54 - Hampa

1.9K 179 12
                                    

"Sherina," panggil Samudra.

Sontak Sherina menolehkan kepalanya dengan wajahnya yang panik.

"Lo kenapa?" tanya Samudra kepada sepupunya itu.

Bukannya menjawab, Sherina malah semakin panik. Dia menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan untuk melihat mimik wajah semua orang di ruangan ini.

"Lo sakit?" sahut Rachel.

"Hah? Eum, iya gue agak sakit kepala," balas Sherina dengan gugup.

Rachel pun menatap Samudra dan begitu pula sebaliknya. Beberapa detik setelahnya, Rachel membawa Sherina keluar dari ruangan ini dan meminta sepupunya itu untuk pulang terlebih dahulu dengan menggunakan taxi online.

Di waktu yang sama, Alvaro masih berbicara kepada putranya yang sedang menjalani perawatan kesehatan di ruangan ini. Namun, kali ini Alvaro dapat mengendalikan emosinya sehingga ia dapat berbicara dengan putranya tanpa harus melibatkan emosi. 

"Kamu yakin kalau Raga dijebak?" tanya Alvaro kepada Samudra.

"Iya, om," jawab Samudra dengan tenang. "Raga gak pernah minum minuman alkohol seperti itu."

Alvaro beralih menatap putranya. "Kamu gak usah ke kantor dulu sampai kita tau siapa yang jebak kamu."

"Iya, ayah," timpal Raga.

Setelah mendengarkan jawaban dari Raga, Alvaro membalikkan tubuhnya dan berdiri tepat di hadapan sang istri, yaitu Yona. Ia menatap wajah perempuan cantik itu yang sepertinya merasa cukup tidak nyaman dengan masalah ini.

"Aku ke kantor dulu sebentar, ya," pamitnya kepada sang istri.

"Iya, hati-hati di jalan," balas ibu dua anak itu. 

Tanpa mengucapkan apa pun lagi, Alvaro mengecup kening Yona, kemudian berjalan keluar dari ruang perawatan ini dan menuju ke parkiran, tempat mobil miliknya terparkir di rumah sakit ini.

Setelah tubuh Alvaro sudah tidak terlihat, Yona pun menghampiri putranya lalu memeluknya dengan erat. Tidak pernah terpikirkan olehnya kalau putranya mengalami masalah yang hampir sama dengan masalahnya di masa lalu, ketika ia pergi ke sebuah club malam karena ajakan Lusi dan berakhir di sebuah hotel dengan Azriel.

"Raga harus cari orang yang sudah jebak Raga," ucap remaja laki-laki itu tanpa melepaskana pelukannya.

"Bunda boleh minta sesuatu sama kamu?" tanya Yona, kemudian ia melepaskan pelukannya dengan perlahan.

"Apa?"

"Jangan dekat-dekat dulu sama Karina sampai kita tau pelakunya," pinta Yona kepada putra sulungnya.

Raga diam. Ia menatap Samudra, kemudian beralih menatap bundanya. Permintaan itu sangatlah sulit, walaupun tadi Karina sudah mengakhiri hubungannya, tetapi bagi Raga, Karina adalah sebuah warna yang membuat hidupnya tidak terasa hampa. Namun, ada benarnya jika ia harus menjahi gadis itu dalam waktu-waktu ini dikarenakan keterpaksaan keadaan.

"Bunda gak tau harus berapa kali lagi minta maaf sama Sandria," tutur Yona.

"Iya, bunda," jawab Raga.

Seketika, senyuman hangat terukir di wajah cantik Yona. Ia memeluk putranya sekali lagi, lalu melangkah keluar dari ruang perawatan ini. Ia harus segera tiba di lantai satu karena ada pekerjaan yang mendesak di IGD. 

Setelah Yona keluar dari ruang perawatn ini, Rachel pun kembali dan kini hanya ada Rachel, Raga, dan Samudra di ruangan ini. Suasana menjadi hening seketika, terlebih Raga yang merasa hidupnya menjadi berantakan seperti ini.

Married With Kakak Kelas 2 [SELESAI]Место, где живут истории. Откройте их для себя