54. Perlahan Menerima

35 23 6
                                    

Malam tadi, Theo dengar, katanya Ryu pulang hari ini. Namun sampai pagi hendak berakhir, Theo masih murung. Penyebabnya adalah karena mendengar cerita beberapa hari yang lalu. Yang membuatnya jadi enggan membantu Ryu. Theo yang semula sering berceloteh, kini tidak lagi. Candaan Ryu pun hanya jadi angin lalu. Dan berakhir Ryu murung sendirian. Terkadang, mungkin saking kesepiannya, Ryu seringkali tertawa sendiri.

Tanpa sadar, Theo menyakiti perasaan anak itu lagi. Sesungguhnya, Theo benci, tapi dia tak bisa menepis perasaannya yang kalut.

Tak ada perbincangan setelah Theo selesai mengepak pakaian dan barang-barang Ryu. Tentu saja Ryu sama diamnya. Sebab melihat Theo yang abai, membuatnya ikut kehilangan semangat. Akan lebih baik jika Theo mengomel sepanjang waktu daripada diam seperti itu.

Padahal, Theo sendiri tidak ingin begitu. Terlebih, hari ini urusan mengenai Ryu pasti banyak. Theo harus sigap, ditambah Ryu masih belum bisa menopang tubuh dengan kedua kakinya. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Theo tak acuh.

"Bang."

Theo menaikkan salah satu alisnya. Tumben. "Hm?"

"Anter gue."

"Kemana?"

"Kamar mandi."

"Ngapain? Lo kan udah mandi."

"Kebelet." Ryu memandang Theo takut-takut. Jelas dia kebingungan dengan perubahan tiba-tiba dari cowok itu.

Sementara Theo kini beranjak setelah tanpa sengaja pandangan Ryu menangkapnya sedang merotasikan bola mata. Lalu dia mengulurkan tangannya. "Buruan."

Ryu menerima uluran tangan Theo. Lalu sekuat mungkin berusaha bangkit. Tapi entah kenapa, ada yang janggal, pegangan tangan Theo tidak sekuat sebelum-sebelumnya. Seakan tak ada niatan dari cowok itu untuk membantunya.

"Te yang kenceng dong. Gue jatoh ntar."

Tapi Theo tidak mengindahkan perkataan Ryu hingga dengan amat tergesa Ryu meraih pundak Theo sebagai penahan karena hampir terjatuh akibat pegangan Theo yang mendadak melonggar.

"Anjrit!"

Teriakan Theo cukup menjelaskan bagaimana kondisinya yang harus ikut menghantam ranjang bersama Ryu.

"Astaga! Kalian berdua!"

Ryu dan Theo sontak mematung ketika mendapati Naka menatap mereka dengan terkejut. Otomatis, keduanya saling menoleh, menyadari posisi mereka yang... Arghh! Sungguhan, Ryu berani bersumpah kalau adegan ini amat menjijikan!

"Sialan!" Theo langsung menyingkirkan Ryu dan beranjak. "Lo ngapain?! Mau perkaos gue?!"

"Lo yang sialan anjing! Disuruh kencengin malah lo longgarin, ya iyalah gue tarik lo."

"Kata-kata lo ambigu bangsat!"

"Pikiran lo aja yang kemana-mana brengsek!"

"Heh udah-udah!" Naka berusaha melerai dengan menghampiri mereka. Teknisnya, dia bahkan nekad untuk berada di tengah-tengah antara Ryu dan Theo. "Malah berantem! Kurang so sweet apaan coba tadi kalian. S—sori ya. Tadi aku ganggu. Tapi, aku juga nggak menyangka sih. Kamu ternyata... Lebih memilih Kak Theo dibanding aku." Naka mendramatisir. "Tapi kalau memang itu mau kamu, aku rela kok."

RYUDA : Bad Angel [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora