"Ih!!"

Aku tertawa kecil mendengar responnya. "Makanya, jangan ngambek lagi ya?"

"Yang mulai duluan Bapak! Seenak jidat banget sih main angkat-angkat orang!"

"Habis kamu gamau dibangunin, ya saya gendong aja supaya bangun."

"Ya udah bangunin biasa aja emangnya gak bisa?!"

"Bisa sih, tapi lebih enak kaya tadi. Jadi Mas bisa dipeluk sama kamu."

Hera terdiam. Samar-samar terdapat rona merah muda di pipinya. Dia blushing! Astaga, hahahaha, kenapa ya bisa blushing? Aku juga kenapa bisa bicara seperti itu. Biar sajalah, sedikit menggoda dia tidak masalah kan.

"Ya udah, minum tehnya dulu sana."

- - - - - - -

Dasi yang kupakai sudah terpasang sempurna. Aku melihat pantulan wajahku di cermin, seperti biasanya, sangat tampan. Aku mengambil tas kerjaku serta menenteng jas. Aku berjalan keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Loh, kamu mau kemana Ra?" Tanyaku begitu melihat Hera yang sudah rapi dengan setelan casualnya.

"Ke rumah Bunda, Pak."

"Naik?"

"Angkotlah, kan mobil saya masih di servis."

Aku menggeleng cepat, tidak suka dengan jawaban yang ia berikan. "Jangan naik kendaraan umum dulu!"

"Habis mau naik apalagi?"

"Ayo saya antar, saya gamau kamu kenapa-napa lagi."

"Gak usah deh Pak.... Bapak udah telat ke kantor."

Aku menggeleng. "Ayo cepat. Kamu sudah siap juga kan."

Secara terpaksa ia mematikan televisi dan beranjak bangun dari sofa. Kami berdua keluar. Setelah mengunci pintu, kami berangkat ke rumah Bunda dengan mobilku.

- - - - - - - -

Dengan wajah berseri-seri Hera turun dari mobilku. Ya, tentu saja kami sudah sampai di rumah Bunda, lihat saja tadi, Hera turun tanpa memperdulikan aku lagi kan.

"Assalamu' alaikum Bundaaaaa!"

Aku turun dari mobil sambil menggeleng-gelengkan kepala karena mendengar suara salam yang sangat cempreng dari Hera. Aku masuk ke dalam rumah dan mendapati Bunda yang sedang menggendong Idzar.

"Assalamu' alaikum Bun." Salamku sambil mencium punggung tangan ibu mertuaku ini.

"Wa' alaikumsalam. Tumben kalian ke sini sepagi ini?"

"Iya Bun. Tadi Hera mau ke sini, jadi sekalian aja Leo juga mau berangkat kerja." Jawabku.

"Bun, kok ada Idzar di sini? Berarti ada Bang Irdan dong?!" Tanya Hera kemudian.

Bunda menggeleng. "Abangmu lagi ke Medan. Ada beberapa pesawat yang bermasalah, dan atasan Abangmu maunya dia yang menangani."

"Mbak Isya ada?" Tanya Hera lagi.

"Ada. Tuh di dalam lagi main sama Iza." Jawab Bunda sambil menunjuk ruang keluarga.

Benar-benar tanpa memikirkan aku, Hera berlari ke dalam ruang keluarga. Ampun. Istri macam apa sih dia?

"Ayo Leo, masuk dulu."

"Gak usah deh Bun. Leo langsung berangkat aja. Nanti biar Leo yang jemput Hera lagi."

"Oh ya sudah, Bunda panggilkan Hera dulu ya."

Bunda pun ikut masuk ke dalam ruang keluarga. Tak berapa lama ia keluar kembali bersama anaknya yang satu itu.

"Apaan sih Bun?" Tanya Hera kesal.

"Kamu nih, suami kamu mau pergi kerja juga. Malah main masuk aja, bukannya ditungguin sampai berangkat." Omel Bunda.

Hera mendelik.

Dasar anak itu.

"Ya sudah Bun. Leo pamit dulu ya." Aku mencium punggung tangan Bunda.

"Hati-hati Yo." Balas Bunda dengan senyuman.

Aku melangkah ke teras sementara Hera mengikuti dari belakang. Begitu sampai di teras, aku berbalik menatapnya.

"Mas berangkat dulu ya, hati-hati kamu. Jangan bandel. Jangan kemana-mana sebelum Mas jemput!"

"Iya, iya bawel."

Aku tersenyum. Dengan santai aku mencium kening Hera lalu mengacak rambutnya pelan.

"Mas pergi dulu ya."

Aku hendak berbalik. Tapi tanganku ditahan dari belakang membuat aku kembali berbalik.

"Ada apa?" Tanyaku.

Hera meraih tanganku dan mencium di punggung tangan. Setelah itu ia menatapku.

"Ng... hati-hati ya... Mas."

Bolehkah aku tersenyum sekali lagi?

- - - - - - - -

Hai :D berhubung saya lagi senang hari ini. Saya upload part iniiii. H-3 UN nihh. Doain saya ya semoga sukses dan lancar ujian nasionalnya:') aamiin, jadi bisa lanjutin cerita inii.

Makasih buat yang setia membaca:') semoga ga kecewa sama part ini.

Doain saya ya semuanya! :D

Danke.

FortunatelyWhere stories live. Discover now