17. Matcha Cake

62 33 10
                                    

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*

Hari itu, sedari fajar menyingsing, hingga kembali tenggelam untuk terbit menyambut bumi bagian lain seiring porosnya berputar, satu kali pun, Mama tidak meninggalkan kamarnya. Seharian Mama melakukan semua aktivitas di lingkup kecil itu. Hanya saja, kali ini aktivitas Mama berkurang. Lebih banyak meringkuk di atas queen size-nya. Dengan sebuah pigura dalam dekapannya.

Mama menatap pigura yang memuat fotonya dengan sang buah hati dalam pangkuan. Ryuda.

Ryu masih mungil saat itu. Beruntung, Mama ingat umur berapa Ryu saat foto itu diambil. Ryu masih belum sekolah. Masih suka merajuk bila Mama melarangnya bermain untuk tidur siang. Beruntung, saat itu Mama ada di sisinya.

Mama masih termenung hingga mendadak, ketukan pintu terdengar. Membuat Mama seketika menghapus air mata yang belum luruh. Beranjak menghampiri tamu tak dikenal.

Begitu pintu terbuka, percikan air hujan membuat mata Mama menyipit, memburam sejenak hingga akhirnya mata Mama membola. "Ryuda."

"Mama." Ryu terkekeh.

"Kamu ngapa-sini masuk, nak." Mama merangkul bahu Ryu. Membawa putranya itu langsung ke kamar sebelum menjelajah ke walk-in closet. Lantas datang bersama sehelai handuk di tangannya. "Sekarang kamu mandi, ganti baju, terus nanti duduk di sini."

Ryu menerima uluran handuk dari Mama. Dia langsung menurut, terbirit menuju kamar mandi. Sementara Mama meninggalkan kamar untuk pergi ke dapur. Membuat segelas teh hangat.

Lima belas menit berlalu, Ryu muncul dari balik kamar mandi. Kaos putih panjang dipadu celana training membalut tubuhnya. Rambutnya basah, menguarkan wangi shampo yang biasa Mama gunakan. Cowok itu duduk di tepi ranjang diiringi Mama yang dengan cekatan mengambil alih handuk di tangan Ryu sebelum pelan-pelan mengusak rambut dan menyeka air yang tertinggal di wajah putranya.

Lantas setelah itu, Mama menyelimuti Ryu seraya menyodorkan segelas teh hangat. Merekam gerak-gerik Ryu seraya bersimpuh di lantai dan merapikan anak rambut yang jatuh ke kening anak itu. "Kamu kenapa hujan-hujanan begini?"

"Kangen Mama." Ryu tersenyum. Senyum yang menggores perasaan Mama. "Dingin ya, Ma?"

"Ya iya-" Panik, Mama langsung melekatkan punggung tangannya ke dahi Ryu. Sedetik setelahnya, Mama beranjak lagi. Meninggalkan kamar.

Kedatangan Ryu membikin wanita itu akhirnya beraktivitas di luar.

Sembari menunggu Mama dengan raut bingung, Ryu menyesap tehnya. Ada rasa rileks pada pikirannya sampai Ryu dibuat memejamkan mata. Tak lama. Sebab derap kaki Mama terdengar mendekat. Beliau membawa kotak obat dan wadah di tangannya.

Ryu diam-diam tertawa. Mama kelihatan sibuk banget.

"Rebahan," titah Mama.

"Aku ngerepotin ya, Ma?" Ryu bertanya di sela tubuhnya merebah. "Nggak usah." Dia menepis tangan Mama lembut sewaktu beliau hendak meletakkan kompres di dahinya.

RYUDA : Bad Angel [END]Where stories live. Discover now