47. Rutinitas Semula

37 21 0
                                    

Now playing; Last Child—Bernafas Tanpamu

Senja baru saja dijemput malam. Cahaya matahari terbenam bertukar dengan remang-remang lampu jalanan. Menyisakan aroma petrikor dan hawa dingin yang menyelimuti udara sejak sinar fajar menyingsing sempurna. Juga menyisakan Galatheo Bagaskara yang masih menghabiskan waktu di luar rumah.

Jarum pendek jam pada arloji yang melingkar di pergelangan tangan Theo tengah merambat ke angka sembilan ketika segelintir kata keluar dari manajer bahwa kegiatan photoshoot-nya hari ini selesai.

Theo segera mengganti pakaiannya, lalu kembali dengan setelan kasual dibalut jaket, juga tas selempang dan kunci motor di salah satu genggamannya yang barusan diambil oleh manajer. Pasalnya Theo datang menggunakan mobil, dan entah kenapa, dia mendadak teringat Rydenix dan ingin mengunjungi markas. Jadi tentu saja dia harus membawa motor.

Lantas keinginan itu diperkuat dengan munculnya Ryu di pelataran parkir. Duduk menyamping di atas motornya sambil tertunduk melamun.

Theo spontan melepas jaketnya hanya untuk lalu dia lempar pada Ryu.

Ryu terkesiap, nyaris mendorong motornya kalau saja kedua tangannya tidak gesit menahan dan lebih dulu membiarkan jaket Theo terdampar indah di tanah.

"Yah malah dijatuhin." Theo berjalan menghampiri. "Pake!"

Ryu menatap tajam penuh dendam pada Theo sebelum Theo yakini, Ryu akan bersungut-sungut. "Bisa nggak sih kalau ngasih barang tuh manis dikit?" Ryu mengomel, namun tetap memakai jaket pemberian Theo. Theo sendiri tidak tahu sejak kapan Ryu ketularan sifatnya yang lebih suka mengomel dibanding bertengkar saat emosi.

"Gue pengen berubah."

Pagi itu, tiba-tiba saja Ryu berkata setelah bangun di tempat tidur sebelah tempat tidur Theo. Itu adalah pagi setelah sekian lama Naka meninggalkan Ryu. Selama itu pula, Ryu tinggal di rumah Theo atau bermalam di markas Rydenix.

"Kalau gitu, gue juga bersedia bantu lo buat berubah. Gue bakal jadi orang yang menuntun lo ke perubahan itu."

Theo berpikir keras. Mungkin bermula dari sana, Ryu mulai belajar bagaimana cara bersikap normal tanpa mengedepankan temperamental. Ryu juga belajar menerima takdirnya, menghapus masa lalunya, dan menjaga masa depannya.

"Woi!"

Seruan Ryu seketika menyadarkan Theo. Arah pandang Theo yang mengabur kini mulai dapat dengan jelas melihat botol kecil di genggaman Ryu. Dan Theo baru menyadari ada satu hal yang tidak bisa Ryu tinggalkan; alkohol. Theo tidak menghiraukannya, memilih berjalan menaiki motornya lalu memakai helm. Karena mungkin belum saatnya. Bukan sekarang. Tapi Theo tahu Ryu sedang berusaha.

"Iya bentar."

"Duh gue ngantuk banget. Tapi gue kangen Rydenix."

Theo refleks menepuk kepala Ryu sampai sang empu mengaduh. "Kalau ngantuk tidur bego. Goblok banget jadi orang."

"Sakit anjing!"

"Rasain."

Ryu akhir-akhir ini memang sering mengeluh bahwa dia mengantuk berat. Ingatannya kacau, bahkan mengingat sosok Theo dan Ibu pun agak sulit. Serta kondisinya pun tak sekuat pada tahun-tahun sebelumnya.

RYUDA : Bad Angel [END]Where stories live. Discover now