31. Perubahan Drastis

52 27 5
                                    

Sepanjang perjalanan dan sepanjang berada di mobil milik Ryu, Naka geming. Tak mau coba bertanya. Tak mau melayangkan protes, apalagi melawan Ryu. Takut salah-salah, kontrak kerja pertamanya hilang karena pembatalan mendadak dari Ryu. Ancaman Ryu seserius itu. Dia nyaris menelepon Renaldi untuk menyuruhnya mengganti pemeran utama. Tapi karena Naka mengiyakan dan mau mencoba menuruti perintahnya, Ryu urung menelepon.

Dengan mobilnya, Ryu terus berputar-putar. Tak tentu arah, tak tentu tujuan, bahkan kerap kali melanggar aturan.

"Ry hati-hati. Aku nggak mau mati dengan cara begini!"

Salah satu tangan Ryu mengangkat ponsel dengan layar menyala menunjukkan satu kontak bernama Bang Ren.

Ah. Sial.

Naka memukul dashboard. Memikirkan kebodohannya karena memberi barang-barangnya kepada Ryu. Dia tidak berpikir dua kali. Kalau saja tahu begini, lebih baik dia didiamkan Ryu daripada kehilangan mimpinya.

"Malam ini, stay di sisi gue. Dan diam di tempat kalau gue keluyuran."

"Mau kemana?"

Ryu menempelkan telunjuk pada bibirnya. "Jangan banyak tanya dan jangan protes."

Tak lama kemudian, laju mobil melamban, berkelok-kelok, mundur, untuk berhenti di tempat parkir. Ryu turun setelahnya, lalu memutar langkah untuk membuat Naka melingkarkan tangan di lengannya setelah dia menyusul turun.

Di depan sana, lampu neon bergemerlap di atas papan nama. Memuat nama sebuah club.

"Ry, aku belum pernah ke sini."

Ryu tersenyum. "Bagus. Kedatangan pertama kali lo ditemani ahlinya."

Sebelum benar-benar masuk, Ryu menatap Naka. Alisnya nyaris menyatu hingga sedetik kemudian, tangan Ryu naik, membuka semua kancing teratas kemeja yang dikenakan Naka, membuat selangkanya terekspos.

"Ry!"

Ryu mendekatkan bibirnya ke telinga Naka. "Orang bisa luluh karena dua hal, cantik dan.. erotis."

"Ryuda."

"Lo akan dianggap aneh kalau lo tertutup. Bisa-bisa lo jadi inceran cowok-cowok di dalam sana. Diem dan turuti gue. Ini demi kebaikan lo."

Segera, Ryu menarik Naka. Usai menunjukkan identitas, mereka masuk ke dalam kegelapan disertai gemerlap cahaya memusingkan. Seolah terbawa ke dimensi lain. Naka tak bebas bergerak. Banyak orang berlalu-lalang di sana. Dapat dipastikan kalau Ryu tidak memegangnya, Naka akan hilang, ditelan lautan manusia, lalu tersesat.

Banyak wanita-wanita yang bahkan berpakaian lebih terbuka. Minum-minum, lalu bersenang-senang di dance floor diiringi musik yang dimainkan disk jockey.

"Duduk."

Naka menurut, sementara Ryu memesan beberapa minuman yang tak butuh waktu lama akhirnya datang.

Hanya Ryu yang minum. Naka tidak mau mencoba. Dia terdiam sambil sesekali bergerak resah. Bau alkohol menyengat, musik berdentum keras, dan teriakan-teriakan para pengunjung menyelubunginya.

Ryu menuangkan alkohol pada gelas lain sebelum menggesernya ke depan Naka. "Minum."

Naka menggeleng.

"Coba." Ryu kini beralih ke samping Naka. Menyodorkan gelas ke depan bibir gadis itu. Namun Naka tetap bungkam. "Ayo."

"Nggak."

Ryu tetap memaksa. Membuat pinggiran gelas menyentuh bibir Naka. Naka merasa pening hanya sekadar membauinya. Gadis itu menggeleng kuat. Namun Ryu tetap tidak melepasnya, hingga akhirnya tanpa sadar Naka menepis kuat gelas itu hingga pecah.

RYUDA : Bad Angel [END]Where stories live. Discover now