28 | Seamin dan Seiman

27 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah enam sore Tepat di mana saat ini tengah dilaksanakan salat magrib. Kedua orang tua Riksa. Eisha dan Edwin berjalan menuju masjid kecil di rumah mereka yang dibuat khusus untuk beribadah sekeluarga.

Nela dan Rezvan sudah pulang sebelumnya. Kini hanya tinggal tiga orang itu saja.

"Riksa, ayo salat. Udah waktunya salat magrib."

Riksa sedikit mendongak memandang mamanya.

"Ma, Riksa non muslim."

Papa Riksa yang sudah berjalan terlebih dahulu langsung menghentikan langkahnya ketika Riksa mengatakan itu. Eisha pun sama, ia terdiam mendengar jawaban dari anaknya.

Ia kira selama Riksa diasuh oleh kedua orang tua angkatnya Riksa tetap memeluk agama Islam. Namun ternyata Riksa mengikuti agama dari kedua orang tua angkatnya.

Edwin kembali berjalan mundur menghampiri anaknya itu.

"Maaf, Sayang. Mama nggak tau," ucap Eisha.

"Ya sudah, kalau begitu Papa sama Mama salat dulu, ya. Kamu tunggu di sini sebentar," sahut Edwin. Baginya mau memeluk agama apa pun itu adalah pilihan Riksa.

Cowok itu mengangguk. Ia menundukkan kepalanya saat kedua orang tuanya mulai melangkahkan kaki menuju masjid.

Tangannya terangkat mengusap wajah tampan nan rupawannya lalu menyikap rambutnya dan sedikit mengacaknya.

"Kalau selama ini gue anak angkat dan Mama sama Papa seorang muslim berarti dulu waktu gue kecil juga seorang muslim."

Senyumnya tercetak tipis melengkung ke arah samping. Beberapa saat kemudian orang tuanya kembali menemuinya di ruang keluarga.

Riksa menatap mereka hingga keduanya duduk di sofa yang berada di sebelahnya.

"Ma, Pa," panggil Riksa lembut. Keduanya menoleh ke arah Riksa secara bersamaan."

"Iya, kenapa, Sayang?" tanya Mama Riksa.

"Riksa mau masuk Islam. Riksa mau jadi mualaf."

Eisha dan Edwin saling bertatap-tatapan. Mereka merasa tidak percaya dengan apa yang Riks katakan barusan. Setelahnya mereka kembali menatap Riksa.

"Kamu nggak sedang main-main, kan, Riksa?"

"Benar kata Mama kamu. Agama bukan tempat untuk bercanda. Papa senang ketika kamu mengatakan ini. Tapi, Papa juga nggak nuntut kamu untuk berpindah agama karena mengikuti kami. Semua itu tergantung kepercayaan kamu."

Riksa menggeleng. "Sebenarnya dari dulu Riksa sudah tertarik dengan Islam. Hanya saja Riksa masih butuh waktu untuk memastikannya. Dan sekarang Riksa sudah siap."

"Lagi pula. Jika Riksa anak kalian itu berarti sejak lahir Riksa terlahir sebagai seorang muslim, kan?" sambungnya lagi.

"Sekali lagi Papa tanya. Kamu sudah benar-benar memikirkan ini matang-matang?" Edwin memastikan.

Anggukan cepat dari kepala Riksa membuat Edwin dan Eisha tersenyum lebar.

"Alhamdulillah," ucap keduanya.

Rezvan mengatur napasnya sejenak sebelum menuntun Riksa untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

"Bismillaahirrahmaanirrahiim," ucap Rezvan memulai menuntun Riksa mengucapkan dua kalimat syahadat.

"Bismillaahirrahmaanirrahiim," kata Riksa menirukan Papanya dengan teliti.

"Asyhadu .…"

"Asyhadu .…"

"An laa" lanjut Rezvan. Ia sedikit bergetar karena terharu saat membimbing putranya mengucapkan kalimat itu.

NaCl [END]Where stories live. Discover now