Part 45 • Arunika

Mulai dari awal
                                    

Namun semenit kemudian, aku justru yang tebengong-bengong setelah membuka aplikasi bernama Instagram yang biasa digunakan untuk berbagi foto dan video itu.

What the hell!
Apa yang Bang Radit lakukan astaga ....

"Gimana?" Raini bertanya karena aku masih saja terdiam.

"Ini gue nggak ngimpi kan ya?" Tanyaku balik padanya.

Kulihat Fayka dan Raini justru tergelak bersamaan. "Bukan temen gue, Fay..."

Aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Bang Radit meng-upload fotoku di feed instagramnya, dan bahkan menandai ku dengan terang-terangan. Lebih parahnya lagi, caption yang dituliskannya itu benar-benar mengundang orang untuk berkomentar.

 Lebih parahnya lagi, caption yang dituliskannya itu benar-benar mengundang orang untuk berkomentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Every moment i spent with you it's like a beautiful come true ❤️


Sekarang aku benar-benar meragukan apakah dia adalah sosok Raditya si Ketua Hima yang berwibawa itu.

Belum lama berselang, dering ponselku kembali menyadarkan ku dari lamunan.

Calon pacar is voice calling....


***

"Halo, Bang ..."

Aku menoleh ke arah Fayka dan Raini yang sedang cekikikan. Mereka pasti tau bahwa orang di seberang telepon sana adalah Raditya, laki-laki yang sedari tadi terus menjadi topik utama pembicaraan mereka berdua.

Aku melotot ke arah mereka karena keduanya terus-terusan meledekku. "Rain, kayaknya kita harus keluar dulu deh. Takutnya ada yang keganggu." Tiba-tiba Fayka berucap dengan nada suara yang sengaja dikeraskan agar Bang Radit dapat mendengarnya.

Sialan!
Aku menjauhkan ponselku dari telinga, dan menutup speakernya menggunakan tangan berharap dapat sedikit meredam suara.

"Bener sih Fai... Takutnya jadi nggak ngerasa bebas nih karena ada orang lain."

Aku mengepalkan tangan kiri, mengangkatnya  dan menunjukkannya kepada mereka berdua. "Diem nggak lo berdua!" Ucapku tanpa suara, namun dengan penekanan agar gerakan bibirku dapat ditangkap oleh keduanya.

Bukannya diam, keduanya justru tertawa cekikikan kembali. Aku melemparinya dengan boneka kecil yang kebetulan berada di samping tempatku berdiri.

"Gila-gila .. buas banget nih gara-gara di ganggu. Yuk keluar dulu Fay. Sebelum kita dihabisi karena merusak suasa," Kalimat terakhir yang aku dengar sebelum keduanya memutuskan untuk keluar.

Tingkat DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang