Bab. 44

3.6K 344 9
                                    

JANGAN DIBACA SAAT JAM SHOLAT!




Makasih yang udah mau baca, vote, dan komentar....

Happy Reading ⌒ ‿ ⌒

#Bab. 44

Akhir pekan di pagi hari setelah sholat Subuh, Reva sudah berdiri di depan kompor untuk memasak, sedangkan suaminya sedang mandi. Tubuh Reva bergerak menyesuaikan lagu yang berputar dari earphonenya.

"Awakdewe tau duwe bayangan
Besok yen wis wayah omah-omahan
Aku moco koran sarungan
Kowe belonjo dasteran
Nanging saiki wis dadi kenangan
Aku karo kowe wis pisahan
Aku kiri kowe kanan
Wis bedo dalan."

Bait demi bait lagu terlontar dari bibir Reva, begitu seterusnya hingga lagu-lagu lain berganti. Aktivitas masak Reva terus berlanjut hingga dia menghidangkan masakannya di meja makan. Reva menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup, lama sekali suaminya berada di dalam sana. "Ar, kamu tidur di kamar mandi?" tanya Reva menaruh earphone dan ponselnya di meja makan lalu mendekat ke pintu kamar mandi.

Baru saja ingin mengetuk pintu kamar mandi, pintunya sudah lebih dulu dibuka oleh Arka yang hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Jambulnya yang basah masih meneteskan air membuat Reva memundurkan badannya karena jarak mereka terlalu dekat. "Kenapa, hm? Kangen?" goda Arka memainkan alisnya menatap sang istri.

Reva menaikkan alisnya. "Kangen? Enggak tuh," sahutnya lalu berbalik kembali ke meja makan. Namun, saat ingin melangkah, pinggangnya dipeluk dari belakang oleh Arka. "Kalau kamu nggak kangen, aku yang kangen," ungkap Arka menaruh wajahnya di leher Reva.

"Apa sih, Ar? Lepas ih, kita makan dulu," ucap Reva. Pipinya sampai ikut basah karena terkena air dari rambut Arka.

Arka justru semakin mengeratkan pelukannya, dia memejamkan matanya sambil mengendus leher Reva. "Gak mau, aku kangen," lirih Arka.

"Ar, aku mau mandi! Lepas dulu," bujuk Reva.

Arka menggeleng. "Gak mau! Kalau mau mandi, yaudah kita mandi bareng," tolak Arka.

Reva melebarkan matanya. "Ini suami gue kenapa?" batin Reva menjerit bingung.

"Kamu meriang?" tanya Reva, dengan perlahan dia melangkah menuju ke sofa di ruang tengah masih dengan Arka yang memeluknya dari belakang.

Arka mengangguk membuat tatapan Reva berubah khawatir. "Iya, aku merindukan kasih sayang dari kamu," lanjut Arka hingga Reva memutar bola mata malas.

Sampai di sofa, Arka masih melingkarkan tangannya di pinggang sang istri. Dia menyandarkan kepalanya di pundak Reva. "Ar, ganti baju sana! Itu kamu cuma pake han―"

Reva menghentikan ucapannya saat Arka mendongak sambil memperhatikannya dalam-dalam. "Kiss dulu, baru aku ganti baju," pinta Arka.

Tindakan Arka benar-benar membuat jantung Reva berdetak cepat. "Kalau gak mau yaudah, aku tetep di sini," sambung Arka, dia semakin menarik tubuh Reva agar mendekat ke dirinya.

Setelah menghela napas, Reva menghadapkan wajah Arka ke wajahnya. Segera mungkin Reva menempelkan bibirnya ke bibir Arka. Saat ingin menjauhkan wajahnya, tengkuk Reva ditahan dari belakang oleh tangan Arka.

Meskipun terkejut, Reva tidak protes. Reva membiarkan Arka melakukannya hingga pria itu yang menghentikan. "I love you, Ibunnya anakku," bisik Arka setelah melepaskan kecupannya, dia lalu masuk ke kamarnya untuk ganti baju.

Reva terpaku mendengar bisikan Arka, kenapa rasanya sangat menyenangkan? Padahal dia sudah sering mendengar kalimat cinta yang keluar dari bibir suaminya, tetapi tetap saja rasanya selalu membahagiakan. Reva berjalan ke meja makan masih dengan senyuman yang terlukis di bibirnya.

REVARKA [Revisi]Where stories live. Discover now