Jimin terkekeh kecil disampingnya. Meski ia pun sedikit merasakan gugup itu, namun raut sang kakak disampingnya benar-benar menggemaskan dimatanya. Juga baginya, itu berhasil sedikit mengurangi rasa gugupnya.
Ahh tidak, Jimin tidak gugup. Sepertinya rasa ini lebih cocok dirinya sebut dengan antusias. Ya. Dia sudah sangat tak sabar bertemu keluarganya lagi. Jimin merindukan kakak-kakaknya, ia merindukan sahabatnya, dan sudah jelas dirinya juga sangat merindukan adik kecilnya.
Pintu lift terbuka, dan secara bersamaan keduanya menarik nafasnya dalam sebelum mengambil langkahnya. Jimin melirik kembali pada jendela besar yang memunculkan pemandangan malam Seoul. Ingatannya sedikit terlempar pada malam itu. Saat ia harus menyaksikan sendiri -- ahh tidak. Jimin benci untuk mengingat malam itu lagi.
Langkah yang sebelumnya ringan tiba-tiba terhenti ketika dengan kedua pasang mata mereka bisa melihat empat sosok yang tengah berdiri tepat di depan ruangan Jungkook. Jimin ulangi lagi, empat! Matanya melebar, dan bahkan tanpa memperdulikan bagaimana sebenarnya suasana yang melingkupi keempatnya ia berlari cepat menghambur ke dalam pelukan salah satu diantara mereka.
"NAMJOON HYUNG!"
Sosok yang merasakan namanya terpanggil itu mengangkat kepalanya dan telak terdiam mematung ketika melihat dua orang lain berdiri tak jauh darinya. Bahkan tak lama setelahnya, sebuah pelukan kembali Namjoon dapatkan. Begitu erat.
"Hyung... Hyung... Ini benar-benar hyung?" Jimin menangis. Ya. Dia bahkan tak sempat untuk memikirkan hal lain karena seluruh pikirannya hanya dipenuhi sosok Namjoon di dalam pelukannya.
Namjoon tersenyum simpul sebelum balas memeluk erat sosok dalam dekapannya. Lagi-lagi, pelukan yang begitu dirinya rindukan. Ia mengusap pelan rambut Jimin, "Iya, Jim. Ini aku. Hyung ada disini."
Bukannya mereda, tangisan Jimin justru semakin menjadi. "Hyung, hiks... Namjoon hyung... aku merindukan, hyung."
Sang kakak yang mendengarnya justru terkekeh kecil. Dirinya juga merindukan Jimin. Ia merindukan bagaimana Jimin yang sering menangis seperti ini dipelukannya. Ia merindukan Jimin yang selalu menjadi orang pertama yang memeluknya dalam setiap kesempatan.
Senyumnya terbit semakin cerah kala mendapati satu sosok lain yang kini sudah berdiri tak jauh darinya. Pun sama memandangnya dengan mata berkaca-kaca. "Rindu pelukan juga, Hob-ah?"
Dan tak lama, satu tubuh lain ikut ke dalam pelukan yang sama. Meski tak menangis sehebat Jimin, tapi semuanya jelas tahu bahwa pertemuan ini memanglah menguras air mata.
Lagi-lagi Seokjin harus merutuki dirinya yang kembali menangis. Oh, sudah terlalu banyak air mata untuk hari ini. Pun Taehyung didekatnya telah ikut menahan isakannya. Meski dirinya telah lebih dulu menangis di pelukan Namjoon saat tiba-tiba saja terbangun oleh sedikit kehebohan petugas medis di dalam ruangan Jungkook. Tapi tetap saja pemandangan di depannya berhasil mengundang air mata itu kembali.
"Aku juga ingin peluk."
Seokjin terkekeh, dan tak lama pelukan antara Namjoon, Jimin dan Hoseok pun sedikit terurai kala Taehyung berkata dengan bibir mengerucut lucu. Ya, mereka semua ikut tertawa dan melupakan sejenak alasan mengapa keempatnya harus berdiri dengan hati tak tenang di koridor ini.
"Sini, kuberikan kau pelukan mautku."
Dan setelahnya tawa mereka semakin terasa hangat kala Taehyung mengeluh seberapa erat Jimin memeluknya tanpa ampun. Jangan lupakan juga bahwa tubuh Taehyung terhuyung cukup jauh kebelakang karena tak siap dengan sergapan teman sebayanya itu. Padahal suaranya terdengar sangat parau terlebih matanya hampir tak terlihat karena sembab, tapi kekuatan Jimin tetap tidak main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
기억 MEMORY || BTS
Fiksi PenggemarSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 38
Mulai dari awal
