Part 27 • Arunika

19.6K 2.8K 198
                                    

***

Learning by doing dan learning by process adalah dua ungkapan yang belakangan selalu aku pegang dalam menjalani kehidupan. Menjadi mahasiswa super kentang yang tidak memiliki bakat yang menonjol memang mengharuskan aku memiliki vibes positif thinking yang tinggi agar tidak mudah merasa tertekan akibat overthinking dan insecurity.

Overthinking sendiri adalah menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan hal dengan cara yang merugikan sehingga menimbulkan kekhawatiran. Sedangkan insecurity ialah kondisi mental yang menyebabkan seseorang merasa "tidak aman" dalam satu atau banyak hal dan menyebabkan seseorang tersebut merasa cemas dan takut secara berlebihan.

Kedua hal ini dapat dipicu oleh hal-hal sederhana seperti scrolling feed instagram atau sekedar melihat beberapa instastory teman. Dan lebih parahnya lagi, itu juga bisa timbul hanya dengan melihat sebuah cyrcle pertemanan.

Semenjak dekat dengan Bang Radit, aku selalu rajin membaca banyak buku self improvement dan menonton video-video YouTube dari channel satu persen. Semua aku lakukan karena khawatir dan cemas untuk hal-hal yang tidak jelas. Meski hubungan kami tidak jelas arahnya, dalam waktu-waktu tertentu aku akan menjadi seorang ovetthinker sejati yang memiliki banyak asumsi tak berdasar di kepala.

Untungnya, selama ini aku tidak pernah bersinggungan langsung dengan orang-orang hebat yang ada di lingkungannya. Sehingga apa yang selama ini aku takutkan belum pernah aku rasakan dalam dunia nyata.

Lalu aku harus bagaimana jika tiba-tiba orang ini justru membawaku ke acara rapat bersama orang-orang yang sebelumnya tidak berani aku bayangkan bisa duduk semeja?
Aku benar-benar tidak ada persiapan dan merasa tidak tau ingin berbuat apa untuk seketika.

"Kenapa, Ka?" Bang Radit menyadari jika aku berhenti mengikutinya dari belakang.

"Bang!" Bang Radit ikut menghentikan langkah dan menoleh untuk menghadapku.

"Gue beneran ikut kesana?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah sekumpulan orang yang yang sedang bersenda gurau di meja sebelah kanan tempat makan yang kami kunjungi.

Beberapa wajah diantara orang-orang itu aku mengenalinya dalam berbagai acara. Dan kenyataan bahwa kumpulan orang tersebut tidak satu frekuensi denganku benar-benar membuatku khawatir jika aku hanya akan mempermalukan Bang Radit.

Kulihat Bang Radit mengangguk yakin. "It's okai, Ka. Ada gue!" Ucapnya seolah menyadari ketakutan dan kekhawatiranku sehingga menarik kedua tanganku dan menyatukannya dengan miliknya.

 Ada gue!" Ucapnya seolah menyadari ketakutan dan kekhawatiranku sehingga menarik kedua tanganku dan menyatukannya dengan miliknya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


"Gue cari tempat duduk sendiri aja ya Bang. Nanti kita ketemu lagi kalo urusan Abang udah kelar."

"Ka...." Bang Radit bersuara dengan nada lirihnya.

Entah kenapa aku rasanya ingin menangis saja. Kenapa tiba-tiba suasananya jadi begini? Apakah aku terlalu childish?

"Tatap aku, Ka!" Mataku membola mendengar kata ganti saya yang digunakan Bang Radit.

"Aku?" Beoku seolah tidak percaya dengan apa yang aku dengar sebelumnya.

Kulihat Bang Radit mengangguk tanpa keraguan. "Aku tau ini kedengerannya gak masuk akal banget. Please believe me now, Ka. Apa yang bakal aku omongin ini nanti bakal aku ganti dengan suasana dan persiapan yang lebih proper. Tapi karena ini mendesak, tolong dengarkan baik-baik. Aku, Raditya suka sama Ika, Arunika!" Ucapnya dengan nada serius.

Oh my Good, jangan bangunkan aku sekarang!

Aku hanya mampu mengedip-ngedipkan mata tidak percaya. Apa itu tadi? Apakah seorang Raditya barusaja menyatakan cintanya padaku?

"Abang, serius?" Tanyaku setelah berhasil menguasai keadaan.

"YA!"

"Ika gak salah denger?" Tanpa sadar aku juga sudah mengganti kata 'gue' menjadi 'Ika' dengan sendirinya.

"Bener, Ka. Meski kelihatannya gak niat karena ngungkapinnya di depan pintu restoran, tapi kamu bisa pegang kalo kata-kataku barusan gak main-main sama sekali." Bang Radit masih berusaha menyakinkan ku yang terdiam.

Aku tahu mungkin Bang Radit merasa khawatir karena aku tak kunjung juga merespon apapun. Tapi percayalah, aku terlalu merasa syok dan tidak tahu harus bagaimana.

"Jadi, udah siap kan buat masuk ke dalam?" Tanyanya kembali saat aku lagi-lagi masih diam tanpa berkata-kata.

Melihat kesungguhan dan permohonannya itu pada akhirnya aku tidak sanggup lagi untuk menolak. Dan bismillah, sebuah anggukan akhirnya benar-benar berhasil membuat kedua sudut bibir laki-laki didepanku ini tertarik ke samping.

Menang lotre lo, Ka!

Tingkat DuaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon