45: Rumah Pohon

3 2 0
                                    

Gemintang mengajak Renjana ke rumah pohon miliknya. Pukul delapan pagi, Renjana sudah bersiap-siap menunggu jemputan Gemintang. Ia membawa beberapa makanan dan tak lupa juga membawa buku untuk belajar.

Lima belas menit kemudian, suara mobil Gemintang sudah ada di depan rumah. Renjana berpamitan kepada Tante Melan lalu berjalan keluar.

"Gue bawa makanan ringan," ucap Renjana.

Gemintang tersenyum lalu mengangguk. "Siap?"

"Siappp!"

Mobil Gemintang mulai melaju meninggalkan kompleks perumahan. Renjana selalu semangat jika ada Gemintang.

Di dalam mobil, mereka asyik berkaraoke. Renjana menoleh ke jok tengah mobil Gemintang.

"Lo bawa bola basket?"

Gemintang mengangguk. "Kalau gue bosen belajar, bisa main basket."

"Oh."

"Kenapa?"

Renjana menggeleng. "Nggak."

"Lo bisa main?"

Renjana menggeleng lagi.

"Mau diajari nggak?"

"MAUU!"

Gemintang tertawa kecil. "Tapi ada syaratnya."

Dahi Renjana menyirit. "Syarat apa? Tumben banget Gemintang pakai syarat-syarat segala."

"Lo harus bisa rebut bola itu dari gue. Gimana?"

"Oke! Tantangan diterima. Gue pasti bisa rebut bola itu dari lo," ucap Renjana percaya diri.

Gemintang tersenyum lalu kembali fokus ke jalan.

Setengah jam berlalu. Kini, mereka sudah sampai di hutan yang tidak terlalu besar. Renjana menurunkan makanan ringannya bersama dengan buku-bukunya. Gemintang membantu membawa semua barang-barang Renjana. Terakhir, cowok itu membawa bola basket miliknya.

"Makan ini dulu yuk? Gue lapar banget," ucap Renjana sembari menunjuk beberapa roti yang dibawanya.

Gemintang mengangguk. Cowok itu mengambil roti lalu memakannya. Melihat Gemintang fokus ke makanan, sifat jahil Renjana muncul. Ia mengoleskan krim ke pipi Gemintang dan membuat cowok itu menoleh.

"Hehe, maaf," ucap Renjana dengan tersenyum.

Gemintang membersihkan krim itu dengan tisu dan tidak marah sekalipun.

"Kok nggak marah, sih? Kalau gue digituin pasti marah."

Tidak butuh waktu lama, Gemintang membalas Renjana dengan mengoleskan krim ke pipinya.

"Ih, Gemii! Kan jadinya kotor!"

Gemintang tertawa. "Siapa dulu yang mulai? Salah sendiri."

Bibir Renjana manyun lima senti. Gemintang menahan tawanya. Ia gemas dengan ekspresi Renjana, tapi ia juga harus mengontrol wajahnya.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Renjana jutek.

"Kok marah-marah?"

"Nggak tauuu! Ih, Gemi mah."

Gemintang tertawa. "Main basket yuk?"

"Nggak mau. Gue masih marah."

"Beneran marah? Yaudah, gue main sendiri aja. Padahal, niatnya mau ngajari lo main basket."

Renjana menatap Gemintang beberapa detik. "Ish, nyebelin deh!"

Gemintang tertawa puas melihat gadis itu uring-uringan sendiri. Renjana turun dari rumah pohon secara hati-hati. Sialnya, di tangga terakhir sebelum turun, ia terpeleset. Beruntung ada Gemintang yang sigap menangkap. Mata mereka saling menatap.

Gemintang Renjana [Completed] ✔Where stories live. Discover now