11 | Menjauh

43 8 0
                                    

"Ra, gue pergi dulu, ya?"

"Maksud lo apa sih, Nev?"

"Persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu nggak ada. Bohong kalau gue nggak cemburu lihat lo sama Riksa. Sorry udah lancang suka sama lo padahal lo adalah sahabat gue sendiri. Jadi, gue rasa persahabatan kita sampai sini aja."

"Nggak, Nev. Gue nggak mau." Clara hendak meraih tangan Nevan. Namun, Nevan dengan cepat menarik tangannya kembali agar Clara tidak bisa menyentuhnya.

"Meskipun gue bilang gitu, lo tetep bisa minta bantuan gue kalau lo butuh gue."

"Nev!"

"Gue pergi dulu."

Dari balik tembok Riksa memperhatikan mereka berdua sedari tadi. Karena melihat Clara yang ingin terus-terusan mengejar Nevan, ia pun keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri gadisnya.

"Biarin aja," ucap Riksa yang mencekal tangan Clara menahannya untuk pergi.

Clara menengok dan mengembuskan napasnya pasrah. Sebenarnya ia merasa sangat bersalah kepada Nevan.

"Kamu nggak akan ninggalin aku, kan?" tanyanya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Enggak, aku akan selalu di sini untukmu, Ara." balas Riksa mengelus lembut rambut Clara.

Gadis itu memeluknya dari samping. "Terima kasih selalu ada untuk aku. Kamu adalah objek nyata yang diciptakan Tuhan untuk membuatku bahagia."

"Duniaku hitam dan suram sebelum kamu datang. Dan sekarang kamu hadir membuatnya menjadi berwarna. Tentu saja aku nggak akan ninggalin kamu, Clara."

"Aku janji akan selalu ada untuk kamu dan akan terus membahagiakan kamu. Dan aku juga janji aku tak akan pernah membuatmu menangis," lanjutnya lagi.

Sudut bibir Clara muncul dengan cantik. Ia teramat bahagia bisa mengenal Riksa yang sekarang bisa menjadi pacarnya.

"Ayo pulang," ajak Riksa.

Clara mengangguk. "Ayo."

Parkiran siswa di sekolah itu tampak sudah longgar dan sudah banyak yang pulang. Hanya beberapa motor saja yang masih setia terparkir rapi di sana.

Di ujung parkiran ada seseorang yang masing bertengger di atas motor dengan helm yang menutupi kepala.

Baju putih abu-abunya juga tertutup dengan jaket denim yang dikenakan si pengendara.

Ia tampak berdecih pelan kala melihat Clara dan Riksa yang baru saja menginjakkan kaki di parkiran.

Di balik kaca helm-nya, matanya menatap nyalang kedua sejoli yang asyik bergandengan tangan.

"Ion, aku boleh main ke rumah kamu nggak?"

"Kalau sekarang nggak bisa, lain kali ya aku ajak kamu ke rumah aku."

"Iya, deh." Gadis itu menekuk bibirnya cemberut.

"Jangan cemberut gitu, nanti cantiknya hilang. Aku janji bakal bawa kamu ke rumah aku kapan-kapan."

Suara samar-samar masih terdengar di telinga orang tadi. Semakin ia mendengar percakapan itu, dirinya menjadi semakin kesal.

Tak ingin berlama-lama melihat keduanya, cowok itu segera menghidupkan mesin motornya dan berlalu pergi. Tentunya dengan melewati kedua sejoli tadi.

"Itu Nevan, kan?"

"Udah jangan diinget lagi," kata Riksa. Sebenarnya cowok itu justru senang jika Nevan menjauhi Clara. Karena pastinya Clara tak akan berduaan dengan laki-laki lain selain dirinya.

NaCl [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ