Bab. 3

6.1K 649 25
                                    

Assalamu'alaikum

JANGAN DIBACA SAAT JAM SHOLAT!
-
-
-

⚠️Vote di awal cerita supaya tidak lupa ‼️

# Bab. 3

Usai makan malam, keluarga Arka berkumpul di ruang keluarga. Saat ini yang menjadi pusat perhatian adalah Arka. Dia ditatap oleh ayah, bunda, dan neneknya dengan tatapan desakan.

"Kamu masih ingat 'kan sama tradisi keluarga kita yang dulu nenek ceritakan?" tanya nenek Wijaya, ibu dari pak Bram ayahnya Arka.

Arka mengangguk seraya memainkan pipi gembul Jihan yang ia pangku, adik perempuannya itu sedang menonton kisah para nabi di ponsel Arka.

"Terus kamu mau cari calon istri sendiri atau kamu pasrahkan ke kita?" timpal pak Bram.

Arka belum juga menjawab. Sejujurnya dia belum menerima, tapi pertanyaannya langsung mengarah pada pemilihan calon istri.

"Kenapa sih harus ada tradisi nikah muda di keluarga kita?" Laki-laki itu memberanikan diri bertanya menatap orang tuanya.

"Tradisi ini sudah ada sejak dulu. Ayah dan bunda kamu juga menikah di usia muda, tujuannya untuk menghindari timbulnya hal buruk di keluarga kita. Supaya kamu yang masih muda terhindar dari zina dan semacamnya," jelas nenek Wijaya, tangan kanannya bertumpu pada tongkat.

"Tapi Arka masih muda, Nek," protes Arka.

Pak Bram tertawa mendengar protes dari anak sulungnya. "Ayah nikah juga masih muda, di umur tujuh belas tahun. Kan kalau kamu sudah otw delapan belas," balasnya tersenyum menatap Arka.

Arka memutar otak mencari jawaban yang pas untuk menolak. "Arka juga masih harus mengurus komunitas," ujarnya kemudian.

"Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang syahwat”."

"Kamu itu udah mampu, Ar, bisnis kamu udah maju, uang kamu juga udah cukup untuk membiayai keluarga kamu nantinya. Komunitas bisa kamu urus saat sudah menikah," ungkap Bu Rahma.

"Arka puasa aja," timpal Arka dengan nada yakin.

"Gak ada pilihan untuk kamu, Arka! Kamu terlahir di keluarga ini, oleh karena itu kamu diharuskan mengikuti tradisi keluarga!" tegas nenek Wijaya.

Arka menarik napas panjang. "Iya, Arka mau nikah," sahut Arka.

"Good. Terus kamu mau cari calon istri sendiri atau pasrahkan sama kita?" ulang pak Bram.

"Pasrah aja. Arka takut nantinya Arka malah mengikuti nafsu," ucap Arka. Takut saja jika dia memandang fisik, dia juga sangat jarang berinteraksi dengan perempuan.

Pak Bram menepuk pundak Arka. "Papa suka keputusanmu."

"Kak, nikah itu apa?" Jihan mendongak menatap wajah kakaknya.

Arka dan orang tuanya saling pandang, mereka lupa jika di situ ada Jihan. "Ini, kamu nonton aja, gak usah dengerin omongan kita. Okey?" suruh Arka menempelkan hidungnya di hidung mungil Jihan.

"Iya," ujar Jihan mengangguk lucu, dia kembali fokus pada tayangan di handphone Arka.

"Yang jadi calon istri Arka siapa?" tanya Arka penasaran.

REVARKA [Revisi]Where stories live. Discover now