Part 35 • Arunika

17.7K 2.3K 27
                                    

"Bang Saka...." Teriakku saat Bang Saka masih sibuk di kamar mandi hotel.

Entah apa sebenarnya yang dipikirkannya, dia tidak mau pulang ke Depok meski sudah ku paksa dengan berbagai cara. Dia yang biasanya sangat perhitungan, bahkan rela mengeluarkan uangnya untuk memesan satu kamar di salah satu hotel.

"Kenapa sih, Ka teriak-teriak mulu..." Bang Saka keluar dari pintu kamar mandi dengan menggunakan kaus hitam dan celana kolor dengan warna senada. Rambutnya masih basah dengan beberapa tetes yang masih terjatuh ke lantai.

Jika itu perempuan lain, mungkin mereka akan menganggap bahwa pemandangan yang ada di depannya adalah salah satu pemandangan paling indah di dunia ini. Namun bagiku yang semenjak orok sudah bersamanya, dia justru terlihat seperti laki-laki yang tidak dapat menjaga kebersihan.

"Jorok banget sih lo, Bang. Itu lantainya jadi basah, terus kotor." Omelku saat Bang Saka menarik sebuah kursi untuk diduduki, tanpa mengambil handuk untuk mengeringkan rambut basahnya.

Aku yang sedang duduk di atas ranjangpun merasa risih, lalu bangkit dan mengambil handuk karena sudah terlalu malas untuk menanggapinya. "Usia gue bertambah sepuluh tahun setiap harinya karena lo, Bang! Apa nggak bisa sekali aja lo nggak bikin masalah di hidup gue?" Keluhku sembari mengangsurkan sebuah handuk kecil kepadanya.

"Gue juga gak tau Ka bakal kaya gini kejadiannya. Gue usahain biar masalah ini cepet selesai deh."

"Itu terus yang Abang omongin."

"Dari pagi tadi gue telpon Abang sampe gue udah nyampe sini sekarang, gak ada yang berubah dari kejadian ini. Malah kayaknya ini semakin menjadi-jadi." Lanjutku mendengus.

"Untung itu gak keliatan wajah gue. Coba kalo iya? Gue bunuh lo, Bang." Aku terus saja mnegoceh tanpa memberikannya kesempatan untuk berbicara.

"Yang penting kan ini mau berusaha, Ka. Jangan marah-marah mulu lah.... Gue juga gak tau kejadiannya bakal kaya gini."

"Tapi hasil usaha lo nggak ada, Bang"

"Itu artinya gue belum berhasil."

Aku memijit kening putus asa. "Ya Tuhan, Bang ..." Aku memelototi Bang Saka.

"Gak mau tau lo kudu ganti rugi sama gue ya, Bang. Bunda sampe udah telpon gue beberapa kali karena lo gak mau ngangkat telpon dari bunda."

"Ya gue bisa dihapus dari kartu keluarga, Ka kalo bunda sampe tau gue hampir nge ekspos lo tanpa sengaja."

"Kenapa bisa sampe ke urusan duit segala?" Ucapnya setelah menyadari bahwa aku meminta ganti rugi finansial padanya.

"Baju gue yang dipake kemaren baru gue pake tiga kali, Bang.... Dan karena foto sialan itu gue mungkin udah gak bisa pake baju itu agi." Tukasku sebelum kembali ke ranjang dan duduk bersila diatasnya.

"Nanti gue ganti deh," Pungkasnya sembari mengeringkan rambut menggunakan handuk yang aku berikan.

"Jadi coba jelasin ke gue gimana bisa foto kita makan berdua kemaren bisa ke sebar?" Aku sudah terlalu lelah menghadapi kejadian seperti ini. 

"Gue juga gak tau, Ka"

"Lo kira gue bego, Bang?" Aku melemparkan salah satu kaos yang tergeletak di atas kasur kepadanya.

"Gue lupa kalo bikin ig story kayaknya pas kita mau makan."

"Ya Allah, Bang ....."

"CEPET CARI SOLUSI BANGSAK.... HIDUP GUE INI YANG JADI TARUHANNYA." Aku berteriak karena tidak mau jika kehidupan tenangku selama ini akan terganggu. Belum juga aku harus memikirkan bagaimana harus menjelaskannya kepada Bang Radit yang bisa saja salah paham, lanjutku yang tida ku utarakan.

Tingkat DuaWhere stories live. Discover now