43. Gertakan Si Bangsat

30 22 1
                                    

Now playing; Shawn Mendes—Treat You Better

Dari kemarin malam setelah menerima tawaran Mami Elnandra untuk menginap di rumahnya, Naka mematikan ponsel. Sampai sekarang pun, Naka belum berani mengambil benda itu, apalagi menyalakannya. Cemas jika tiba-tiba Ryu menelepon.

Bukan. Bukan karena Naka takut mendengar amarah cowok itu, melainkan karena dia tidak tahu harus menjawab apa kalau Ryu menanyakan keberadaannya.

"Naka."

Naka terkesiap tatkala kepala Elnandra menyembul di balik pintu. "Ayo makan. Mami nungguin lo."

Naka mengangguk, beranjak dari tempat tidur untuk kemudian berjalan beriringan dengan Elnandra menuruni tangga. Dan benar, begitu keluar, dari bawah sana Mami Elnandra terlihat menengadah, seperti tengah menunggu sebuah harapan.

"Ayo sini duduk." Wanita itu melambaikan tangan. "Sini nak. Makan yang banyak."

Naka menarik salah satu kursi di hadapan Mami Elnandra, duduk mengitari meja berukuran besar yang hanya diisi mereka bertiga. Entah dimana Pak Dewanta.

"Cantik, siapa namamu? Tante belum tahu."

Naka berdeham setelah Mami Elnandra menurunkan piring yang telah beliau letakkan nasi di atasnya. "Nayanika, Tante. Panggil aja Naka."

Mami Elnandra ber-oh-ria. "Kalau kamu mau tahu, nama Tante Priscillia. Panggil Mami aja nggak apa-apa. Kamu kayaknya dekat sama Nandra ya."

"Mam." Elnandra menukas dingin. Berusaha untuk tidak meninggikan suaranya.

"Kenapa sih, Nandra? Protes melulu," gerutu Mami. Lalu mulai melahap makanannya sebelum kembali berkoar. "Ngomong-ngomong, makasih banyak ya kemarin udah antar Nandra. Kamu tahu, Nandra udah lama nggak pulang ke rumah."

"Mam!" Elnandra buru-buru memprotes setelah meneguk air putih.

"Minum ya minum aja, Nandra. Nanti keselek kamu sendiri yang susah." Lagi-lagi Mami meledek putranya. "Toh emang benar kamu udah nggak pulang-pulang kayak Bang Toyib. Mana ditelepon cuma jawab iya-iya aja." Mami memasang wajah sinis.

"Mami jahat."

Mami tidak peduli dan lanjut menyuapkan makanan sebelum kembali menatap Naka. "Kemarin Mami nggak sempat lihat HP. Papanya juga bilang nggak bisa jawab karena lagi meeting. Tapi syukur deh, Mami nggak bisa bayangin kalau Papanya Nandra jawab. Apalagi kalau lagi ada di sini. Nandra pasti dapat perlakuan yang nggak baik."

Naka menoleh ke arah kanan, ke bagian rumah di seberang sana. Yang pernah satu kali Naka kunjungi saat keadaan tidak baik-baik saja. Ketika orang-orang datang untuk memberi penghormatan terakhir kepada mendiang Mama Ryu. Keheningan yang berbaur dengan debu jadi satu-satunya yang menggantung di udara—atau mungkin juga ada kenangan bagi orang-orang tertentu.

Dan di pertengahan rumah itu, ada garis merah yang membentang serupa pemisah.

Naka dibuat berpikir. Kalau Elnandra yang nyaris sempurna saja tidak akan lolos jika melakukan suatu kesalahan, bagaimana dengan Ryu yang hampir menghabiskan seluruh hidupnya menentang aturan sang Papa?

"Maaf Mami jadi curhat."

"Nggak apa-apa kok, Mami."

RYUDA : Bad Angel [END]Where stories live. Discover now