[44] . H i s E v e r y t h i n g

4.1K 590 68
                                    

"Jung? Jungkook?"

Jungkook terkesiap kaget ketika telapak tangan Ian melambai di hadapan wajahnya yang tengah melamun. Ian terkekeh kecil melihat Jungkook yang kadar menggemaskannya bertambah ketika berekspresi seperti itu.

Kika menyentuh lengan Jungkook lembut, "daritadi ngelamun, Jungkook sakit?"

Kepalanya menggeleng, dengan senyuman tipisnya yang terlukis. "aku nggak apa-apa kok, hehe. Oh iya, tugasnya selain bikin kerajinan ini, bikin apalagi?"

"mmm, kayaknya sih bikin kerajinan rumah-rumahan ini doang sama bikin teks deskriptif tentang kerajinan kita ini. Udah itu aja, kenapa Jungkook?" Ian menjelaskan, kemudian bertanya dengan nada lembut pada seseorang yang sejak dua jam yang lalu tak merasa nyaman.

Menggigiti bibir dalamnya tanda pria kecil milik Taehyung tengah gundah, ingin mengatakan sesuatu namun kelu, "ini kerajinan kita kan udah fix bikin rumah dari korek api. Kita juga udah bikin bagian-bagian kerangkanya. Tinggal nempelin aja, kan?"

Kika mengangguk, "iya sih, ini semua bagian rumahnya udah selesai. Tadi cepet banget. Jadi kayaknya abis nempelin sama ngehias dikit, kelar."

Dari mata Jungkook nampaknya Ian juga ikut menyetujui perihal tugas membuat kerajinan mereka.

"kalau gitu.. Boleh nggak kalau aku pulang duluan? Jadi aku nggak ikut ngehias. Tapi nanti aku deh yng ngerjain teks deskriptifnya. gimana?"

Seharusnya tidak masalah mengingat pekerjaan mereka tinggal menempelkan bagian untuk membentuk rumah dan juga memberikan sedikit sentuhan agar rumah mini dari korek api mereka terlihat lebih nyata.

Sungguh, Jungkook tidak bisa tinggal lebih lama disini. Ingatannya selalu jatuh pada Taehyung yang entah kenapa membuat rindunya berkali-kali lipat jumlahnya.

Tak bisakah Taehyung keluar sebentar dari pikirannya? Jungkook lelah menahan rindu tanpa ada penuntasan untuk rasa rindunya.

"boleh, Kook. Ada acara ya?"

Pertanyaan Ian dibalas gelengan oleh Jungkook yang menata barang-barangnya ke dalam tas. "nggak kok, ada hal lain aja yang nggak bisa aku kasih tau. Maaf ya, aku janji besok teksnya aku selesaiin kok."

"gue anterin balik ya, Kook. Lo kayak buru-buru." tawar Ian yang jelas mendapat gelengan dari Jungkook.

Ya benar juga, buru-buru keluar dari ruangan yang sama dengan Ian.

Serius, Jungkook tidak mau memperdalam kesalahapahaman.

Kika yang sedari tadi memperhatikan kini melirik Jungkook yang terlihat khawatir dan bingung ketika melihat Ian yang enggan menyelesaikan acara 'menawarkan mengantar Jungkook' itu.

"eh, btw!" Kika berbicara, membuat kedua teman satu kelompoknya menoleh, memberi perhatian. "gue kayaknya ada acara sekitar sejam lagi.  Nanti malem gue ke rumah lo deh Ian, kita selesaiin ini bareng-bareng. Nanti deskripsinya biar dikerjain Jungkook. Ya kan, kook?"

Jungkook mengangguk mantap, total setuju dengan ucapan Kika.

"oh iya, Jungkook nanti pulangnya bareng Kika ya? Kan kita searah. Kalau bareng Ian nanti malah kejauhan buat Iannya. Gimana?"

Lagi-lagi, Jungkook mengangguk. Entah kenapa semua yang Kika lontarkan sejak tadi sangat membantunya yang berada pada suatu masalah. Gadis cantik yang baik hati.

Seperti tersihir, Ian juga tak sengeyel sebelumnya langsung menjawab iya ketika Kika beraksi dengan kalimat-kalimat logisnya.

"yaudah deh, kalau gitu kita pulang sekarang aja nggak sih, Kook? Udah mau sore, acara gue juga udah deketan. Lo pulang sekarang juga nggak, Yan?" tanya Kika, Ian yang tengah menyedot banana milkshake-nya menggeleng, "kayaknya agak nantian, gue masih mau ngerjain ini biar sekalian aja gitu nanti bener-bener tinggal finishing."

"oke, kalau gitu kita duluan. see u ntar malem ya, Yan."

"Jungkook duluan ya Ian."

Ian hanya balas tersenyum sembari melambaikan tangannya pada kedua teman sekelompoknya yang kini berjalan menjauhinya. Tersenyum kecil melihat Jungkook yang sedari tadi merasa tak nyaman. Jangan berfikir Ian tidak tahu apa yang tengah Jungkook rasakan dan ia lakukan.

Meskipun bersamanya, pikiran Jungkook nampaknya tak duduk diseberangnya, namun malah berkelana yang Ian paham jatuhnya pikiran itu pada siapa; Kim Taehyung.

Si seniornya yang tadi pagi ia temui dengan tatapan tajam yang jelas untuk dirinya. Lucu sekali.

Berbeda dengan Ian yang nampak santai duduk di salah satu kursi kafe, Jungkook dan Kika lebih memilih diam karena sejujurnya Kika tak ingin mengganggu pikiran Jungkook.

"Kika, Jungkook pulang naik bis aja." ucap Jungkook tiba-tiba yang membuat Kika menoleh.

Menggeleng tidak setuju, "nggak bisa, Jungkookie. Jungkook harus pulang sama Kika, titik. Nggak ada penolakan."

"Jungkook lagi pengen pulang sendiri, Kika."

Wajah Kika menyiratkan kesedihan, rasa tak tega tapi ia juga tidak bisa meninggalkan Jungkook.

"Jungkook pulang bareng Kika, ya? Maafin Kika kali ini maksa Jungkook. Soalnya udah ada amanah."

Mata Jungkook membulat, tidak paham dengan maksud amanah yang Kika maksud. "maksudnya?"

Kika celingukan kekanan dan kekiri, Jungkook mengikutinya hingga matanya ikut berhenti pada seseorang yang Kika tunjuk dengan telunjuknya.

Seseorang yang berada diatas motor besarnya dengan menggunakan helm fullface yang tanpa dibuka pun Jungkook tahu itu siapa. Benar, kekasihnya yang terlihat tenang dengan pakaian sekolahnya yang masih melekat di tubuhnya. Sama seperti Jungkook.

Tidak ada sapa, namun Jungkook paham apa yang tersirat dari mata Taehyung yang berada tak jauh darinya.

"nanti Taehyung ngikutin kita dari belakang sih Jungkook, jadi lo naik mobil gue. Nurut ya Jungkook?" ucap Kika lebih lembut, dan akhirnya mendapat anggukan dari Jungkook meski masih meragu.

Jauh didalam hatinya, ia sebenarnya ingin berlari pada Taehyung dan mengisi kekosongan di jok motor Taehyung. Dan seperti biasa memberikan pelukan dari belakang pada pria itu serta kecupan pada bahu tegapnya.

Namun keadaan kini sedang membuat mereka belajar tentang pentingnya mengerti akan perasaan satu sama lain. Setelah semuanya selesai nanti, Jungkook berharap tak ada lagi rasa ragu untuk memeluk Taehyung yang jaraknya dapat ia raih, dan yang sebenarnya dapat ia sentuh wujudnya.

"Kika.."

Kika menghela nafas pelan, tersenyum tipis mengerti situasi yang terjadi dan kecamuk emosi pada diri Jungkook.

"he gives you everything Jungkook. Time, love and all of him. He cares about you, he wants you to be safe. Jadi Jungkook pulang bareng Kika, terus Taehyungnya Jungkook nanti ngikutin dari belakang."

Jungkook mengangguk, jantungnya berdegup ketika melihat Taehyung yang ikut menyalakan mesinnya ketika mobil Kika juga hampir melaju.

Kim Taehyung, dapatkah Jungkook sebut bahwa Taehyung adalah orang yang tepat di waktu yang tepat juga?

Karena Jungkook tak bisa memilih orang yang lebih tepat untuknya saat ini selain Kim Taehyung, lelaki yang kasih sayangnya terasa sampai ke tulang-tulang Jungkook.





-tbc

i hope u enjoy this part<3

oh iya, jangan lupa jaga kesehatan ya! kalau keluar rumah pake double masker, jangan lupa bawa mantel soalnya lagi musim hujan. minum vit c juga ya. i love u so much <3

Strawberries & CigarettesWhere stories live. Discover now