Part 20 • Arunika

22.3K 2.8K 90
                                    

Halo semuanya ...

Cuma mau ngabarin kalo cerita dari part ini dan sebelumnya sama kaya yang sebelum di unpublish ya -- kecuali nama tokohnya aja 

Jadi semisal kalian udah baca, it's okay buat nggak baca lagi
Atau buat kalian yang udah terlanjur punya stigma buruk sama aku dan cerita ini, gakpapa juga buat nggak baca 

Semoga kalian selalu sehat dan bahagia

Happy reading 

***

"FAYKA LO UDAH NONTON THRILER BAD BUDDIES BELOM?" Aku berteriak saat beranda youtubeku memperlihatkan sebuah video pendek dari channel GMMTV official yang baru diupload tiga puluh empat menit yang lalu.

Aku tidak tau semenjak kapan mulai senang menonton BL series. BL atau boylove adalah sebuah genre yang menceritakan soal hubungan asmara diantara laki-laki (homoseksual).

Tidak ada maksud apapun mengenai isu yang ada didalamnya,  namun aku secara pribadi menyukai drama genre ini karena cerita-ceritanya yang menarik dan merupakan hal yang baru dalam duniaku belakangan.

Terlepas dari benar ataupun salah, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda akan sesuatu. Maka jika ada yang mengatakan series BL tidak layak untuk ditonton, aku juga tidak akan merasa marah maupun kesal. Setiap orang punya pandangan dan pemikirannya sendiri, and it's okay untuk melihat banyaknya perbedaan tersebut.

Menariknya, dari yang aku amati situasi tiap negara ternyata amat sangat memengaruhi bagaimana serial BL itu dibuat. Di Cina misalnya, karena isu sensor dan larangan terhadap LGBT, maka dilakukan straightwashing terhadap karakter-karakternya yang dibuat heteroseksual dengan bumbu bromance. Sebut saja The Untamed, sebuah karya yang difilmkan dari novel dengan judul yang sama namun dengan perombakan yang sangat besar untuk menyesuaiakan dengan situasi dan kondisi yang ada. Kita tidak akan bisa menikmati adegan romansa secara eksplisit antara Weiying dan Lan Zhang karena cerita lebih mengedepankan tentang persahabatan.

Disisi lain, ini sangat berbeda dengan apa yang ada di Taiwan dan Thailand yang sudah lebih progresif soal LGBT. Thailand boleh dibilang punya fandom drama BL paling besar di Asia karena banyak filmnya yang benar-benar memiliki penggemar yang sangat banyak. TayNew, OffGun, dan BrightWin adalah sedikit contoh yang benar-benar sukses di indstri per BL-an.

Kebanyakan cerita BL awalnya akan menceritakan soal tokoh utamanya yangmasih denial, kemudian akhirnya coming in dan menerima bahwa it's okay if you like men. Sedangkan untuk bromance, itu akan lebih tentang bagaimana sifat saling menyayangi antara dua orang sahabat yang sama-sama tulus dan saling berkorban.

"Wow" Fayka berdecak kagum setelah video dilayar laptop depan kami telah berakhir.

"Jadi makin gak sabar gak sih?" Aku menoleh ke arahnya dan menemukan Fayka yang mengangguk setuju.

"Akhir Oktober ya tayangnya?" Kini giliran aku yang mengangguk untuk jawaban dari pertanyaanya.

Bad Buddies The Series adalah drama BL pertamanya Nanon. Itulah mengapa para fans BL sangat mennatikan drama tersebut.

Belum juga kami meneruskan obrolan, suara dering ponselku benar-benar berhasil menginterupsi.

"Halo, Bang?" Aku menempelkan benda berlogo apel tergigit itu ke telinga sebelah kanan.

"Cepetan keluar! Gue udah di depan." Suara Bang Bima benar-benar membuatku harus menjauhkan ponsel dari telinga.

"Iya bentar, otw." Aku berucap sembari memasukan beberapa barang ke dalam tas.

Kudengar di ujung telepon Bang Bima mengela napas. Benar-benar tidak sabaran. "Dua menit, gue lari sekarang. Bye!" Lanjutku kemudian dan mencangklongkan tas di bahu kiri, dan menepuk pundak Fayka sebelum berlalu pergi. "Tolong matiin laptop gue ya! Udah ditunggu soalnya."

***

"Sumpah Bang lo jadi cowok gak sabaran banget." Ucapku setelah menerima helm darinya.

"Gue udah laper banget Run, asli. Baru makan sekali hari ini gue saking sibuknya." Suara Bang Bima yang cukup berbeda berhasil membangkitkan rasa empati dalam diriku.

"Ya udah yuk, makan di warung nasi goreng depan aja." Aku menarik kedua lengannya untuk bergegas naik motor dan menuju ke pertigaan depan.

"Kenyangnya....."

Kulirik laki-laki di depanku ini bersendawa dengan tidak ada sopan sopannya. "Mbak Amel lo pelet apaan bang? Kok bisa-bisanya mau sama elo." Aku bergidik ngeri setelah melihatnya menghapus ingus dengan lengan bajunya setelah menikmati sepiring nasi goreng pedas level dewa.

"Jorok banget!" Dan reaksinya hanya tertawa.

Bimasena adalah orang yang dapat berbeda di segala situasi. Di mata orang lain sosoknya mungkin dipandang sebagai cowok cool dan pemimpin yang hebat untuk tim jurnalistik kampus, sedangkan di mata Mbak Amel yang merupakan pacarnya, katanya saat aku iseng bertanya adalah seorang yang lembut dan penuh kasih sayang. Dan jujur saja aku hampir muntah mendengar pengakuannya itu.

Selain karena punya banyak uang, agaknya lumayan sulit bagiku untuk mendeskripsikan kelebihannya. Dimataku dia adalah lelaki yang menyebalkan dan bertolak belakang dari anggapan semua orang. Mungkin karena kami tumbuh besar bersama, aku hanya menganggap apa yang dilakukannya di depan umum hanya bagian dari pencitraan, walaupun aku akui dia adalah orang yang sungguhan peduli dan  selalu senang membantu orang lain.

"Karena hari ini gue baru dapet kiriman dari mama, yok gue traktir nonton." Ucapnya tanpa aba-aba sebelum pergi dan ke arah bapak penjual untuk membayar.

"Rezeki anak solikhah, satnigt dapet makan dan tiket nonton gratis." Batinku sebelum bangkit dan mengekornya keluar tenda.

***

Botas atau Botani Square pada akhirnya menjadi tempat yang kami tuju untuk menikmati sebuah film. Saat ini kami barusaja tiba di parkiran, dan aku cukup kesulitan membuka pengait helm.

"Bang bantuin!!!!" Teriakku karena Bang Bima sudah berjalan tanpa menghiraukan kesulitan ku.

Kulihat Bang Bima berbalik dan memutar bola matanya jengah. "Dasar bocah kecil merepotkan." Ucapnya jika tidak salah karena aku hanya melihat dari gerakan bibirnya.

Aku bersungut-sugut kesal, kemudian sengaja mencubit perutnya setelah kaitan helm dikepalaku terlepas. Bersiap-siap menendang tulang kering di depanku sebelum suara seseorang berhasil melemahkan semua sarafku.

"Ika!"

Dan rasanya aku ingin langsung menghilang dan kembali di tahun depan

Tingkat DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang