Part 50 • Raditya

18.1K 1.6K 7
                                    

To: Pacar ❤️
Ka, kamu dimana?

To: Pacar ❤️
Kamu baik-baik aja kan?

To: Pacar ❤️
Maafin Abang ya ....


Itu adalah isi tiga pesan teks ku terakhir yang belum juga mendapatkan balasan darinya. Aku tidak tahu apa alasannya tiba-tiba pulang, dan tanpa memberi kabar sama sekali.

Sebagai anak yang belajar ilmu-ilmu komunikasi, kami tahu betul bagaimana pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan. Jika diibaratkan, komunikasi ini sama pentingnya dengan sebuah kepercayaan. Tanpa komunikasi yang baik, kepercayaan akan mudah terkikis dan pondasi sebuah hubungan akan mudah rusak.

Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengannya?
Kenapa tiba-tiba Ika seolah memutuskan komunikasi denganku?

Tentu aku harus mencoba memikirkan dari perspektifnya. Meski aku merasa tindakannya ini salah, aku tidak lantas bisa mengatakan bahwa apa yang dia lakukan seratus persen salah. Aku menyadari betul bahwa aku juga mengambil bagian dari kekacauan yang terjadi diantara kami.

Hubungan kami yang baru saja di mulai, langsung mengalami goncangan yang cukup besar tanpa kami sendiri sadari. Dan karena bukan aku yang mendapat perlakuan seperti itu, dan bukan aku juga yang memiliki masalah dengan kepercayaan diri, maka aku tidak boleh berpikiran buruk karena bisa jadi Ika mungkin hanya sedang menenangkan diri.

"Gimana?" aku menggeleng untuk satu pertanyaan yang dilontarkan Reyhan.

Saat ini kami berdua sedang berada di kamarku, setelah beberapa saat lalu selesai makan-makan bersama anak-anak.

Baru saja duduk di tepi ranjang, aku sudah kembali merasa khawatir karena tak kunjung juga mendapatkan kabar dari Ika. "Jadi menurut lo, gue harus gimana?" aku bertanya kepada Reyhan.

Reyhan adalah tipe orang yang memiliki pikiran sebelas dua belas denganku. Jika salah satu dari kami memiliki masalah, maka orang pertama yang akan kita mintai pendapat ya satu sama lain.

"Untuk sekarang segini aja sih. Feeling gue Arunika gapapa, dan cuma butuh waktu buat menyendiri aja."

"Buat orang yang sebelumnya nggak terlalu aktif di media sosial, terus tiba-tiba jadi pusat perhatian dan mendapatkan banyak komentar, i know it's really hard for her. Lo disini harus cukup dewasa buat nge-treat permasalahan ini." Jelasnya sembari menepuk pelan bahuku.

Aku menghela napas lelah. "Thanks ya,"

"Santai, Dit. Kalo gitu gue balik kamar dulu. Baik-baik lo disini!" Balasnya sebelum akhirnya melengang keluar dari kamarku.


***


"Dia kenapa?" Satria menyikut lengan Ruben karena sedari tadi aku hanya diam saja.

"Pacarnya belum kasih kabar!" Ruben membalas pertanyaan Satria dengan suara yang tak kalah lirihnya.

Meski aku sedari tadi diam, semua yang terjadi di hadapanku juga tak luput dari pandangan.

Dua hari ini aku begitu uring-uringan. Untunglah semester ini jadwalku tidak begitu padat, dan acara organisasi pun bisa dibilang sudah tidak ada. Kebanyakan mata kuliah hanya tinggal menyelesaikan tugas akhir saja, sehingga tidak perlu datang dan menghadiri kelas seperti biasa.

"Hai, Bang..." Satria yang ada di hadapanku tiba-tiba berdiri.

Bang Saka sepertinya sudah tiba. Hari ini  memang agenda kami keluar malam adalah Bang Saka. Dia harus segera pulang ke Depok esok hari, dan belum tau kapan lagi bisa bertandang dengan bebas — tentunya bukan karena urusan pekerjaan, ke kota ini lagi.

Depok!
Ya, kampung halaman Ika.
Entah mengapa hanya mendengar kata Depok langsung membuatku merasa rindu padanya.

"Lo jadi balik besok, Bang?" kali ini Ruben lah yang bersuara.

"Jadi, Ben. Udah kelamaan ini gue di sini." Jawabnya sembari tertawa.

"Baru seminggu nggak sih, Bang. Lama darimana coba ... Sebulan baru deh, lama" Satria menimpali jawaban dari Bang Saka.

Reyhan menepuk pelan kepala Satria. "Dikira Bang Sak lo Sat, pengangguran banyak acara!" Cibirnya pada Satria.

"Kerjaan dia banyak, sibuk! Nggak kayak lo yang selalu menyibukkan diri."

Kulihat Satria mendengus. "Gini-gini gue sibuk beneran njir!" Timpalnya kemudian...

"Gimana pacar lo?" Bang Saka yang sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan Reyhan dan Satria, kini bersuara.

"Masih belum ada kabar, Bang!"

"Astaga anak itu! Childish banget deh! Bikin anak orang uring-uringan aja!"

"Kenapa, Bang?" Bang Saka entah tadi menggumamkan apa.

Aku tidak terlalu jelas mendengar suaranya, tapi sepertinya dia sedang merasa kesal. "Nggak papa kok."

"Santai aja, Dit. Cewek emang suka gitu. Kadang ngerasa bisa ngelewatin semuanya sendiri, dan nggak sadar kalo justru perbuatannya bikin orang di sekitarnya khawatir." Bang Saka menepuk bahuku pelan.

"Ini gue ada hadiah buat lo lo pada!" Bang Saka meletakkan empat buah paper bag di atas meja kami.

"Wih, apa nih ..." Satria keliatan paling bersemangat diantara yang lain. Matanya bahkan sampai berbinar saking senangnya.
"Sisa barang-barang endorse. Tapi masih baru kok. Sayang aja daripada nggak dipake. Gue juga udah punya banyak di rumah...." Jelasnya kemudian.

Satria langsung mengambil salah satu paper bag yang ada. "Gila!" Tukasnya berdecak kagum.

"Ini beneran buat kita, Bang?"
Bang Saka yang sedang menikmati minumannya hanya mengangkat ibu jari kanannya.

Satu buah kemeja, dua kaos pendek, sepasang sepatu dan beberapa produk skincare pria ada di dalamnya.
Meski aku tidak terlalu tahu menahu perihal dunia mode, dengan hanya sekali lihat aku cukup yakin jika barang-barang tersebut memiliki harga yang cukup tinggi.

"Beruntung banget, Bang, gue temenan sama lo!"

"Makasih, Bang!" Ucapan terima kasih dari Reyhan yang kemudian diikuti oleh ku dan juga Ruben.

***

From: Naina
Bang...
Weekend ini aku main ke Bogor ya?

To: Naina
Sama siapa?

From: Naina
Sendiri. Naik KRL

To: Naina
Hati2

Naina adalah satu-satunya adik perempuanku. Kelas tiga menengah atas, dan baru-baru ini selesai ujian sehingga tidak memiliki kegiatan di rumah.

Beberapa kali dia memang datang mengunjungiku. Entah karena bosan di rumah, atau hanya agar dapat mendapat uang lebih dari papa.

To: Naina
Nanti kalo udah sampe stasiun kabarin
Jangan naik gojek, Abang jemput!

Aku meletakkan ponselku di atas meja, lalu bergegas untuk mandi karena sebentar lagi harus pergi mengerjakan tugas kelompok.

Buat yang mau baca sampai end, jangan lupa mampir ke Wacaku ya
Mumpung masih freeee

Tingkat DuaWhere stories live. Discover now