34 | Sebuah Pesan Titipan

16 4 0
                                    

"Suka nggak?" tanya Nevan.

"Suka banget. Aku nggak pernah nggak suka sama permen kapas. Sejak kecil aku suka permen kapas."

Navy kembali memakan permen itu. Entah karena apa tiba-tiba saja ia menghentikan aktivitas memakan permen kapasnya. Sorot matanya berganti menjadi sedih. Senyum di bibirnya yang tadi terlihat mengembang pun kini tiada.

"Aku pernah benci permen kapas selama empat tahun." Nevan menatapnya dengan mata yang menyipit.

"Kenapa?"

"Karena permen kapas ini aku nggak bisa jalan."

Nevan ikut merasa sedih saat gadis ini mengatakan hal itu.

"Meskipun begitu lo tetep cantik. It's okay gue bisa jalan. Tapi ketika nyawa gue nantinya diambil gue juga bakalan terbujur kaku, kan? Lo boleh manggil gue kapan pun lo butuh bantuan. Atau lo mau gue gendong? Gue mau ngelakuin itu."

"Mau digendong."

Jawaban yang keluar dari mulut Navy membuat Nevan tak menyangka bahwa gadis itu akan mengucapkan hal itu. Ini sungguh diluar ekspektasinya.

"Ya udah, ayo gue gendong."

"Aku mau habisin permen aku dulu."

Navy segera menghabiskan permen kapasnya, ia memakan permen itu lebih cepat agar Nevan tak menunggu lama.

"Nevan bisa minta tolong buang ini."

Cowok itu mengangguk dan mengambil alih tusuk dari permen kapas itu. Ia dengan segera membuang sampah itu dan mendekat ke arah Navy.

Nevan berdiri dan sedikit membungkuk agar Navy bisa menjangkau tubuhnya. Gadis itu tersenyum jahil dan mulai mengalungkan tangan di pundak Nevan. Nevan mengangkat gadis itu ke dalam gendongannya.

Tadinya ia ingin bertanya kepada Navy perihal apa yang membuat gadis itu bisa se-trauma itu dengan permen kapas. Tapi karena ia tak mau Navy menjadi kembali mengingat masa lalu ia mengurungkan niatnya. Tentu saja Nevan tak ingin gadis itu kembali sedih. Sorot mata sedih milik Navy membuat Nevan juga ikut sedih. Rasanya seperti ada suatu ikatan di antara mereka berdua.

"Siap, Princess Oceana?"

"Siap, Prince Alaric."

Nevan menggendong Navy berkeliling taman. Gadis itu merentangkan tangannya seakan-akan seperti anak kecil yang sedang bermain pesawat-pesawatan. Cukup lama Nevan menggendong Navy ia merasa sedikit lelah.

"Udah ya, Vy. Udah capek."
 
Nevan menurunkan Navy kembali ke kursi rodanya lalu memutar tubuh menghadap Navy.

Tangan Navy terulur berusaha meraih dahi Nevan yang berkeringat. Ia berusaha mengusap peluhnya. Cowok itu tidak menepisnya sama sekali.

"Maaf, ya. Gara-gara aku kamu jadi kecapekan."

"Nggak, kok. Santai aja."

Cowok itu kembali duduk ke tempatnya tadi.

"Princess Oceana."

Navy menengok ke arah Nevan. "Iya, Prince Alaric. Kenapa?"

"Hal yang kamu suka apa?"

"Melihat bintang."

"Karena kalau aku lihat bintang aku ngerasa seneng. Bintang itu indah. Aku suka lihat bintang. Meskipun bintang itu kecil tapi dia cantik dan berkilau," lanjutnya lagi.

Senyuman di bibir Navy mengembang membuat Nevan juga ikut tersenyum. Ketika Navy tersenyum kecantikan gadis itu bertambah berkali-kali lipat.

"Kalau kamu sendiri suka apa?" tanya Navy balik.

NaCl [END]Where stories live. Discover now