3: Penganggu

16 3 0
                                    

Matahari sudah memancarkan cahanya dengan terang. Renjana sedang menggosok giginya kemudian memakai seragam. Hari ini, tepat dua hari Renjana tidak pulang ke rumah. Ia berekspetasi jika keluarga akan mencari dirinya, tapi ternyata tidak.

Renjana berjalan secepat mungkin agar sampai di parkiran hotel ini. Ia segera menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari tempat ini. Renjana menatap datar jalanan Jakarta yang lumayan padat. Pikirannya terus tertuju pada almarhum ayahnya. Semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan itu.

Febi dan Kila melihat sudah ada mobil Renjana di parkiran. Mereka langsung berlari menuju kelas.

"Ya ampun Renjanaa! Gue cari semalaman taunya lo disini. Kenapa lo nggak ada kabar?" tanya Febi heboh.

"Iya. Kenapa ponsel lo nggak aktif?" timpal Kila.

Renjana menatap mereka tanpa ekspresi. Renjana tidak ingin diganggu pagi ini. Ia hanya ingin bersama ayahnya walaupun satu hari saja. Andai, ada jin pengabul permintaan seperti yang ada di film.

"Gue nggak mau diganggu."

Febi dan Kila menatap satu sama lain. Mereka tahu, permasalahan hidup Renjana tidak jauh dari keluarganya. Febi dan Kila kasihan melihat Renjana seperti ini.

***

Pelajaran berlangsung sangat membosankan. Renjana hanya menatap papan tulis yang memuat banyak tulisan. Hanya menatap saja tanpa memahami. Bahkan, sedari tadi Renjana melamun sambil menatap papan tulis.

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Renjana masih tetap diam di kelas. Tidak lama dari itu, ada adik kelas yang tempo hari menjadi babu Renjana. Dia memberikan kotak makanan kepada Renjana.

"K-kak, maaf aku baru kasih sekarang. Tadi pagi aku berangkat kesiangan dan hampir aja telat," ucapnya.

Renjana menatap adik kelas itu. Wajahnya yang begitu lugu dan ketakutan. Senyum licik Renjana tercipta. Benar, Renjana akan melampiaskan emosinya pada adik kelas ini.

"Kenapa lo nggak ke kelas gue dulu tadi pagi?"

Adik kelas itu semakin menunduk. "A-aku ada ulangan harian, Kak. Jadinya harus cepat masuk kelas."

"Dengar ya adik kelas baru! Gue nggak suka sama orang yang suka telat! Kalau lo udah jadi babu gue, apapun yang gue mau harus diturutin. Nggak peduli itu jam pelajaran atau diluar jam pelajaran. Paham?!"

Adik kelas itu mengangguk sambil menunduk.

Secara tidak sengaja, Gemintang dan teman-temannya mendengar suara Renjana saat lewat di depan kelasnya. Levi dan Hidan langsung mengintip dari jendela kelas Renjana.

"Gila tuh cewek. Berani banget dia," ucap Levi.

Hidan mengangguk setuju. "Nggak salah sih kalau dia berani deketin Gemintang. Nyalinya gede banget."

"Percuma nyali gede kalau nggak waras dan nggak punya malu. Udah, ayo pergi dari sini," jawab Gemintang lalu melangkahkan kaki pergi.

Jam berputar dengan cepat. Saat ini sudah menujukkan pukul satu siang. Seluruh pelajaran hari ini telah selesai. Renjana berjalan menuju parkiran. Belum sampai di parkiran, Renjana bertemu dengan Gemintang di kooridor sekolah.

"Halo calon pacar," ucapnya.

Gemintang tidak menanggapi.

Gemintang Renjana [Completed] ✔Where stories live. Discover now