Jimin yang terbebas kini ikut tertawa tepat didepan wajah Seokjin. Ia tak bisa lagi menahan ledakan tawanya, meski setelahnya ia harus berakhir berlari ke arah mandi saat Seokjin melemparkan tissue bekas itu pada wajahnya. "HYUNG!"
Melupakan sejenak kekacauan disana, Yoongi mengedarkan pandangannya mencari sosok lain yang terasa kurang kehadirannya. "Hoseok ada disana?"
Pertanyaan Yoongi mendapat anggukan singkat dari Namjoon yang sudah mendudukan diri di samping Taehyung pada sofa coklat di ruangannya. Sedikit banyaknya, tingkah Namjoon sekarang sama sekali tak terlihat seperti pasien andai pemuda itu tak mengenakan baju putih bercorak khas Rumah Sakit.
"Kalau begitu kita langsung kesana sekarang? Aku sudah tidak tahan mencium harum masakan Seokjin hyung." Ini Taehyung, yang sedari awal masih betah memeluk tas abu gelap berisi makanan. Bertingkah seolah peduli pada kakaknya dengan menawarkan bantuan membawa tas itu, nyatanya niat aslinya adalah untuk menjaga makanan ini tak habis dilahap membernya yang lain.
Terlebih Jimin, yang sekarang sedang menatap intens pada tas dalam pelukannya. Taehyung benar-benar harus waspada, sudah sekian lama sejak ia mencicipi masakan Seokjin tapi saingannya berlipat ganda banyaknya. Jangan heran, meski dirinya tinggal bersama Seokjin, tapi jadwal keduanya yang padat memang menyulitkan Seokjin untuk bisa kembali ke dapur.
Hanya sesekali sang kakak memaksakan diri bertempur dengan peralatan dapur ketika dirinya benar-benar jatuh sakit. 'Tak baik makan sembarangan.' katanya kala itu sebelum berakhir memaksakan lelah terus bersamanya hingga semangkuk bubur abalone tersedia di hadapan Taehyung.
"Ini sudah dekat jam makan malam juga, lebih baik kita secepatnya kesana karena mereka pasti sudah menunggu." Ucapan Seokjin yang baru saja selesai mencuci tangannya itu seolah menjadi tombol otomatis yang membuat semua orang disana berdiri lalu mengikutinya.
Langkah kelimanya kini terasa sangat ringan kala mengingat apa yang akan mereka lakukan setelah sekian lama. Perlukah diberitahukan sekarang? Hal apa yang membuat mereka sesemangat ini?
Jimin berjalan memimpin dan segera membuka pintu itu ceria. "Hoseok hyung, kami datang."
"Eoh, kalian sudah datang? Cepat juga. Kukira Taehyung akan lebih lama menyelesaikan syutingnya."
"Ehey, hyung! Kau pikir adikmu ini aktor macam apa hingga perlu waktu lama merampungkan scene seperti itu." Taehyung mengerucutkan bibirnya lucu, membuat Hoseok terkekeh seketika dan refleks mengusak kepala Taehyung gemas ketika sang adik telah berdiri di dekatnya. Sepertinya rambut Taehyung memang tak bisa diharapkan untuk tetap rapi jika ia masih harus bersama para kakaknya.
***
Sudah berapa lama kehangatan ini tidak terasa melingkupi mereka? Rasanya dua tahun yang lalu terbayar hampir seluruhnya ketika mereka tak lelah melemparkan candaan berbalas tawa yang mengudara. Sudah berapa lama meja sepi itu kini terisi penuh berbagai macam makanan? Sudah berapa lama ruangan dingin yang menyesakkan itu kini terasa begitu hidup?
Setelah seluruh makanan tertata rapi, Yoongi segera mengeluarkan box putih berisi kue yang sempat dirinya beli dalam perjalanan sebelum menjemput Taehyung. Ia bisa melihat ada lima tatapan takjub yang kini mengamatinya. Sosoknya tersenyum simpul seraya memasang satu buah lilin kecil pada kue putih bertabur buah diatasnya itu. "Setidaknya kita harus melakukan ini setelah sekian lama."
Kalimatnya mengalun pelan menembus tepat pada hati setiap sosok yang ada disana. Tanpa aba pula, mereka segera menutup mata kala lilin sudah menyala. Dan tanpa siapapun tahu, bisikan doa keenamnya berisi hal yang sama. Harapan terbesar seorang kakak untuk adiknya.
BINABASA MO ANG
기억 MEMORY || BTS
FanfictionSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 39
Magsimula sa umpisa
