[45] . F o r g i v e n

4.4K 585 151
                                    

Jungkook tidak mengira dirinya disini, disuatu taman yang membawa ingatannya pada Taehyung yang seminggu ini tak saling sapa dengannya. Namun yang mengherankan, kasih sayang dan rasa dari Taehyung dapat tersampaikan dengan jelas tanpa kurang ketika mereka tengah dirundung masalah.

Pelukan itu, ciuman tulus diiringi pujian bak senandung dari Taehyung, kini amat Jungkook rindukan. Entah mengapa rasanya merindukan orang bisa sesakit ini, padahal Taehyung masih ada disekitarnya tidak seperti sang Ayah yang tak dapat ia jangkau kembali.

Sebenarnya, Jungkook ingin sekali meminta maaf pada Taehyung. Tapi Jungkook tidak tahu apakah yang ia lakukan itu benar dan tidak membuat masalah menjadi rumit? Jungkook takut ketika dia bicara dan Taehyung masih kesal.

Jungkook mengelap air matanya yang turun tiba-tiba. Berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tetap berada di tempatnya dengan mendongak ke atas menatap ribuan bintang yang ditemani bulan.

Bibirnya tersenyum kecil mengingat malam ini suasana nampak sangat indah. Meski tak sepenuhnya memperbaiki suasana hatinya, tapi Jungkook senang bulan dan bintang terlihat bersama. Keduanya indah meskipun sinarnya sama-sama terang.

Taehyung, sedang apa prianya sekarang? Apakah tengah menikmati salah satu Bulan, satu-satunya satelit alami bumi yang menjadi favorit Taehyung?

Atau mungkin tengah menikmati seputung rokok yang menjadi candu pria itu sebelum bertemu dengan Jungkook?

Jungkook penasaran, dan hal itu membuat rindunya semakin tak dapat ia tahan.

Mungkin ini saatnya bagi Jungkook meminta maaf pada Taehyung karena Jungkook sudah menyadari kesalahannya, sudah menyadari letak kesalahan pada hubungan Taehyung, dan menerima bahwa ia bersalah. Ia ingin menyudahi semua ini karena sumpah ia rindu Taehyungnya.

Jungkook menelfon Taehyung, memberanikan diri untuk mengajak Taehyung bertemu karena Jungkook rasa ia perlu meminta maaf secara langsung.

Hingga akhirnya panggilan dari Jungkook diterima.

Rasanya tenggorokan Jungkook tercekat ketika telefon tersambung namun Taehyung tak mengatakan apapun untuk menyapa dirinya.

"halo, Kak?" sapa Jungkook memberanikan diri, entah bagaimana balasan Taehyung nanti Jungkook tidak terlalu memikirkan.

Terdengar nafas berat dari Taehyung dari ujung telfon, "iya."

"mmm, Kak Taehyung lagi apa?" Jungkook memukul kepalanya menyesali pertanyaan bodoh yang dengan mudahnya keluar dari bibirnya. Kenapa bibirnya ini tidak bisa diajak kerja sama? Menyebalkan sekali. Jungkook cemberut sembari memukul-mukul pelan bibirnya.

Namun... terdengar Tawa pelan khas Taehyung yang membuatnya membeku, serta tawa yang seakan memberinya ribuan kupu-kupu.

"Jungkook nanya Kak Taehyung lagi ngapain, kan? Nih, aku lagi liatin orang paling indah di semesta."

Jawaban itu membuat Jungkook murung tiba-tiba. Tidak! Tidak hanya murung tapi juga menyakiti perasaannya. Bagaimana Taehyung semuda itu berbicara tengah menatap orang paling indah di semesta pada kekasih yang selama ini ia elu-elukan?

Ya meskipun Jungkook sadar, mungkin Taehyung tengah berbicara fakta karena Jungkook sendiri tak seindah orang diluar sana, menurutnya. Taehyung bisa saja bertemu seseorang yang lebih indah ketika mereka tak saling sapa.

"hei, bisa nggak raut sedihnya diilangin? Yang paling indah di semesta agak kurang 1% indahnya kalau di wajahnya ada sedihnya."

Kening Jungkook berkerut mendengar penuturan Taehyung, dia bingung hingga celingukan mencari Taehyung yang seakan jelas berada di sekitarnya.

Strawberries & CigarettesWhere stories live. Discover now