'Tolong izinkan kami memeluknya lagi.'
"Huuuuu.... Selamat Ulang Tahun Bangtan!"
13 Juni, tepat di pertengahan musim panas yang membara. Ketika terik matahari menyatu dengan cerahnya biru pada langit dan putihnya arakan awan. Tujuh tahun yang lalu, hari dimana mereka resmi menjadi keluarga.
Malam ini, tepat satu minggu setelah malam dimana mereka mengisi lorong sepi itu dengan tangisan dan pelukan, banyak hal yang berubah. Terlalu banyak untuk dikatakan satu per satu.
Perjalanan baru yang mereka mulai bersama. Dengan langkah yang kembali beriringan, dengan lengan yang kembali bergandengan, dengan pandangan yang mengarah tepat ke masa depan, dengan hati yang serempak teguh bersamaan.
Mereka banyak menangis malam itu. Memutuskan menghabiskan malam di ruangan Namjoon. Menceritakan setiap kisah yang tak pernah tersampaikan selama dua tahun terakhir. Mengalirkan kejujuran dan ketulusan untuk membangun kembali pondasi yang sempat hancur.
Tak ada lagi kebohongan. Tak ada lagi ragam tipuan. Senyum palsu, tangis pilu, luka yang dihantarkan hari biru, mereka membuang semuanya pada malam itu.
Lalu ... bagaimana dengan Jungkook? Apa yang terjadi dengannya setelah malam itu lagi-lagi menjadi kabar ambigu yang entah harus direspon dengan senyum atau kembali dengan tangisan?
Adik kecil mereka ... nyatanya masih belum mau terbangun dari tidur panjangnya.
Tapi kabar baiknya, dokter mengatakan reaksi yang diberikan Jungkook kala itu menjadi pertanda kemajuan yang begitu pesat. Sosok itu sempat dipindahkan selama tiga hari dua malam ke ruang ICU. Ia harus dipantau dengan seksama untuk memastikan kondisi kesadarannya yang perlahan kembali.
Dan sekali lagi, kabar baik itu datang mengiringi kala dokter mengatakan stimulus yang mereka berikan memang berhasil membuat adik mereka mendapatkan jalan untuk keluar dari gelapnya jerat. Kehadiran keenamnya menjadi alasan kuat Jungkook kembali berjuang.
"Ahh, aku kenyang sekali."
"Masakan Seokjin hyung masih seenak dulu. Memang koki handal kita ini sungguh luar biasa."
"Aku menunggu comeback chef Min setelah ini."
Beragam sahutan terdengar dari mulut-mulut yang akhirnya puas mengunyah seluruh jenis hidangan hasil karya Seokjin. Meja yang sebelumnya penuh kini hanya menyisakan sampah sisa makanan tak berarti. Membuat Seokjin sebagai juru masak malam itu tersenyum puas memandangnya.
Keenamnya tergeletak tak berjauhan. Membiarkan sistem pencernaan mereka bekerja ekstra malam itu.
"Ah, sudah lama sejak terakhir aku makan seenak ini." Setengah terpejam Hoseok menggumam. Benar-benar merasa puas pada apa yang dirinya nikmati malam ini.
"Akhirnya aku juga bisa terbebas dari makanan hambar rumah sakit." Namjoon menimpali. Seketika senyum simpul terbit pada wajahnya ketika kenangan kecil itu kembali timbul pada permukaan memorinya. "Kalian ingat saat anniversary pertama kita? Seokjin hyung juga memasak banyak makanan hari itu dan kita yang sudah lama disiksa diet berakhir melahap rakus semuanya tanpa sisa."
Kekehan saling bersahutan merespon perkataan Namjoon. Seokjin yang terduduk tak jauh darinya menatap tepat ke arah pemuda itu dengan senyum jenaka. "Aku ingat seberapa frustasinya aku karena harus memasak denganmu hari itu."
"Aku juga ingat bagaimana lelahnya aku menunggu Yoongi hyung yang kabur ke kamar mandi saat aku mendekor kue pertama kita. Hyung ini membiarkanku mendekornya sendirian!"
"Hey! Aku benar-benar harus ke kamar mandi saat itu. Dan lagi kue yang pertama itu gagal dan kita membeli lagi yang baru lalu aku. Ikut. Mendekornya. Juga." Yoongi menyahut tak terima pada perkataan Jimin. Meski biasanya ia akan memilih cuek, tapi untuk malam ini Yoongi tak ingin menjadi bulan-bulanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
기억 MEMORY || BTS
FanfictionSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 39
Mulai dari awal
