Welcome Acha

3.7K 475 34
                                    





Happy Reading!

----------------------------------



Gerbang depan mansion keluarga Wardana terbuka dengan lebar. Membiarkan mobil sedan masuk kedalamNya.

Mobil sedan itu melaju masuk dan berhenti tepat di garasi .

" Bang," Ucap Gadis yang ada dalam mobil,pada abangNya.

" Aku gemetaran. Gimana kalo mereka semua ga percaya dengan ini?"

Yang di panggil Abang tadi malah asik terkekeh. Ia memegang tangan AdikNya dengan lembut, "Percaya sama abang, semuaNya bakal baik-baik aja!"

Gadis itu mengangguk dengan ragu. Ia menarik nafas panjang,lalu dihembuskan. Ia mencoba untuk tenang sesuai anjuran abangNya.

Supir membukakan pintu mereka. Mereka berdua kompak turun dari belah pintu masing-masing.

Dengan perlahan dan pasti, kaki mereka mulai melangkah mendekati pintu utama mansion.

Pintu dibuka sangat lebar oleh penjaga. Mereka yang ada didalam kompak tercengang dan menganggap semua ini hanyalah halusinasi semata.

"Achaaa..." Lirih mereka kompak.

"Bundaaa.." Lirih Acha.

Iya,dia Acha. Putri satu-satuNya keluarga Wardana yang dikabarkan sudah meninggal sekarang berdiri didepan mereka dengan mata yang berkaca-kaca.

Citra terkekeh sumbang. Ia berpikir,mana mungkin itu Acha.

Acha berjalan mendekati Citra yang menepuk-nepuk pipiNya . Dengan lembut, Acha mengambil tangan Citra lalu di genggamNya dengan penuh kehangatan.

Sedangkan mereka yang melihat itu hanya bisa cengo. Mereka berpikir ini hanyalah mimpi.

" I-ini mimpi?" Tanya Citra pada suamiNya.

Agung menatap sekilas kearah Citra,kemudian balik menatap Acha lagi.

" Ini bukan mimpi Bunda, ini Achaaa!" Ucap Acha meyakinkan BundaNya.

Citra mengehempaskan tangan Acha secara kasar. " Tidak mungkin. Aku pasti sudah gila.! Iya aku gila." Ucap Citra.

" Bang Al, " Panggil Acha pada Al yang berdiri dengan pandangan kosong. Acha yang melihat itu sangat merasa bersalah. Ia menangis melihat keadaan keluargaNya yang begini.

Tanpa aba-aba, Acha langsung saja memeluk Al dengan erat dan menangis didada Al.

Al masih setia dengan keterdiamaNya. Bahkan ia tidak membalas pelukan Acha.

El yang berdiri disebelah Adit menggeleng-gelengkan kepala. Ia meminta Adit untuk mencubitNya,agar bisa membuktikan bahwa semua ini bukanlah khayalan maupun mimpi.

Adit menuruti ucapan El. Tapi bukanNya mencubit, Adit malah menggeplak kepala El dengan kuat.

" Adawww,sadiss bener " Ujar Adit dengan suara yang cukup keras.

Acha yang mendengar suara rintihan El melepaskan pelukanNya pada Al. Ia beralih mendekati El, siapa tau El percaya dengan semua ini.

" Please hantu Acha, lo kenapa bisa ada disini dah. Bikin gue merinding ae " Ucap El yang melihat Acha mendekat.

" Aku bukan hantu bang. Ini aku Acha ,! Adik kalian" Bantah Acha.
Dengan perasaan dongkol, Acha yang niatNya mau memeluk El pun tidak jadi.

Sekarang, ia beralih memeluk Adit dengan erat. Dengan senang hati Adit menyambut pelukan Acha. SebelumNya, Adit dan Brayn sudah menduka hal ini akan terjadi. Cuma menunggu waktu yang tepat saja.

"Hiksss, Achaa " Tangis Sinta pecah begitu menyadari bahwa ini bukanlah mimpi.

Sinta ikut berhambur kedalam pelukan Acha bersama Adit. Ia sungguh tidak menduga hal ini akan terjadi.

" Anakk mami, cantik banget " Ucap Sinta setelah melepaskan pelukan. Ia meneliti semua penampilan Acha dari atas sampai bawah.

Acha tersenyum menanggapi ucapan Sinta. MataNya beralih menatap Citra yang masih dengan pikiran kosongNya.

Sinta tersenyum lalu mengisyaratkan Acha untuk kembali memeluk Citra. Ia tau MbakNya itu masih sangat syok dengan apa yang terjadi ini.

Acha menuruti apa yang Sinta isyaratkan. Perlahan kakiNya melangkah kembali mendekati Citra.

Acha duduk dibawah kaki Citra seraya menunduk. Acha terus menggumamkan kata maaf dengan suara yang tersendat-sendat.

Citra menunduk menatap Acha yang menangis. Bahkan air mata Acha sudah menetes mengenai kaki Citra.

Citra mengelus kepala Acha yang tertutup hijab dengan sayang. " Kenapa nangiss,?" Tanya nya dengan suara lirih.

Acha mendongakan kepalaNya ketika usapan lembut dan juga suara Citra tertuju padaNya . " Achaa salahhh,"

" Kenapa Acha lakuin ini? Senang banget yaa bikin orang sedih?"

Acha menggeleng," Bukan gitu Bundaa, Acha minta maaf "

" Jangan nangis. Sekarang mending Acha istirahat dulu! Pasti capek kan? Sana kekamar. "

Acha kembali menggeleng, " Acha tau, Bunda masih marah sama Acha kan? Karena itu Bunda nyuruh Acha kekamar. Pasti Bunda ga mau liat wajah Acha lagi "

" Kamu pikir sendiri, mana ada orang tua yang ga sakit hati Cha. Dibohongin oleh anakNya sendiri. Kamu tau? Betapa hancurNya Bunda saat mendengar kamu yang sudah meninggal. Betapa sakitNya hati Bunda kehilangan kamu. Dan sekarang sudah lebih dari satu tahun, kamu muncul dengan kata maaf. Sakitt Cha, hati Bunda sakit kamu bohongi. Hiksss...." Ujar Citra seraya menunjuk wajah Acha. Ia berkata dengan lembut, tapi Acha tau BundaNya sekarang sangat marah padaNya.

Acha tidak menjawab sepatah katapun dari ucapan Citra. Acha berpikir belum saatNya ia menjelaskan semuaNya. Kenapa ia bisa bersama Liam dan kenapa ia harus memalsukan kematianNya.

" Sudah Bun, Kita istirahat dulu. Acha, kamu juga istirahat. Al, antar adik kamu Acha." Ucap Agung lalu memapah tubuh lemah Citra menuju kamar mereka .

Al ikut menghampiri Acha dan hendak memapah tubuh Acha. Namun Acha menolak. Ia tidak ingin istirahat sebelum Citra memaafkanNya.

Al mengehela nafas. " Jangan sekarang Cha. Kamu mau Bunda tambah marah?"

" Gak mau!"

" Kalo gitu ayo istirahat. Abang antar"




********************

Komen yuk komen,
Vote juga.

Makin banyak komenan makin cepat up.

I'm Not ACHADonde viven las historias. Descúbrelo ahora