23. Terjadi Lagi

48 27 7
                                    

Now playing; Mahen-Datang Untuk Pergi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Now playing; Mahen-Datang Untuk Pergi

Renaldi menghela napas berat, lagi. "Aduh.. gimana ya.. kacau, Te, Ry." Seulas senyum yang sedari tadi laki-laki itu tahan, kini terlukis sempurna di wajahnya. Ciri-ciri orang yang kemauannya dituruti, kalau kata Ryu. "Kacau! Badai aja kalah sama dia kalau urusan akting!"

"Kalau ngomong serius, Bang. Jangan berbelit-belit." Theo protes.

"Dari pertama kali Ryu kenalin Naka di telepon, udah yakin sih ini. Dia lolos, Ry. Nggak salah gue ngasih kesempatan buat lo. Langka banget."

"Mana video demonya? Gue pengen liat," cetus Ryu.

Renaldi langsung menyerahkan iPad ke hadapan mereka.

Bagai burung yang berebut makanan, Ryu dan Theo saling berebut sudut pandang paling nyaman menonton video demo akting Naka. Naka dan kamera, Naka dan dialog, serta Naka dan paduan ekspresi dengan emosi, adalah sesuatu yang nyaris mencapai garis sempurna.

"Naka anak teater katanya."

"Yoi." Ryu menyahut. "Gue sama Theo waktu itu bolak-balik loksyut sama yayasan tempat Naka sekolah karena diundang dan dapat tawaran jadi pemain, bareng sama Naka. Dia sendiri yang tulis naskah," terangnya sekaligus mengingatkan kembali Renaldi pada saat ke sekian kalinya Ryu dan Theo yang tidak berada full time di lokasi syuting.

"Yayasan bokap?"

Ryu menunduk. "He-em."

Ada beberapa yang tahu kalau Ryu adalah putra Reidra Dewanta. Salah satunya Renaldi, yang rumah produksinya bergabung dengan rumah produksi milik Papa Ryu.

"Jadi gimana kelanjutannya, Bang?" Theo mengalihkan topik.

"Secara kecocokan sama tokoh, karakteristik, kemampuan, sama emosi, gue ada rencana mau bikin dia jadi pemeran utama. Karakter dia kuat waktu berperan pake dialog Lizya alias karakter yang dibikin Alsya. Naka ekspresinya dapet. Sama kayak Lizya, dia juga sering senyum." Renaldi gemas sendiri saat pikirannya dipenuhi Naka.

Tidak tahu saja, Theo dan Naka bersiasat di belakangnya.

Hingga kini Theo mendadak tertunduk. Memainkan kakinya sambil menahan seringaian. Taktik gue berhasil. Namun tak lama, dia memasang wajah seriusnya kembali sewaktu Renaldi lanjut bicara.

"Gemes loh pacar lo. Nggak kayak lo," sindirnya.

"Bisa nggak sih satu hari aja nggak menyinggung gue," keluh Ryu. Memelas. "Perasaan di tiap pertemuan, lo begini mulu. Pacar gue jadi memandang buruk loh. Jadi deket sama Theo."

"Wajar sih, cocok."

"Astaga."

Renaldi cekikikan geli. "Sabar Ry. Oh ya, doi terbilang anak baru. Rada susah juga ya kalau masuk dunia perfilman."

RYUDA : Bad Angel [END]Where stories live. Discover now