"Hyung?"
Seokjin tak bergeming. Entahlah ... padahal ia jelas mendengar panggilan sang adik tapi bibirnya seolah terkunci rapat dan raganya membatu sempurna walau hanya untuk menolehkan wajah. Sedang Yoongi yang sebelumnya telah kehilangan kantuk sepenuhnya kala menyadari tangan yang dirinya genggam kini hanya tersisa kosong, juga sama tak berani bergerak mendekati sosok itu.
Ada tembok yang tiba-tiba terbangun ketika menatap aura gelap mengelilingi punggung lebar sang kakak. Terlebih kakaknya itupun tak menjawab panggilannya yang Yoongi jelas tahu bahwa Seokjin pasti mendengarnya.
Dirinya ikut memilih terdiam. Sama-sama menenggelamkan diri dalam jerat pikiran mereka masing-masing.
Tak ada satupun diantara mereka semua yang baik-baik. Semuanya berkumpul, tapi tepat seperti dugaan Seokjin pertemuan mereka nyatanya perlahan justru hanya menorehkan luka. Min Yoongi, si bodoh yang bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya itu akhirnya bisa menatap setiap luka yang terpancar samar dari manik adik-adiknya. Bahkan ... hingga pada manik Seokjin yang sebelumnya hanya dirinya pikir berisi amarah dan benci untuknya.
Yoongi menyadari semua sepenuhnya. Sejauh pikirannya berkelana mencari jawaban, hal pasti yang dirinya dapatkan adalah fakta bahwa luka yang ia miliki tak setitikpun lebih perih dan menyakitkan dibanding luka orang-orang disekitarnya.
Ia melirik pelan kearah Taehyung yang tertidur duduk tak jauh darinya. Kepala sang adik menunduk, membuatnya bergerak cepat membenarkan letak tidur Taehyung hingga berbaring diatas sofa yang sebelumnya ditiduri Seokjin.
Jejak air mata yang mengering masih terlihat jelas pada pipi tirusnya. Yoongi ingat tangisan sosok itu tadi begitu parah. Nafasnya bahkan sudah tersenggal ketika dengan panik menangis pada Yoongi sambil memapah tubuh tak sadarkan diri Seokjin.
Belum lagi, ketika Yoongi harus kembali menceritakan hal yang sama untuk menjawab pertanyaan Taehyung akan keadaan tangan Seokjin hingga apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan ... Namjoon. Sosoknya kian terseguk dalam sesak tangisnya.
Jemari dingin Yoongi bergerak dengan pelan mengusap pipi tirus Taehyung. Tak lama dirinya berpindah mulai mengarahkan jemari itu menyapu lembut surai hitam sang adik. Mencoba memberikan ketenangan lebih yang ia harapkan masih bisa dirinya salurkan. Hal selanjutnya yang Yoongi sadari saat menatap netra setajam elang itu terpejam begitu erat, berhasil menjadi oase bagi tandusnya diri dan jiwanya saat ini.
Taehyungnya ... sudah bisa tertidur. Begitu lelap.
***
Sore ini suasana rasanya terlalu dingin untuk mengucapkan selamat tinggal pada musim semi yang lagi-lagi hanya berlalu begitu saja. Keadaan yang semula terlihat membaik justru memburuk hanya dalam satu hari.
Setelah hari itu, setelah malam itu, mereka bukannya tak berusaha memperbaiki keadaan. Tapi sayang kebersamaan yang mereka paksakan pun tidak akan berujung baik seperti khayalan. Luka yang sama-sama masih basah tak tersentuh obat, dipaksa menutup hanya dengan bualan manis kebersamaan. Bukankah rasanya sama saja dengan mereka menyakiti diri mereka sendiri?
Jika kalian tidak setuju, mungkin setidaknya biarlah ini lagi-lagi hanya pemikiran seorang Kim Seokjin. Penjelasan singkat yang keluar dari bibir pucatnya kala itu berhasil membungkam telak Yoongi dan Taehyung hingga tak banyak mengajukan pertanyaan lainnya.
Seokjin tahu, mereka diam bukan karena rasa penasaran dan khawatir mereka telah terjawabkan. Namun mereka hanya tak ingin melihat Seokjin jatuh lebih dalam lagi pada kubangan lukanya.
"Terlalu banyak hal yang sudah Namjoon lalui sendirian disana. Aku yakin dia perlu banyak waktu sama seperti kita. Jadi bisakah kalian bersabar? Hyung akan mencoba yang terbaik untuk membawa Namjoon kita kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
기억 MEMORY || BTS
Fiksi PenggemarSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 35
Mulai dari awal
