26: Kembali

9 2 0
                                    

Renjana sedang duduk di sudut apartemennya sembari melihat ke arah gedung bertingkat. Ia gelisah karena semalam ia terus ditelpon oleh Fina. Renjana sengaja tidak menjawab, ia tidak ingin kembali ke rumah itu dan diperlakukan layaknya babu. Ia sudah lelah dengan semua ini.

Akhir pekan ini, Renjana berencana untuk memutari Jakarta di pagi hari bersama Gemintang. Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, tetapi Gemintang tidak kunjung datang juga. Tak lama kemudian, Gemintang menelpon Renjana untuk mengabarkan jika dirinya sudah berada di parkiran.

"Lo lagi ada masalah?" tanya Gemintang.

Renjana menggeleng.

"Jangan bohong. Mata lo dan wajah lo itu udah menjawab semuanya. Ada masalah apa? Cerita sama gue."

Ya, Gemintang memang selalu tahu tentang Renjana. Sekeras apapun Renjana menutupinya, akan terlihat juga oleh mata Gemintang. Renjana masih diam, ia tidak ingin menjelaskan di parkiran ini karena cukup ramai orang.

"Gue tau, kita beli bubur ayam dulu terus gue ajak lo ke tempat yang nyaman buat cerita. Naik," ucap Gemintang sembari memberikan helm kepada Renjana.

"Makasih."

***

Gemintang memarkirkan sepeda motornya tepat di taman yang jarang dikunjungi orang banyak. Renjana membuka bubur dan memakannya dengan lahap.

"Semalam Bunda telfon gue. Dia minta gue untuk balik ke rumah. Katanya, adik dari Ayah gue mau lihat gue," ucap Renjana tiba-tiba.

Gemintang menatap Renjana. Mencoba mengamati apa yang dirasakan Renjana saat ini. Juga mencoba mencari tahu solusi terbaik yang akan diberikan pada gadisnya itu.

"Terus, lo terima?"

Renjana mengangkat kedua bahunya.

"Gue nggak tau. Disisi lain, gue pengin banget pulang ke rumah yang dulu jadi tempat berlindung gue. Gue juga pengin ketemu sama Tante gue, tapi gue nggak mau diperlakukan kayak babu di rumah itu. Andai gue bisa cerita sama Tante gue kalau semuanya udah berubah."

Saat Renjana menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, Gemintang menyandarkan kepala Renjana di bahunya.

"Kalau mau nangis, nangis aja. Bahu gue siap menopang keluh kesah lo."

Benar saja, air mata itu tidak tertahan lagi. Renjana memang rapuh, tidak seperti yang orang-orang kira. Renjana rapuh dan hancur saat ia berkelut dengan pikiran dan keluarganya.

Gemintang memegang tangan Renjana dan menggenggamnya erat.

"Gue mungkin nggak bisa ngasih solusi terbaik buat lo. Kalau boleh saran, lo coba terbuka sama Tante lo, ceritain semuanya. Mungkin Bunda lo akan menganggap kalau lo tukang ngadu dan sebagainya, tapi ini demi kebaikan lo juga. Gue nggak mau pacar gue tersiksa terus-terusan," ucap Gemintang.

Renjana mengangguk dan mengusap air matanya.

"Tante lo kapan datang?"

"Besok," jawab Renjana.

Gemintang memegang kedua pipi Renjana. "Gue temenin, oke? Sekarang, ayo makan bubur sebelum habis dimakan semut."

Renjana tertawa kecil. Bersama Gemintang adalah sebuah hal yang tidak pernah terbayang di hidupnya. Bersama Gemintang yang dulu sangat cuek pada dirinya. Namun, semua itu sudah berubah. Gemintang menjadi support system nomor satu Renjana.

Gemintang Renjana [Completed] ✔Where stories live. Discover now