30: Bali

11 2 0
                                    

Renjana sedang duduk di tepi kolam renang. Ia meminum segelas teh hangat dengan menatap pemandangan sekitarnya. Bali, memang tidak pernah mengecewakan.

Dari kejauhan terlihat Gemintang yang sedang sibuk memotret pemandangan. Fotografi bagi Gemintang adalah sebuah penyegaran dari larutnya tugas sekolah. Sementara Renjana, ia membawakan segelas teh dan diberikan kepada Gemintang.

"Pagi-pagi udah main kamera aja," ucap Renjana.

Gemintang menaruh kameranya. Ia peka jika Renjana ingin mengobrol dengan dirinya.

"Ada apa?"

Renjana menggeleng lalu meminum tehnya.

"Kangen sama gue, hm?"

Renjana tersedak seketika. "Kangen? Nggak lah, ngapain juga kangen sama manusia es satu ini?"

"Gue bukan manusia es."

"Iya bukan es, tapi kulkas lima puluh pintu!" ejek Renjana.

Gemintang hanya berdehem lalu kembali asyik memainkan kameranya. Renjana merasa dicueki oleh Gemintang. Ia duduk dan menatap Gemintang beberapa menit, berharap Gemintang merayu dirinya. Namun tidak sesuai ekspetasi, Gemintang masih terus asyik memotret.

"Ih! Nggak peka banget sih!"

Gemintang menoleh. "Nggak peka?"

"Iya! Gue kangen sama lo, Gemiiii! Kenapa lo nggak peka juga, sih? Sebel ih!"

"Tadi pas gue tanya lo kangen sama gue, lo jawabnya nggak. Terus sekarang katanya gue nggak peka. Maksudnya gimana?"

"Terserah deh."

Gemintang menggaruk kepalanya. Ia bingung bagaimana cara tepat untuk menghadapi cewek. Tadi ditanya jawabnya tidak, tapi cowok juga yang dituduh tidak peka. Apakah cowok selalu ditakdirkan seperti ini?

Renjana melangkahkan kaki menjauh dari Gemintang. Ia sudah sangat kesal dengan cowok tidak peka, manusia es, dan juga kulkas lima puluh pintu itu.

"Mau kemana?"

Renjana menatap sinis. "Bukan urusan lo."

"Marah?" tanya Gemintang.

Renjana semakin kesal. Kenapa cowok satu ini tidak seperti cowok-cowok yang lainnya?

"IYAAA! RAYU KEK!" jawab Renjana dengan keras.

"Rayu gimana?"

Saat ini juga, Renjana ingin menjambak-jambak rambutnya. Gemintang adalah satu-satunya cowok aneh yang pernah ia temui di dunia ini.

"Bodo amat deh," jawab Renjana lalu pergi.

Sementara, Gemintang hanya menatap Renjana yang berjalan menjauhi dirinya. Ia menggaruk tengkuknya beberapa kali. Sama sekali tidak paham cara menghadapi cewek yang sedang marah.

***

Hari mulai beranjak siang. Renjana sudah selesai mandi dan ganti baju. Hari ini tidak ada jadwal kemana-mana, tapi Tante Melan dan kedua orang tua Gemintang ingin menemui rekan bisnis yang lain. Renjana memilih tidak ikut karena itu akan sangat membosankan.

Pintu kamar Renjana terketuk. Ia segera berjalan mendekat ke arah pintu dan membukanya. Ternyata, itu adalah Gemintang.

"Jalan-jalan yuk? Gue udah sewa sepeda motor," ajak Gemintang.

Renjana masih kesal dengan cowok ini. Ia melipat kedua tangannya didepan dada. "Nggak mau."

"Kenapa nggak mau?"

Gemintang Renjana [Completed] ✔Where stories live. Discover now