Bab. 41

4K 358 11
                                    

JANGAN DIBACA SAAT JAM SHOLAT!



Makasih yang udah baca, vote, dan komentar.
――――――

Happy Reading! (●'◡'●)

#Bab. 41

Tiga tumpuk mangkuk bekas bubur kacang hijau tidak membuat Reva berhenti menyantap makanan yang sangat dia inginkan. Bahkan Arka yang dari tadi menatap sang istri sudah dibuat kenyang sendiri. Mereka berdua bersama Jihan sedang berada di sebuah warung bubur kacang hijau karena Reva yang memintanya. Dan karena Jihan dan kedua orang tua Arka datang ke rumah bu Zella, jadi Arka sekalian mengajak adiknya.

"Kak Eva laper banget ya," ujar Jihan memangku dagunya melihat Reva dengan tatapan herannya.

"Iya, tadi kak Eva lupa sarapan. Jihan beneran udah kenyang?" tanya Arka.

Jihan mengangguk. "Udah, Kak!"

Reva menenggak air putih yang ada di gelas setelah menghabiskan bubur kacang hijaunya. Dia menumpukkan lagi mangkuknya di atas mangkuk lain, jadilah dia sudah menghabiskan empat mangkuk bubur kacang hijau. "Babe?" panggil Reva menatap Arka dengan senyum memohon.

"Hm? Kurang bubur kacang hijaunya?" tawar Arka menaikkan alisnya.

Reva menggeleng, dia menekan bibirnya tampak ragu hendak berucap sesuatu. "Em … bubur kacang hijaunya udah, tapi aku mau bubur mutiara, boleh?" pinta Reva menunjukkan deretan gigi putihnya.

Arka mengeluarkan napasnya dengan pelan. "Sayang, kamu udah habisin empat mangkuk bubur kacang hijau loh. Masa kurang?"

Reva melipat bibir bawahnya. "Kan itu bubur kacang hijau, sekarang aku mau bubur mutiara," jawab Reva.

"Mas!" panggil Arka, lalu pedagang bubur kacang hijau tersebut datang menghampiri meja Arka.

"Ada yang mau dipesan lagi, Mas?" tawar pedagang tersebut dengan ramah.

"Di sini ada bubur mutiara?" tanya Arka.

"Oh, ada. Mau berapa mangkuk?"

"Dua!" timpal Reva cepat.

"Gak kebanyakan, Rev?"
Arka menatap istrinya dengan bingung.

"Enggak, kan yang satunya buat kamu. Masa dari tadi kamu cuma liat aku makan," jawab Reva.

"Yaudah, Mas. Itu aja, bubur mutiaranya dua. Jihan mau nggak?" tawar Arka.

"Enggak, Kak, Jihan udah kenyang."

"Oke! Tunggu sebentar ya."
Pedagang itu kembali ke dapur untuk membuatkan pesanan Reva dan Arka.

"Kok perutku masih laper ya, Ar?" lontar Reva mengusap perutnya saat dia sadar ternyata sudah menghabiskan empat mangkuk bubur kacang hijau.

"Kan di perut kamu ada calon baby, Sayang," balas Arka memajukan tangannya untuk mengusap kepala sang istri. Sekarang Arka dapat bernapas lega karena istrinya sudah mau makan, padahal tadi siang sangat sulit untuk membujuk Reva agar mau mengisi perutnya.

"Bukan baby, Kak! Tapi anak katak," sahut Jihan menatap kesal Arka.

Arka beralih menatap adiknya, dia juga memegang kedua pipi Jihan. "Jihan, dengerin kakak ya … yang di perut kak Eva itu bukan anak katak. Tapi calon adiknya Jihan," jelas Arka dengan pelan.

"Tapi kata kak Eza, anak kataknya masuk ke perut kak Eva. Gitu kan, Kak Eva?" tanya Jihan, dia menatap Reva meminta jawaban.

Arka menghela napas lelah, ingatan anak kecil memang bertahan lama. "Bukan, Sayang. Jihan jangan dengerin kak Eza ya?" balas Arka.

REVARKA [Revisi]Where stories live. Discover now