya untuk mencari dimana keberadaan mayat Selir Cho beserta putri yang ia tak anggap itu jikalau memang mereka hilang ataupun tewas.

Kaisar Liiu memiliki istri dan anak lainnya, untuk apa sibuk mengerahkan pasukan untuk mencari dua orang tidak berharga tersebut. Bahkan Selir Cho hanyalah istri dari kesekiannya. Bisa dikatakan Selir Cho adalah selir keenam tanpa pangkat.

Kaisar Cho sendiri sudah mengupayakan berbagai hal dengan mengutus ratusan pengawal untuk mencari keberadaan putri dan cucunya. Siapapun ayahnya, bayi itu tetaplah cucu dari putri kesayangannya.

Akan tetapi, hasilnya sia-sia. Tak ada titik terang dari hasil penyelidikannya. Bahkan dalang dibalik rumor yang beredar juga tidak tercium baunya. Tentu saja Kaisar Cho tak patah semangat. Dirinya memerintahkan pasukan bayangan terbaik dari sekte rahasianya untuk mencari keberadaan putri dan cucunya, baik mayatnya sekalipun.

Pria berpakaian serba hitam masuk lalu sedikit berlutut dengan tangan kanan di dada. Matanya menatap lantai, tak berani menatap langsung pria yang berdiri memunggunginya.

"Yang Mulia Kaisar Cho, hamba mendapatkan laporan mengenai situasi di Kekaisaran Liiu," ujarnya sopan.

Pria paruh baya yang dipanggil Kaisar itu membalikkan tubuhnya perlahan. Menatap penuh tanya pengawalnya itu.

"Apa ini ada hubungannya dengan pencarian putriku, Wen?" tanya Kaisar Cho dengan suara sedikit serak.

Wen menggangguk ragu. "Hamba mendapatkan laporan bahwa di Kekaisaran Liiu terjadi kekacauan beberapa jam yang lalu. Pelakunya adalah seorang anak perempuan berusia kurang lebih 10 tahun."

"Lalu? Langsung ke intinya, Wen."

Wen menatap Kaisar Cho dengan tatapan penuh arti. "Melihat anak perempuan misterius tersebut berani membuat kekacauan cukup hebat di ibu kota. Tampaknya indentitasnya tidak dapat dipandang sebelah mata. Terlebih dirinya memiliki tiga elemen, Yang Mulia," lapornya.

Kaisar membelalakkan matanya cukup terkejut. Tak ayal hatinya seolah merasa senang. Penantiannya selama beberapa tahun terbayarkan.

"Cucuku telah kembali," ujarnya senang.

Akan tetapi, masih menjadi misteri mengapa dirinya hanya dapat menemukan cucunya saja. Lalu, dimana putri kandungnya berada?

"Putriku.. dimana dia?"

.
.
.

Di sisi lain.

Dari interior hingga perabotan-perabotan yang ada semua bahannya terbuat dari kayu kualitas terbaik membuat ruangan dengan ukuran kurang lebih 225 meter kuadrat itu memiliki aroma khas kayu yang cukup kuat.

Seorang wanita berparas cantik bak dewi kayangan duduk di salah satu kursi kayu duduk di salah satu kursi kayu bermotif polos.

Rambut putih keperakannya tergerai indah bergoyang lantaran angin masuk dari jendela yang dibiarkan terbuka.

Bola mata abu-abunya fokus menatap secarik kertas berwarna kekuningan khas kayu asli. Jarinya tampak lentik bergerak dari sisi kiri ke sisi kanan kertas hingga dirinya merasa sudah menulis apa yang ia inginkan di dalam kertas itu.

Dengan gerakan penuh kehati-hatian, dirinya melipat kertas tersebut menjadi dua lalu memasukkan nya ke dalam amplop surat tanpa memberi stempel.

"Muxin, kirimkan pesan ini kepadanya secara langsung."

Seorang gadis berhanfu coklat bernama Muxin langsung datang saat merasa dirinya dipanggil.

Muxin berjalan perlahan lalu menunduk sedikit guna sebagai hormat saat amplop tersebut diletakkan tepat di atas telapak tangannya yang menghadap ke atas.

Muxin langsung menyimpan surat itu di saku hanfunya. "En. Hamba akan mengirimkannya secara langsung, Yang Mulia," balas Muxin hormat dan berlalu pergi.

"Waktu terus berjalan, aku menantikan pertunjukannya."

Tbc.

🦋 🦋 🦋

Maap ges kalau lama upnya. Makasi ya yang udah setia nungguin, part ini kependekan apa ga ya? Di part ini udah dapet kan sudut pandang bapaknya Selir Cho -- Kaisar Cho? Terus sedikit sudut pandang dari Kaisar Liiu. Hoho, gedek ga sih? Rambut putih keperakan, tapi matanya abu-abu kira-kira ini siapa ya? Bisa ada yang tebak gak? Jangan-jangan kembaran atau jiwa asli Li Xinxi?! Hoho, plot twist disini banyak ya, gak selamanya yang ciri cirinya sama ada sangkut pautnya dan sebaliknya.

Mau main target ga nih biar cepet up nya? 70 vote aku up secepatnya ya! Yok tinggal di tekan aja tombol bintangnya guys 🙌

Publish : 22 Desember 2021.

Written by : harumichanz

Transmigration Of Psychopath Girl : Be The Goddess Of Death [Yin God]  Where stories live. Discover now