34 - Operasi

4.4K 354 63
                                    

Mereka semua duduk di kursi yang tersedia, sambil menunggu sang dokter datang memberikan kabar. Sejak tadi, papah mertua Alvaro itu, terus menerus berbicara dengan putranya. Pria paruh baya itu berusaha membuat cucunya merasa lebih nyaman di kondisi seperti ini.

Beberapa menit mereka menunggu, pintu ruang IGD terbuka. Terlihat dokter Naila sedang berjalan menghampiri mereka semua untuk mengabari kondisi Yona saat ini.

"Kita harus cepat-cepat melahirkan bayi yang ada di dalam perutnya," tutur dokter perempuan itu.

"Usia kandungannya sudah cukup, kan? Bisa dilahirkan sekarang juga?" tanya Alvaro dengan panik.

"Usia kandungannya sudah cukup, tapi jalan lahirnya belum terbuka. Saya sudah menunggu jalan lahirnya terbuka, tapi tetap sama saja," jelasnya.

Sontak, Alvaro dengan keluarga istrinya itu terdiam dan tak tau harus melakukan apa lagi. Laki-laki itu memijit pakal dahinya karena merasa sedikit sakit kepala.

"Sekarang, apa yang harus dilakukan?" tanya laki-laki itu kembali.

"Kita harus melakukan operasi caesar, segera karena air ketubannya sudah pecah."

"Operasi?" Alvaro mengulang perkataan sang dokter.

Dokter Naila menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Disaat itu lah Alvaro semakin panik. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak hanya Alvaro, keluarga Yona juga merasa terkejut sekaligus panik setelah mendengarkan perkataan sang dokter.

"Saya butuh jawaban kamu, Alvaro. Kalau kamu mau menyelamatkan istri dan anak kamu, kita harus melakukan operasi sekarang juga," dokter Naila berbicara kepadanya kembali.

Alvaro menghela napasnya, kemudian menatap sang dokter. "Tolong lakukan operasinya dan selamatkan Yona sama anak saya."

Dokter itu tersenyum, kemudian dia berjalan kembali ke dalam ruang IGD sambil berbicara kepada suami pasiennya itu.

"Isi surat pernyataannya, agar bisa dilakukan operasi."

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Alvaro pergi ke meja pendaftaran untuk mengisi surat pernyataan, bahwa ia setuju istrinya melakukan operasi caesar. Tangannya bergetar hebat saat memegang pulpen, tapi dia berusaha untuk menulis tanda tangannya di atas kertas putih itu.

Dia memejamkan matanya sebentar, sambil menghela napas setelah menandatangani surat pernyataan itu. Alvaro meletakan pulpen, kemudian memberikan kertas putih itu kepada sang perawat.

"I pray, that your wife and daughter are fine," ucap sang perawat setelah menerima surat pernyataan itu.
"Saya berdoa, semoga istri dan anak anda baik-baik saja."

"Thankyou."

Lalu ayah dari satu anak itu berjalan kembali menghampiri putra serta keluarga istrinya, yang sedang duduk di depan ruang operasi. Mereka semua menatap Alvaro dengan wajah yang panik.

"Yona sudah di dalam?" tanyanya pada mamah mertuanya.

"Iya."

Pintu ruang operasi itu terbuka, seorang perawat berjalan menghampiri Alvaro dan berbicara kepadanya.

"Sir, you are asked to come in to accompany your wife," tukas perawat itu.
"Pak, anda diminta masuk untuk menemani istri anda."

Alvaro tercengang, ia pikir dirinya tidak boleh masuk ke dalam ruang operasi, jika istrinya melahirkan secara caesar. Kini dia terdiam sambil berpikir.

"Sir, we have to get in right now. Your wife needs surgery immediately," perawat itu kembali berbicara dengan tergesa-gesa.
"Pak, kita harus masuk sekarang. Istri anda perlu segera dioperasi."

Married With Kakak Kelas 2 [SELESAI]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن