MEMORY || 35

Mulai dari awal
                                        

Suaranya serak saat ia mengatakannya. Ia bahkan memandang sendu wajah keduanya pagi itu. Seokjin sedang tak baik, sangat tak baik. Dirinya sendiri menyadari hal itu tapi dengan segenap rasa yang tersisa juga tenaga yang masih ia pertahankan, Seokjin lagi-lagi memilih melenggang pergi untuk pamit kembali menemui Namjoon.

Yoongi tak bisa menolak, karena untuk kedua kalinya Seokjin memintanya untuk menjaga Jungkook selama ia pergi. Dan Taehyung jelas juga tak bisa mengelak ketika Seokjin masih memegang seluruh jadwalnya. Taehyungpun masih tahu diri. Tidak, ia tentu masih memiliki hati dan akal sehat untuk tidak lagi menambah beban Seokjin setelah semua yang telah kakaknya itu lakukan.

Kembali pada senja yang semakin menguning indah di ufuk barat sana, Seokjin kini sedang termenung sendirian tak jauh dari pusat fisioterapi. Apa yang dirinya lakukan disini? Mungkin jawabannya akan sekaligus memberikan kejelasan pada pertanyaan bagaimana keadaan Jimin dan Hoseok setelah hari itu.

Pada siang yang sama Seokjin kembali berhadapan dengan kebisuan Namjoon, deringan ponselnya berhasil mengintrupsi hening ruangan yang membelenggu. Nama Jimin yang jelas tertera di sana sudah cukup menjadi alasan respon cepat Seokjin mengangkat teleponnya.

"Ada apa Jimin-ah?" Sengaja Seokjin menekankan nama itu tepat di hadapan Namjoon. Berharap setidaknya sosok itu memberikan sedikit saja respon. Namun sayang, itu memang hanya berakhir hening seolah dalam ruangan ini hanya ada dirinya seorang.

"Hyung, aku rasa aku tak bisa kembali kesana untuk beberapa waktu."

Kening Seokjin mengerut mendapati suara Jimin yang terdengar begitu pelan. Belum lagi dengan hal yang dirinya sampaikan, berhasil membuat rasa khawatir yang susah payah ia singkirkan tentang keadaan Hoseok muncul kembali ke permukaan.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

"Hmm ... hyung, aku tidak tahu apa aku berhak mengatakan hal ini. Tapi untuk sementara, aku ingin hanya hyung yang tau tentang ini."

"Hoseok hyung, dia tak bisa menggerakkan lagi kakinya."

"APA? Bagaimana bisa?" Sekuat tenaga Seokjin menahan teriakan yang hampir keluar dari bibirnya. Dengan mata terpejam berusaha meredakan gejolak hatinya, dirinya pun memilih sedikit menjauh dari ranjang Namjoon.

"Dokter bilang kemungkinan saat berlari kemarin Hoseok hyung terlalu memaksakan kakinya yang sudah mulai kram. Dawon noona juga sudah dihubungi pihak rumah sakit maka dari itu aku disini tak bisa membuat keputusan apapun selain mengikuti Dawon noona."

"Hoseok hyung akan menjalani lagi fisioterapinya dan selama Dawon noona tak ada, ia menitipkan Hoseok hyung padaku."

Seokjin terdiam, ada sekelebat gumpalan kekhawatiran lain yang menyinggapi hatinya. Penjelasan Jimin sebenarnya sudah cukup menjadi alasannya untuk tak lagi-lagi terlibat menambah bebannya walau tanpa diminta Seokjin jelas memasukkan hal ini dalam daftar hal yang harus ia tangani. Tapi kini Hoseok jelas bukan dalam kendalinya sebagai kakak karena jelas ada kakak kandungnya disana yang berhak memutuskan apapun untuk Hoseok. Tapi yang benar-benar mengganjalnya saat ini ...

"Jimin-ah, apakah Hoseok ..."

"Tidak, hyung." Jimin yang mengetahui kearah mana kalimat sang kakak ketika mendengar nada ragu itu keluar langsung memotongnya. "Hoseok hyung tidak marah pada siapapun. Hoseok hyung hanya kecewa pada dirinya sendiri karena merasa tak bisa melakukan apapun. Aku sudah mencoba meyakinkannya dan kurasa Hoseok hyung perlu waktu untuk memaafkan semua keadaan ini."

"Hal itu juga yang menjadi alasanku meminta hyung agar tidak memberitahukan yang lain. Setidaknya sampai Hoseok hyung membaik. Aku akan terus memberikan kabarnya pada hyung."

기억 MEMORY || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang