59: Ujian kelulusan

13 3 0
                                    

Hari ini, Renjana akan menjalani ujian terakhir untuk penentuan kelulusannya. Ia memakai seragam dan juga membawa hadiah untuk kedua sahabatnya. Selesai ujian nanti, siswa satu angkatannya akan membuat project untuk kenang-kenangan. Jam menunjukkan pukul tepat enam, mobil Gemintang sudah menunggu di depan rumah.

Gemintang membuka pintu mobil untuk Renjana. Mereka langsung menuju sekolah. Selama perjalanan, Gemintang asyik menatap jalanan, sesekali menoleh ke arah Renjana.

"Goodluck ujiannya," ucap Gemintang sembari mengusap rambut Renjana.

"Iya. Lo juga, semoga berhasil. Nanti kalau udah selesai, tunggu di lapangan, ya? Gue mau ketemu sama Kila dan Febi dulu."

Gemintang mengangguk patuh.

Ujian terakhir hari ini cukup melelahkan. Renjana bisa melewatinya, tapi ia tidak terlalu yakin dengan hasilnya. Pasalnya, banyak materi yang belum ia kuasai dan keluar di dalam soal ujian. Kini, gadis itu sedang menunggu Febi dan Kila keluar dari ruang ujian.

"Janaaaa!" ucap Febi heboh.

Renjana menggelengkan kepala. "Gimana ujiannya? Aman semua, kan?"

Kila mengangguk. Lain halnya dengan Febi, cewek itu hanya diam dan terlihat pasrah.

"Aman gimana? Guru pengawas gue nggak enak banget. Masa gue pinjam tipe-x aja dipelototin sama dia. Terus juga, punggung gue gatal dan mau garuk, itu juga diliatin. Duh, pokoknya kalau lo gerak dikit, auto pindah ke alam lain, deh. Seriusan."

Renjana menahan tawanya ketika mendengar cerita Febi. Sahabatnya itu memang suka kebebasan. Bukan Febi namanya kalau tidak rame dan heboh.

"Gue ada sesuatu untuk kalian," ucap Renjana.

Kila menatap Renjana. "Gue juga ada."

"Gue ada nggak, ya? Kok jadi mendadak lupa," sahut Febi.

Renjana mengeluarkan dua buah hadiah dengan bungkus berwarna biru dan merah muda. Biru untuk Febi, merah muda untuk Kila. Gadis itu memberikan masing-masing kado kepada pemiliknya.

"Wah, apa nih?" tanya Febi.

"Buka aja."

Febi dan Kila mulai membuka bungkus hadiah itu. Kila mendapat sebuah headphone dan Febi mendapat speaker kecil yang bisa dibawa kemana-mana.

"HAH? SERIUS INI LO KASIH KE GUE? BARANG INI KAN UDAH GUE PENGIN DARI LAMA. BENERAN, KAN? GUE NGGAK MIMPI?" ucap Febi heboh.

Renjana tertawa. "Gue sengaja beli itu buat lo. Supaya, besok kalau ngerjakan tugas kuliah lebih semangat. Jangan malas-malasan terus kayak di Kencana Putra!"

"Siap, bos!"

Pandangan Renjana beralih menatap ke arah Kila.

"Kalau itu, gue beliin karena lo suka belajar sambil nyetel musik. Kenapa dalam bentuk headphone? Karena gue tau lo nggak terlalu suka ramai dan pengin fokus."

Kila memeluk Renjana, diikuti oleh Febi. "Makasih, ya. Lo selalu ngertiin kita," ucap Kila.

"Sama-sama."

Mereka bertukar hadiah. Renjana tidak sempat membuka karena sudah ada panggilan untuk segera ke lapangan. Jantung Renjana berpacu dua kali lipat. Pengumuman kelulusan akan dibacakan sebentar lagi. Gadis ini mencari-cari Gemintang, tapi tidak menemukan. Ia mengirim pesan kepada cowok itu bahwa dirinya akan segera ke lapangan.

Di lapangan, ramai siswa dan siswi yang membawa flare. Seolah mereka bersiap untuk lulus. Renjana terus mencari Gemintang lewat tatapan matanya, tapi tidak ada.

"Dengar kesini semuanya!" ucap salah seorang guru dengan mikrofon diatas podium.

"Saya akan membacakan siapa saja yang lulus dan yang tidak lulus. Mohon didengar dengan seksama, ya. Tidak ada pengulangan!"

Renjana khawatir namanya tidak ada. Nama demi nama telah dilewati. Gemintang, Kila, Febi, Hidan, Riko, Levi, semuanya lulus. Hanya tersisa nama Renjana saja yang belum disebutkan. Gadis itu sudah mentutup matanya dan memeluk Kila.

"Kenapa nama gue nggak ada, Ki? Itu berarti gue nggak lulus tahun ini, kan? Kenapa?" ucap Renjana dengan suara serak.

Kila menghapus air mata Renjana. "Nggak. Pak guru belum selesai baca namanya. Tenang aja. Lo pasti lulus, Ren."

"Iya, gue yakin juga kalau lo lulus," timpal Febi.

"Saya harap, kalian menjadi alumni yang baik dan berkualitas, ya! Selamat! Kalian lulus!"

Semua siswa dan siswi bersorak kegirangan sambil menyalakan flare. Ada juga yang sedang live instagram. Ada juga yang berfoto-foto. Sementara Renjana? Ia menepo di pinggir lapangan. Hatinya hancur. Ia tidak lulus karena namanya tidak disebutkan. Pikirannya tertuju kepada Tante Melan, ia telah mengecewakan wanita itu.

"Jangan nangis, Ren. Mau gue temenin ketemu itu guru? Barangkali nama lo kelewatan," ucap Kila.

Renjana menggeleng. "Gue emang pantas kok nggak lulus. Gue jarang belajar dan banyak malas-malasannya. Gue pantas dapat itu."

Tiba-tiba, di belakang Renjana ada Gemintang. Namun, gadis ini tidak tahu keberadaan Gemintang. Renjana terus menangis di pelukan Kila.

"Kenapa nangis?"

Suara berat ini membuat tangis Renjana berhenti. Ia mengusap air matanya.

"Gue nggak lulus. Gue nggak tau harus apa. Semuanya bakal ninggalin gue karena gue nggak lulus, kan? Nggak papa kalau lo mau pergi. Gue nggak bakal tahan lagi. Cari cewek yang pinter, ya. Jangan kayak gue."

Dahi Gemintang menyirit. "Maksudnya? Siapa yang mau ninggalin lo? Lupa kalau gue pernah bilang you're my first and last? Itu tandanya, nggak akan pernah ada yang bisa ganti posisi lo di hati gue."

Renjana hanya diam. Ia malas menanggapi gombalan Gemintang untuk saat ini.

"Buka ini," ucap Gemintang sambil menyerahkan gulungan kertas yang dibaluti pita berwarna cokelat.

"Apa ini? Gue lagi nggak mood surat-suratan kayak gini."

"Dibuka dulu, sayang."

Dengan lemah, jari jemari Renjana mulai membuka gulungan surat itu. Di dalamnya, ada tulisan RENJANA ARANKA ARUNDATI, SELAMAT ANDA DINYATAKAN LULUS DARI SMA KENCANA PUTRA! Renjana menatap sekelilingnya. Ada Riko, Hidan, Levi, Kila, dan juga Febi. Mereka tersenyum jahil.

"Maksudnya?" tanya Renjana.

"Kita sengaja bikin gini. Tuh, disuruh sama cowok lo!" sahut Febi.

Renjana memukul lengan Gemintang dan menatap wajah cowok itu. "Maksudnya apa, sih? Gue udah jantungan tau! Bercandanya nggak lucu sama sekali!"

"Maaf. Tapi, entah kenapa gue suka isengin lo."

"IHHHH!"

Setelah drama kelulusan itu, mereka bergabung dengan siswa dan siswi lainnya di lapangan. Renjana mengabadikan banyak foto di lapangan ini untuk terakhir kalinya. Memori Renjana juga seperti terulang kembali saat awal dirinya berada di Kencana Putra.

"Cie, bentar lagi jadi anak kuliahan," goda Gemintang.

"Cie, bentar lagi bakal pergi jauh," ucap Renjana tidak mau kalah.

Gemintang memeluk Renjana dengan erat dibawah guyuran flare yang meriah. Cowok itu mendekatkan wajahnya ke telinga Renjana.

"I love you to the moon and back. Jangan pernah tinggalin gue, ya? Gue nggak akan mampu hidup tanpa lo disini. Sekali lagi, selamat lulus, pacarku," bisik Gemintang.

Mendengar itu, Renjana senyum-senyum sendiri. Bahagia dengan hari ini.




Jangan lupa vote, komen, dan share yang banyak ya! Terima kasih dan sampai jumpa di chapter selanjutnya! <3

Gemintang Renjana [Completed] ✔Where stories live. Discover now