Rafael membuka pelan jendela ruangan pribadi milik Taksa. Sebuah besi tak luput untuk membantunya membuka jendela kayu itu. Dan dengan perlahan Rafael berhasil membuka jendela tersebut.
Sedikit ia berjinjit agar tangan jenjangnya dapat menjangkau sebuah memori yang terletak berdekatan dengan beberapa kertas. Dirasa berhasil mengambil memori itu Rafael lantas segera pergi dari sana.
Namun sayangnya, belum sempat kabur tanpa ketahuan oleh siapapun. Taksa telah lebih dulu melihat Rafael. Sontak ia segera mengejar Rafael yang telah lebih dulu kabur menelusuri jalan raya.
Di malam dan di jam yang sama. Sebuah mobil sedan berwarna Hitam melaju dengan kecepatan tinggi terlihat ugal ugalan, karna sang pengemudi yang kebetulan sedang dalam pengaruh minuman keras. Malam ini teman teman Alexi mengerjainya saat kumpul bersama menggunakan segelas alkohol.
Mengejar waktu dan kesadaran yang makin menipis. Alexi nekat mengendarai mobilnya sendiri. Tepat pada sebuah perempatan jalan, sebuah motor datang dari arah kanan, belum sempat Alexi mengerem namun mobil itu lebih dulu menghantam pengendara motor sport tadi hingga terguling terlempar cukup jauh dari jarak awalnya.
Alexi melotot kaget, kesadaran kembali berpihak padanya. Laki laki ini segera keluar mengecek bagaimana keadaan pengendara motor yang tadi ia tabrak.
Darah mengalir pada helem full pack yang di kenanakan Rafael membuat Alexi semakin panik. Ia mengecek dunyut nandi yang perlahan mulai melemah. Alexi membantu Rafael untuk membuka helem, tak disangka darah itu semakin banyak keluar membasahi aspal tempat Rafael tergeletak tak berdaya sekarang.
Alexi yang tak tau harus melakukan apa dan kebetulan ponselnya yang lobet membuat laki laki ini semakin panik. Ia merogoh saku jaket Rafael berniat untuk mencari handepohone yang bisa ia gunakan untuk menelfon ambulace. Namun sebuah memori dengan tanda pengenal jatuh dari saku celana Rafael.
Tak ingin berfikir panjang Alexi tak terlalu memperdulikan memori tadi dan hanya membaca nama dari laki laki yang menjadi korban dari tabrakannya ini. Dan namanya--
RAFAEL AGOIRA CANDRA
Ambulance datang tak lama dari waktu itu dan segera membawa Rafael menuju rumah sakit untuk segera mendapatkan penanganan dari dokter.
Taksa yang melihat kejadian tadi dengan mata kepalanya sendiri kaget tentu saja . Namun tak lama seringaian yang menandakan kepuasan tersendiri tercetak di bibirnya.
"Dengan darah yang begitu banyak, Rafael pasti sudah mati" gumam Taksa.
Ia lalu memfokuskan penglihatannya pada Alexi, seakan mengatakan pada dirinya sendiri untuk menanda wajah Alexi. Wajah tempat memori itu sekarang berada. Dalam waktu dekat ini ia akan mengambil kembali memori itu darinya.
YOU ARE READING
ALDENATRA (TELAH TERBIT)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Dia Aldenatra Aldenatra ketua geng motor Wijaya. Aldenatra laki laki yang paling di segani di sekolah Wijaya. Aldenatra takut kucing Wijaya. Aldenatra bucin Wijaya. Aldenatra ojol ALDOGAR Wijaya. Aldenatra gengsian Wijaya. A...
25. - Kecelakaan Rafael
Start from the beginning