39: Sweet

6 4 0
                                    

Seperti perjanjian kemarin, Gemintang dan Renjana akan belajar bersama pagi ini. Renjana sudah mempersiapkan beberapa buku dan materi yang belum ia benar-benar kuasai. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Cowok itu belum datang juga. Renjana sudah mengirimkan pesan singkat, tapi tidak ada balasan.

Sementara itu, Gemintang sedang membungkus sebuah kado untuk Renjana. Ia sengaja membelikan barang ini agar gadis itu selalu semangat belajar. Lima belas menit kemudian, Gemintang pergi menuju rumah Renjana.

"Kok lama banget?" omel Renjana.

Gemintang berjalan mendekat ke arah Renjana. "Kenapa? Udah kangen sama gue, ya?"

"Idih, nggak ya!"

Gemintang tertawa. Ia membuka tasnya dan mengeluarkan kado sederhana untuk gadis ini.

"Buat lo."

Tangan Renjana terulur untuk menerima kado itu. Dahinya menyirit seolah bertanya apa maksud dari kado ini?

"Buka aja," ucap Gemintang.

Renjana mulai membuka kado itu dengan pelan. Ia sangat berhati-hati karena tidak mau merusak isinya. Kertas kado telah terbuka, ternyata isinya adalah sebuah binder berwarna biru lengkap dengan isinya.

"Wah, bindernya bagus banget. Ini buat gue?" tanya Renjana.

"Bukan, tapi buat Tante Melan."

Bibir Renjana cemberut. "Beneran? Yaudah, gue kasih dulu ke orangnya. Lo tunggu disini."

Renjana hendak melangkah, tapi tangannya dipegang oleh Gemintang. Cowok itu tersenyum jahil dan menyuruh Renjana untuk duduk lagi.

"Gue bercanda. Bindernya buat lo kok."

"Ish, nyebelin banget!" omel Renjana.

Gemintang tertawa. "Jadi, mau belajar apa sekarang?"

Renjana mengeluarkan beberapa buku paket dan buku tulisnya. Ia memilih pelajaran yang sangat dibenci hampir semua siswa. Ya, matematika.

"Matematika?"

Renjana mengangguk.

"Bab mana yang nggak paham?" tanya Gemintang.

Renjana tersenyum tidak jelas.

"Kenapa?"

"Gue nggak bisa semuanya," jawab Renjana tanpa dosa.

Gemintang terkejut mendengar ucapan Renjana. Bagaimana bisa cewek ini tidak mengerti semua bab yang sudah diajarkan?

"Oke, gue mulai ya."

Renjana mengangguk.

Gemintang mengajari Renjana dengan sabar. Beberapa kali gadis itu susah untuk nyambung. Banyak kali juga Renjana gagal paham, tapi Gemintang selalu sabar mengajari.

Dua jam telah berlalu. Renjana meminta istirahat karena ia merasa otaknya sudah terlalu panas. Gadis itu meneguk minuman yang sudah dibuat oleh Melan.

"Pelan-pelan dong minumnya," ucap Gemintang.

Renjana meneguk minumannya hingga habis tak bersisa.

"Nggak bisa. Otak gue udah terlalu panas jadi butuh minuman penyegar," jawab gadis itu.

"Emang sesusah itu?"

"Banget. Makanya gue nggak suka matematika karena otak gue nggak sampai."

Gemintang tertawa. "Bukan nggak sampai, tapi lo malas belajarnya. Ya kan?"

"Enggak. Dulu gue pernah ngerjain soal sampai panjang banget jawabannya, tapi ternyata jawabannya salah. Gue malas benerin lagi. Udah capek."

"Sekali gagal bukan berarti harus menyerah, kan?" ucap Gemintang sambil menatap wajah Renjana.

Gemintang Renjana [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang